Prinsip-Prinsip Manajemen Dalam Jaman Teknologi Informasi
Kita sekarang hidup dalam jaman teknologi informasi.
Jaman teknologi informasi ditandai oleh lima trendf : (1) trend pergeseran dari
hard automation technology ke teknologi informasi (seringkali disebut pula
dengan smart technology), (2) trend pergeseran ke knowledge-based works, (3)
trend pergeseran ke reponsibility-based organization, (4) perdagangan berjalan
melalui jalan raya elektronik, (5) kekayaan lebih banyak dihasilkan dari human
assets daripada financial assets, dan (6) kekayaan intelektual menjadi kekayaan
perusahaan yang paling berharga.
Trend Pergeseran dari Hard
Automation Technology ke Teknologi Informasi
Di masa lalu, masyarakat memenuhi kebutuhan produk dan
jasa mereka dengan menggunakan teknologi
hadr automaztion. Masyarakat sekarang berada di dalam jaman teknologi
informasi, yang di dalamnya smart technology dimanfaatkan secara luas dan
intensif di hampir semua aspek kehidupan.
Di dalam hard automation, apa yang harus dikerjakan
(what to do) dan bagaimana mengerjakannya (how to do) telah disetel di dalam mesin.
Sebagai akibatnya, pekerja tidak memiliki kebebasan dalam memilih apa yang
harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Hard automation hanya memerlukan
pekerja yang terampil dan terdapat keterpisahan antara pekerja dan alat
produksinya.
Smart technology tidak menentukan apa yang harus
dikerjakan oleh pekerja, apalagi menentukan bagaimana mengerjakannya. Namun
komputer dengan perangkat lunaknya juga tidak dapat menghasilkan apapun, jika
pemakainya tidak memiliki pengetahuan yang dapat diolah dengan menggunakan
perangkat lunak tersebut. Namun komputer dan word processor tidak dapat
menghasilkan karya apapun, jika pemakainya tidak memiliki ide atau pengetahuan
yang akan ditulis. Dengan demikian, smart technology hanya akan produktif jika
dimanfaatkan oleh smart people. Smart people adalah orang yang disamping
memiliki keterampilan tinggi, juga memiliki pengetahuan tinggi yang diperoleh
dari pendidikan formal, serta kapasitas untuk belajar dan memperoleh
pengetahuan tambahan.
Dengan kata lain, smart technology tidak akan
menghasilkan apapun di tangan orang yang tidak menguasai knowledge. Di dalam
diri knowledge worker tersimpan knowledge yang menjadi alat produksi, sehingga
antara pekerja dengan alat produksinya tidak terpisahkan.
Di dalam jaman teknologi ini, knowledge workers
memasukkan knowledge mereka ke dalam produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan, sehingga produk dan jasa berisi kandungan pengetahuan memadai untuk
dapat bersaing di pasar global. Sebagai akibatnya, perubahan menjadi konstan, pesat,
radikal, serentak, dan mudah menyebar secara cepat ke seluruh penjuru dunia.
Oleh karena itu, Peter F. Drucker menulus mengenai perlunya setiap organisasi
untuk didesain sedemikian rupa sehingga mampu secara responsif berubah sebagai
berikut: “every orgnization of today has
to build into its very structure the management of change”.
Knowledge workers adalah pekerja yang memanfaatkan
pengetahuannya untuk menciptakan produk dan jasa dengan menggunakan teknologi
informasi. Mereka adalah pekerja yang menjadikan knowledge sebagai alat
produksi untuk menghasilkan produk dan jasa.
Di samping itu, pemberdayaan karyawan adalah pas dengan
karakteristik pekerja yang tidak dapat diawasi pekerjaannya melalui supervisi
sebagaimana yang diterapkan kepada pekerja dalam hard automation era.
Trend Pergeseran ke
Knowledge Based Work
Smart technology akan produktif di tangan pekerja yang
memiliki pengetahuan memadai.
Dengan semakin efektifnya pemanfaatan smart technology
dalam bisnis, semakin banyak knowledge workers yang dibutuhkan untuk
menjalankan smart technology dalam menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
Dengan semakin ekstensifnya pemanfaatan smart technology dalam operasi
perusahaan, trend pekerjaan berubah menuju ke knowledge based work- pekerjaan
yang memerlukan pengetahuan memadai untuk dapat menghasilkan produk dan jasa.
Knowledge based work memerlukan suasana kerja yang merangsang inovasi, toleran
terhadap eksperimen hal yang baru, dan kesediaan manajemen untuk menerima
kegagalan eksperimen.
Trend Pergeseran ke
Responsibility Based Organization
Kemampuan untuk menyediakan shared database oleh smart
technology menuntut restrukturisasi organisasi dari komando dan pengendalian
(command and control) ke information based organization. Keputusan tersebut
kemudian diperintahkan (melalui komando) kepada karyawan melalui manajer
menengah dan manajer bawah sebagai penyalur perintah. Di dalam organisasi yang
mengandalkan pada komando dan pengendalian (command and control) seluruh
tanggung jawab tentang jalannya organisasi terletak di pundak manajemen puncak,
karena merekalah yang mengambil keputusan atas dasar informasi yang
dikumpulkan.
