Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Jaman Revolusi Manajemen
Dalam Revolusi Manajemen ini terjadi penjungkirbalikan
prinsip-prinsip manajemen yang telah mapan untuk digantikan dengan
prinsip-prinsip manajemen baru yang sama sekali berbeda dengan prinsip-prinsip
manajemen sebelumnya.
Dari lingkungan stabil ke lingkungan yang turbulen.
Globalisasi ekonomi mengubah secara radikal lingkungan bisnis yang dihadapi
oleh perusahaan, dari lingkungan bisnis yang stabil yang didalamnya hampir
semuanya serba dapat diprediksi menjadi lingkungan bisnis yang turbulen, yang
didalamnya hampir semuanya sulit untuk diprediksi. Mengelola perusahaan dalam
lingkungan yang stabil sangat berbeda dengan mengelola perusahaan yang
menghadapi lingkungan yang perubahannya bersifat tidak berkelanjutan
(discontinuous change) suatu perubahan yang radikal, yang sama sekali tidak
mengandung unsur-unsur lama.
Perubahan yang dimasa lalu bersifat bertahap,
kecil-kecil, dan berkelanjutan, yang di dalam perubahan tersebut unsur-unsur
lama masih tetap dipertahankan, berubah menjadi perubahan yang bersifat radikal
yang di dalam perubahan tersebut unsur
lama sama sekali ditinggalkan dan digantikan dengan unsur yang sama
sekali baru, yang sangat berbeda dengan unsur lama.
Manajemen perlu memiliki keterampilan untuk mengelola
perubahan sehingga organisasi benar-benar dapat berfungsi sebagaimana mestinya
suatu organisasi, yaitu sebagai sarana untuk mewujudkan perubahan. Personel
yang memiliki keberdayaan untuk berubah memerlukan struktur organisasi yang
memberikan kemudahan untuk berubah dan sistem manajemen sumber daya manusia
yang senantiasa melaksanakan pemberdayaan personelnya. Dengan demikian
lingkungan bisnis yang turbulen memerlukan sistem manajemen yang sangat berbeda
dengan sistem manajemen yang dikenal dalam menghadapi lingkungan bisnis yang
stabil.
Dari ukuran dan skala ekonomi ke kecepatan dan kemampuan
untuk merespon. Oleh karena itu, dimasa lalu, untuk memanfaatkan teknologi hard
automation diperlukan skala ekonomi tertentu agar produk yang dihasilkan dapat
ditanggung harganya oleh customer.
Di lingkungan bisnis yang didalamnya customer memegang
kendali, kecepatan dan kemampuan perusahaan untuk merespon setiap perubahan
kebutuhan customer menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan.
Konsep skala ekonomi (economic scale) yang biasa dipakai oleh produsen di masa
lalu telah bergeser ke lingkup ekonomi (economic of scope), sehingga perusahaan
mampu memenuhi kebutuhan customer di berbagai segmen pasar.
Pergeseran leadership dari puncak ke leadership dari
setiap orang. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang tubulen, organisasi
perusahaan memerlukan banyak leader.
Untuk menghadapi lingkungan bisnis yang turbulen,
organisasi perusahaan memerlukan kecepatan respon terhadap setiap perubahan
yang terjadi. Konsep pemberdayaan karyawan untuk membangun leadership potential
dalam diri setiap karyawan diperlukan untuk menggantikan konsep delegasi
wewenang yang selama ini dikenal di dalam manajemen tradisional.
Dari kekakuan organisasi ke fleksibilitas permanen.
Organisasi ini menjadi sangat kaku untuk menghadapi lingkungan bisnis yang di
dalamnya customer memegang kendali, yang di dalamnya kompetisi sangat tajam,
dan yang perubahan berlangsung konstan, pesat, radikal, dan pervasif. Kekakuan
organisasi dapat dikurangi atau dihilangkan dengan menjadikan struktur
organisasi lebih datar (flat), menerapkan cross functional approach, dan
memberdayakan karyawan.
Dari pengendalian melalui aturan ke pengendalian melalui
visi dan values. Manajemen tradisional dibangun pada waktu masyarakat
menggunakan teknologi hard automation. Oleh karena itu, untuk mengendalikan
pekerjaan skilled workers ini diperlukan aturan yang ketat sehingga
pengendaliannya pun memerlukan supervisor yang mengamati kesesuaian pekerjaan
karyawan dengan atura yang telah ditetapkan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, smart technology
menuntut kreativitas knowledge workers dalam memasukkan knowledge ke dalam
produk dan jasa yang dihasilkan. Kreativitas tidak dapat dihasilkan melalui
aturan rinci, namun memerlukan visi organisasi yang memberikan gambaran yang
ingin diwujudkan di masa depan. Hanya melalui visi dan values, kreativitas
knowledge workers dapat diarahkan oleh manajemen.
Dari informasi yang dijaga dan tertutup ke information
sharing. Oleh karena pengumpulan informasi dilaksanakan secara terpusat dan
pusat informasi dijaga ketat, hanya manajemen puncak yang dapat melakukan akses
ke dalam pusat informasi, sehingga di tangan manajemen puncaklah wewenang pengambilan
keputusan berada.
