Resensi Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah
RESENSI NOVEL DIBAWAH LINDUNGAN KA’BAH
Judul Buku : Dibawah Lindungan Ka’bah
Penulis : Haji Abdul
Malik Karim Amrullah
Penerbit : PT. Bulan Bintang
Tahun Terbit : 2001
Tebal Buku : 74 hal. ; 0,4 cm
Panjang Buku : 14 cm
Lebar Buku : 20 cm
Cetakan : ke-25
SINOPSIS
Di daerah
Sumatra tepatnya di Padang hiduplah seorang ikhwan yatim piatu yang bernama
Hamid dan seorang akhwat bernama Zainab,ibunya bernama Mak Asiah dan ayahnya
bernama Engku Haji Ja’far. Hamid adalah orang yang tergolong tidak mampu
sehingga untuk bersekolah,ayah Zainab yang
membiayainya sedangkan Zainab tergolong orang yang mampu dan kaya raya.
Beberapa tahun mereka bersekolah bersama menimbulkan benih-benih cinta diantara
keduanya,namun karena berbedaan derajat di antara keduanya mereka tidak saling
terbuka akan perasaan keduanya .Akhirnya Hamid memutuskan pergi jauh sehingga
dia sampai ke Tanah Suci dan disana Hamid bertemu dengan sahabatnya yang
bernama Saleh.Saleh menikah dengan
sahabat karibnya Zainab yang bernama Rosna. Saleh bercerita bahwa Zainab sangat
mencintainya.Namun apa yang boleh di kata setelah mereka mengutahui perasaan
antara keduanya lewat perantara sahabatnya,mereka tidak sempat bersama karena
ajal telah memisahkan keduanya.
RESENSI
Buku ini berjudul Di Bawah Lindungan
Ka’bah yang di karang oleh Haji Abdul
Malik Karim Amrullah atau sering dikenal dengan nama HAMKA yang merupakan singkatan dari namanya,beliau
lahir di kampung Molek, Meninjau tahun 1908. Beliau seorang ulama,aktivis dan
sasatrawan Indonesia.Beliau dijuluki Buya oleh para sastrawan.Buya adalah
panggilan untuk orang Minangkabau, kata Buya berasal dari bahasa Arab yaitu Abi
yang artinya ayah.
Beliau adalah anak dari syekh Abdul
Karim bin Amrullah,yang merupakan pelopor gerakan islam di Minangkabau.Hamka
pernah bekerja menjadi seorang guru di Perkebunan Kebun Tinggi dan di Padang
Panjang,beliau juga menjadi dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas
Muhamadiah, Padang Panjang,beliau menjabat Pegawai Tinggi Agama,beliau juga
sebagai wartawan, penulis editor dan penerbit.Beliau wafat pada tanggal 24 Juli
1981.
Buku ini dari sisi agama bagus dan
kental akan keagamaanya meskipun bercerita mengenai percintaan, berbeda dengan
novel jaman sekarang ini, sisi keagamaannya kurang di tonjolkan dan lebih
mengedepankan tentang percintaannya,dan juga terlihat dari karya ilmiah yang di
hasilkannya yakni Tafsir al-azhar.
Dari sisi budaya Hamka mampu
mengangkat adat dari daerah Minangkabau dimana seorang perempuan apabila telah
lulus dari sekolah MULO (sekarang sederajat dengan SMP) tidak boleh kemana-mana
harus di pingit di rumah sebelum dia menikah apabila dia mau keluar rumah
dia harus di temani keluarganya atau
kepercayaannya.
Dari sisi sosial atau hubungan
dengan orang lain sangat bagus karena dapat memberitahukan bahwa kita harus
bersikap dermawan dan dapat peduli kepada orang lain yang membutuhkan
pertolongan kita meskipun itu dari kalangan bawah.
Sosok Hamka sangat religius itu
terlihat dari buku-buku yang di karangnya seperti dalam buku ini bercerita
tentang percintaan namun tidak ada unsur
negatifnya malah banyak unsur agamisnya, bukan dari buku ini saja namun
dari buku-buku yang beliau karang seperti Tenggelmnya Kapal Van Der Wijck,
Merantau ke Deli dan lain lain.
Buku ini diterbitkan oleh PT.Bulan
Bintang yang bertempat di Jalan Kramat Kwitang ,No.8 Jakarta 10420,Indonesia.
Tema dalam buku ini mengenai
percintaan,meskipun percintaan buku ini sarat akan keagamaan.Kisah cinta disini
mencerikatan dua orang yang memiliki perasaan sama antara satu sama lain namun
mereka tidak sempat bersama karena ajal telah memisahkan mereka.
Alur yang digunakan adalah alur
campuran yakni dimulai dari Hamid yang berada di Tanah Suci kemudian dia
menceritakan mengenai masa lalunya dan menceritakan kembali masa-masa Hamid di
Tanah Suci.
Tokoh utama yang berada di certa ini
adalah Hamid dan Zainab.Hamid memiliki sifat yang baik, sabar, tawakal, agamis,
menyayangi dan menghormati orangtua. Zainab memiliki sifat yang baik, pendiam, sabar, patuh dan menghormati
orangtua.Tokoh yng lainnya yaitu Engku
Haji Ja’far dan Mak Asiah yang memiliki sifat dermawan.Ibu Hamid yang memiliki
sifat penyayang, peduli pada buah
hati.Saleh dan Rosna yang memiliki sifat sangat peduli kepada sahabat atau
setia kawan.
Latar dalam cerita ini di Tanah
Suci, Padang, Medan, pantai dan rumah.Setting pada siang dan malam.Suasana
dalam cerita ini sedih.Sudut pandang dalam cerita ini adalah sudut pandang
campuran karena terdapatn kata saya dan nama orang. Nilai yang terkandung dalam
cerita ini diantaranya nilai moral, nilai agama dan nilai sosial
Gaya penulisan yang digunakan
pengarang adalah menggunakan bahasa Melayu dan menggunakan bahasa arab,
sehingga sedikit menyulitkan pembaca dalam memahami maknanya. Walaupun demikian
cerita ini tetap menarik untuk di baca.
Selain itu terdapat beberapa majas,
salah satunya adalah majas pesonifikasi seperti, “surat itu bisu”, Repertisi
seperti, “entah di darat, entah di laut, entah sengsara kehausan”.
Amanat yang dapat kita ambil yaitu
kita harus berani mengungkapkan perasaan kita kepada orang yang kita cintai,
jangan kita sesali akan perbuatan kita yang tidak peka terhadap keadaan
0 Response to "Resensi Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah"
Posting Komentar