Di dalam information based organization, informasi yang
dikumpulkan dan disimpan dalam database dapat diakses oleh siapa saja yang diberi
wewenang untuk itu, sehingga memungkinkan siapa saja melakukan informed judgmen
dalam pengambilan keputusan. Di dalam information based orgnization, setiap
karyawan bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. Mereka dapat memberikan
kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan, melalui
pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang dapat mereka akses dari shared
database. Dalam kondisi ini, kekuasaan (power) berada di tangan orang yang
menguasai informasi, sehingga kekuasaan semacam ini disebut dengan information
based power.
Shared database yang disediakan oleh teknologi informasi
memungkinkan informasi sharing diantara anggota organisasi, antara perusahaan
dengan pemasoknya, antara perusahaan dengan customers, dan antara perusahaan
dengan mitra bisnisnya. Teknologi informasi juga menawarkan fasilitas
electronic data interchange (EDI) untuk memungkinkan perusahaan melaksanakan
transaksi bisnis dengan para mitra bisnisnya, sedemikian erat, cepat, dan
cermat, tanpa campur tangan manusia.
Perdagangan Berjalan
Melalui Jalan Raya Elektronik
Transaksi bisnis menjadi tidak lagi dilaksanakan melalui
kertas, namun dilaksanakan sepanjang jalan raya elektronik, dengan memanfaatkan
shared data base, electronic fund
transfer, electronic data interchange, electronic commerce (E-commerce).
Teknologi informasi memungkinkan pembangunan kemitraan
usaha diantara organisasi perusahaan (antara perusahaan dengan para pemasoknya
dan para mitra bisnisnya, serta dengan customers). Kesempatan ini timbul sebagai
akibat digunakan core beliefs babru dalam memandang pemasok dan customer
berikut ini :
a.
Bahwa bisnis merupakan
matarantai yang menghubungkan pemasok dengan customer. Keberadaan dan
kelangsungan hidup suatu perusahaan sangat ditentukan seberapa fungsional
perusahaan sebagai matarantai yang menghubungkan pemasok dengan customer.
b.
Bahwa pemasok dan customer
merupakan mitra dalam bisnis. Kualitas hubungan kemitraan jangka panjang
tersebut menentukan keberadaan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Berdasarkan core beliefs tersebut, sistem informasi
akuntansi perusahaan dibangun untuk menjalankan transaksi bisnis anatara
perusahaan dengan pemasok dan customernya. Berdasarkan core beliefs ini,
manajemen perusahaan merancang sistem akuntansinya sebagai berikut : (1) batas
sistem akuntansi mencakup sistem akuntansi pemasok (2) transaksi dengan pemasok
dipicu secara elektronik dan informasi secara elektronik dikirimkan ke pemasok
melalui fasilitas EDI (electronic data interchange), (3) transaksi diakui dan
dicatat secara elektronik dan pembayaran kepada pemasok dilaksanakan melalui
fasilitas EFT (electronic funds transfer). Sistem akuntansi untuk menjalankan
transaksi bisnis dengan pemasok berjalan secara otomatis tanpa campur tangan
manusia.
Kekayaan Lebih Banyak Dihasilkan
dari Human Assets daripada dari Financial Assets
Di dalam Bab 1 telah diuraikan bahwa tujuan organisasi
perusahaan adalah menciptakan kekayaan.
Melalui knowledge yang mereka kuasai, knowledge workers
mendesain produk dan jasa yang pas dengan kebutuhan customers, memproduksi
produk dan jasa tersebut secara cost effective, dan memasarkan produk dan jasa
tersebut secara efektif kepada customers.
Intangible Assets Menjadi
Kekayaan Perusahaan yang Paling Berharga
Hasil riset yang dilakukan oleh Professor Baruch Lev,
New York University menunjukkan fakta berikut ini :
Pada tahun 1982, proporsi nilai buku aktiva berwujud (tangible
assets) perusahaan-perusahaan manufaktur di USA berkisar 62% dari nilai pasar
perusahaan-perusahaan tersebut. Sepuluh tahun kemudian (1992), proporsi
tersebut merosot menjadi 38% dari nilai pasar. Di tahun 2000, proporsi tersebut
diperkirakan hanya berkisar 10% s/d 15% dari nilai pasar.
Jika di masa lalu, tanah, mesin dan ekuipmen, gedung dan
aktiva berwujud lain (yang di dapat dinilai dengan uang) merupakan penghasil
utama pendapatan perusahaan, di masa sekarang ini, aktiva tidak berwujud,
seperti customer cinfidence, brand name, cost effectiveness proses yang
digunakan memberikan layanan kepada customer, kecanggihan teknologi informasi,
kapabilitas dan komitmen personel menjadi pemacu utama nilai pasar perusahaan.
Aktiva tidak berwujud ini tidak dapat dinilai dengan uang dan tidak dapat
dicantumkan dalam neraca, namun mempunyai kontribusi besar dalam menghasilkan
nilai pasar perusahaan.
terimakasih banyak, menarik sekali pembahasannya..
BalasHapushttp://obatleukemia.toko-gumilar.com/