Shared database mampu mengatasi kendala pengambilan
keputusan yang dihadapi oleh manajemen tradisional, yang tidak mungkin
dilaksanakan oleh manajemen bawah dan karyawan. Dengan informasi sharing ini,
organisasi dapat memanfaatkan secara optimum semua potensi karyawan untuk
memberikan layanan terbaik bagi customer. Di samping itu, kemitraan usaha
antara perusahaan dengan para pemasok dan dengan para mitra bisnis dapat
diwujudkan melalui information sharing, sehingga kualitas hubungan antar
organisasi perusahaan mampu menyediakan produk dan jasa yang menghasilkan value
bagi customer.
Dari kuantitatif ke kreativitas dan intuisi. Melalui
analisis kuantitatif pola peristiwa di masa lalu, peristiwa di masa depan dapat
diproyeksikan dengan tingkat kepastian yang tinggi.
Di dalam lingkungan bisnis yang turbulen, manajemen
menghadapi lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian. Untuk memprediksi
kondisi masa depan, pola peristiwa masa lalu seringkali tidak lagi dapat
dipakai sebagai dasar proyeksi. Manajemen memprediksi masa depan berdasarkan
prinsip : “creating the future from the
future”. Prediksi masa depan berdasarkan prinsip tersebut menuntut
kreativitas dan ketajaman intuisi manajemen di dalam membaca trend masa depan.
Dari kebutuhan tentang kepastian ke kesediaan untuk
menerima keraguan. Kesediaan untuk menerima keraguan di dalam memutuskan
perjalanan menuju masa depan dilandasi oleh keberanian manajemen untuk
meninggalkan cara-cara lama atau kondisi nyaman yang telah dikenal sebelumnya
dan keberanian untuk memasuki daerah yang penuh dengan ketidakpastian.
Dari rekatif dan penghindaran risiko ke proaktif dan
keberanian menghadapi risiko. Di dalam jaman strategic quality management,
produk berkualitas hanya dapat dihasilkan secara konsisten melalui penanaman
kualitas ke dalam semua aspek manajemen.
Dari independensi perusahaan ke saling ketergantungan
antar perusahaan. Dalam manejemen tradisional, tanggung jawab manajemen
perusahaan hanya mencakup daerah yang dibatasi oleh batas-batas organisasi
perusahaannya. Daerah di luar batas-batas tersebut merupakan daerah perusahaan
lain, yang sama sekali bukan tanggung jawab manajemen perusahaan.
Perusahaan tidak mungkin menyediakan produk dan jasa
yang mampu memenuhi kebutuhan customer jika manajemen tidak menyadari
ketergantungan perusahaan terhadap pemasoknya dan ketergantungan perusahaan
terhadap customer.
Dari integrasi vertikal ke virtual integration.
Integrasi vertikal mewarnai organisasi
perusahaan di masa lalu.
Untuk memuasi kebutuhan, keinginan, dan harapan customer
tersebut, perusahaan perlu memusatkan pada core competency-nya, dan membangun
kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan, tidak hanya dengan perusahaan hulu
dan hilir melalui integrasi vertikal (misalnya dengan pemasok dan distributor),
namun juga dengan mitra bisnis melalui integrasi horisontal. Perusahaan
dituntut untuk memusatkan pada core competency-nya dalam penyediaan produk dan
jasa bagi customer, dan bekerja sama melalui kontrak kerja dengan perusahaan
lain yang memiliki core competency yang diperlukan untuk memuasi kebutuhan
customer. Integrasi dengan perusahaan lain yang ditempuh melalui pembuatan
kontrak kerja merupakan perwujudan virtual integration.
Perhatian manajemen di masa lalu tertuju ke
masalah-masalah intern. Efisiensi, produktivitas, inspeksi kualitas produk, dan
profitabilitas adalah contoh-contoh fokus perhatian manajemen ke masalah intern
perusahaan. Oleh karena setiap pesaing berusaha memuasai kebutuhan customer
melalui cara-cara yang bersifat inovatif, manajemen perusahaan harus senantiasa
memfokuskan perhatiannya ke lingkungan kompetitif agar tidak tertinggal dari
pesaing di dalam perlombaan untuk memenuhi kebutuhan customer yang senantiasa
berubah.
Oleh karena itu, manajemen di masa lalu berusaha untuk
membangun keunggulan kompetitif jangka panjang.
Di dalam lingkungan yang turbulen sekarang ini, yang di
dalamnya kompetisi sangat tajam, keunggulan kompetitif tidak akan bertahan
lama. Kondisi ini menuntut manajemen untuk senantiasa berusaha melakukan inovasi
tiada henti keunggulan kompetitif perusahaan agar perusahaan mampu bertahan dan
bertumbuh dalam lingkungan bisnis global sekarang ini.
Dari bersaing di pasar yang telah ada ke bersaing dalam
pasar masa depan. Kemampuan manajemen di dalam mengeksplorasi kemampuan
potensial smart technology di dalam menjalankan bisnis dapat menempatkan
perusahaan pada posisi kompetitif.
Jika di masa lalu manajemen hanya memfokuskan
strateginya dalam memperebutkan pasar yang sudah ada untuk meningkatkan pangsa
pasar (market share), di jaman smart technology ini, manajemen memfokuskan ke
kesempatan pasar (market oppurtunity) yang belum pernah dieksplorasi.
0 Response to "Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Jaman Revolusi Manajemen"
Posting Komentar