Makalah Tentang Kebudayaan Islam
KEBUDAYAAN
ISLAM
A. Konsep Kebudayaan Islam
Secara etimologi kebudayaan sering
didefenisikan dengan perpaduan dari istilah “budi” dan “daya”. “Budi” berarti
akal, pikiran, pengertian, paham, perasaan, pendapat, sedangkan “daya” berarti
tenaga, kekuatan, kesanggupan. Sedangkan menurut terminologi kebudayaan adalah
himpunan segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil
pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu tujuan dalam rangka mencapai
kesempurnaan, (Agus Salim, 1954:300). Definisi kebudayaan secara khusus
dikemukakan oleh para seniman dan budayawan Islam sebagai manifestasi dari ruh,
zauq, iradah dan amal (cipta, rasa,
karsa dan karya) dalam seluruh segi kehidupan insani sebagai fitrah, ciptaan
karunia Allah SWT.
Wujud kebudayaan itu antara lain,
wujud ideal, wujud tingkah laku dan wujud fisik. Wujud ideal merupakan ‘azm atau kehendak/keinginan yang muncul
dari fitrah terdalam dari manusia yang kemudian sering disebut dengan
pemikiran, gagasan maupun konsep-konsep. Sementara wujud tingkah laku merupakan
perilaku yang diilhami dari pemikiran dan gagasan yang muncul dari dalam diri.
Adapun wujud fisik merupakan bentuk formal dari kebudayaan berupa benda-benda
atau karya manusia dalam bentuk materi. Menurut Endang Saifuddin Anshari (1986:104)
kebudayaan dapat dikelompokkan kepada berbagai bidang, antara lain bidang
filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya, bahasa, agama
budaya, teknik, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya.
B. Prinsip-Prinsip Kebudayaan
Islam
Prinsip dasar yang membedakan antara
kebudayaan secara umum dengan kebudayaan Islam terletak pada sumber yang
menjadi pijakannya. Kebudayaan Islam hasil produk manusia yang prinsip dasarnya
ditentukan dan ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Quran dan Sunnah,
contoh dalam surat
Al-Ahzab ayat 59 tentang kewajiban setiap muslimah yang baligh dan berakal
memakai jilbab (pakaian yang lapang) untuk menurut auratnya. Aurat sebagai
prinsip kewajiban berpakaian. Prinsip aurat tidak pernah berubah dari dulu
sampai sekarang, baik di Arab ,
Indonesia atau
negeri lainnya. Tetapi bagaimana cara menutup aurat, bahan apa yang dipakai,
model dan hiasan apa yang menghiasi boleh beragam sesuai dengan keadaan dan
suhu waktu memakai.
Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Ialam antara
lain :
- Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua ciptaan.
- Diembankan amanah khalifah kepada manusia.
- Manusia dilebihkan dari makhluk lainnya.
- Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia baik air, angin, tumbuhan dan hewan.
- Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta pertanggungjawabannya kelak.
- Dibangun atas dasar nilai-nilai ilahiyah.
- Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.
- Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam dan penghuninya.
- Pengembangan ide, perbuatan dan karya dituntut sesuai kemampuan maksimal manusia.
- Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam merupakan cita tertinggi dari kebudayaan.
- Budaya Ilmiah atau Akademik
Islam memilki prinsip-prinsip prilaku ilmiah atau
akademik. Di antara ciri budaya ilmiah itu adalah :
a.
Sumber ilmu adalah Al-Quran dan
hadist yang harus diambil dengan melakukan iqra’ atau membaca (QS. 96:1-5)
Membaca atau iqra’ artinya bacalah, telitilah,
dalamilah, ketahuilah cii-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda zaman,
sejarah, diri sendiri, baik yang tertulis ataupun tidak (Quraish, 1999:433)
b.
Menggunakan potensi yang
dimiliki secara optimal
Dalam Al-Quran Surat Al-Nahl ayat 78 :
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa paska kelahiran
manusia tidak mengerti apa-apa namun Allah beri potensi besar yaitu
pendengaran, penglihatan dan hati yang mana ketiga potensi itu adlaah instrumen
vital untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
c.
Penggunaan potensi hati
Hati memiliki potensi berpikir yang mendalam. Alwi
Shihab menjelaskan potensi berpikir yang dilakukan oleh aqal tidak dipahami
denmgan aqal secara kongkrit. Namun, potensi berpikir yang terbesar adalah pada
hati.
d.
Objek ilmu atau bidang kajian
akademik meliputi aspek yang tidak terbatas
Secara umum objek ilmu mencakup kepada aspek-aspek yang
kongkrit atau objek materi dan abstrak atau objek nonmateri. Penjelasan tentang
luasnya objek kajian ilmu dalam pandangan Islam terlihat jelas dalam banyak
ayat Al-Quran misalnya QS. Ali Imran 3: 190-191.
e.
Ilmu secara umum dalam
pandangan Islam dapat dikelompokkan menjadi dua hal yaitu ilmu kasbi dan ilmu
laduni.
Ilmu kasbi yaitu ilmu yang diperoleh melalui trial and
error dengan mepelajari ayat-ayat kauniyah (seluruh alam) dan ayat qaliyah
(wahyu). Hal ini banyak dijelaskan oleh Allah SWT seperti QS. Al-Nahl, 16:8 dan
QS. Al-Isra’ 17:85.
f.
Kewajiban mengamalkan ilmu
Termasuk budaya akademik yaitu pengamalan ilmu yang
telah dimiliki. Pengalaman ilmu merupakan manifestasi dari kekaguman kepada
Allah SWT. Dalam QS. Al-Fathir, 35:28.
g.
Penggalian ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi
Ilmu yang dimiliki umat Islam akan berbuah pada
berhasilnya menghasilkan software dan hardware (program dan benda). Allah
menjelaskan bahwa ditundukkan semua yang di langit dan di bumi untuk manusia
dalam QS. Al-Jatsiyah, 45:13.
h.
Menggunakan fasilitas diri,
alam, dan pakar serta kekuatan berjamaan dalam menghasilkan berbagai ilmu
pengetahuan.
i.
Mengisi waktu dengan hal-hal
efektif.
j.
Pembentukan akhlak.
Beberapa prinsip budaya ilmiah atau
akademik dalam perspektif Islam di atas tampak pada diri kaum intelektual
Islam. Banyak pemikir Islam mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan
menghasilkan teknologi di samping didukung oleh pengamalan ajaran agama yang
kuat. Di antara pakar tersebut seperti Ibnu Susyd yang dikenal dengan Averoes
yang hidup tahun 1126-1198 M, menguasai bahasa Arab, Filsafat, ilmu kedokteran,
astronomi, fisika analisis, retorika dan puisi, metafisik tafsir fisika. Ibnu
Rusyd juga termasuk tokoh yang dinilai mampu menelaah konsep fisika
Aristoteles. Pakar lainnya seperti Ibnu al-Banna yang hidup antara tahun
1256-1321 M di Maroko yang menguasai Matematika, Geometri, Astronomi, Astrologi
di samping menguasai ilmu Tafsir dan ilmu hadis serta banyak menghafal keduanya
(Nakosteen, 1995:328)
- Budaya Kerja
Di dalam sumber ajaran Islam dijelaskan mengenai budaya
kerja. Di antara prinsip-prinsip yang ada dalam bekerja adalah :
a.
Bekerja didasarkan atas niat
yang tulus karena Allah SWT.
Keimanan merupakan dasar setiap aktivitas manusia.
Berbuat berdasarkan nilai-nilai keimanan berarti investasi bagi manusia karena
perbuatannya diimbali oleh Allah. Surat Al-Bayyinah ayat 5.
b.
Bekerja berdasarkan ilmu
Melakukan sesuatu didasarkan atas ilmu yang dimiliki
akan mendatangkan hasil yang memuaskan bagi si pelaku dan orang lain yang
memanfaatkan produksinya. Al-Quran Surat Al-Isra: 36
c.
Bekerja dengan maksimal atau
terbaik/ihsan.
d.
Bekerja sendiri atau secara
bersama.
e.
Bekerja untuk kesejahteraan dan
kemashlahatan diri dan lingkungan.
f.
Bekerja dengan objek yang bervariasi
dan profesional.
Dalam Al-Quran Surat Alam Nasyrah ayat 7.
g.
Bekerja berorientasi masa depan.
- Sikap terbuka dan adil
Hadist Rasul menjelaskan bahwa agama adalah nasihat
(al-hadist). Selain itu ada perintah menyuruh kepada yang baik dan melarang kemungkaran
serta prinsip hidup bersaudara, dua aspek ajaran Islam ini merupakan indikator
bagi keutamaan berbuat benar, jujur dan apa adanya. Berbuat apa adanya aatau
sesuai dengan keinginan diri akan menghasilkan kepuasan dalam berbuat namun
bukan berarti menafikan atau merusak hak-hak orang sekitar.
Sikap adil berarti berbuat tidak memihak, berpihak pada
kebenaran dan tidak sewenang-wenang. Adil atau keadilan terkadang juga
diartikan dengan keseimbangan. Beragamnya makna keadilan suatu pertanda bahwa
sikap adil itu berlaku dalam semua hal. Keadilan dalam bidang pendidikan,
ekonomi, politik dan lainnya.
·
Mesjid : Tempat Awal
Pengembangan Kebudayaan Islam
Mejid dalam pengertian sehari-hari
merupakan bangunan tempat shalat kaum muslimin. Mejid juga berarti tempat sujud
dan zikir serta tempat melakukan semua aktivitas yang mengandung kepatuhan
kepada Allah SWT semata. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Jin, 72: 18.
Di dalam sejarah diketahui bahwa
langkah pertama yang dilakukan Rasulullah SAW, ketika hijrah ke Medinah adalah
membangun pusat kebudayaan umat Islam yaitu Mesjid kecil yang berlantaikan
tanah beratap pelepah korma. Cikal bakal dari Mejid kecil ini berkembang
menjadi bangunan megah sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam. Mesjid
pertama itu bernama Mesjid Quba’, kemudian disusun dengan Mesjid Nabawi. Mesjid
dijadikan sebagai titik tolak awal pembinaan dan pengembangan kebudayaan Islam
pada masa permulaan Islam. Peran Mesjid pada waktu itu meliputi :
1)
Tempat ibadah (shalat dan
zikir).
2)
Tempat konsultasi dan
komunikasi (masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan seni).
3)
Tempat pendidikan.
4)
Tempat santunan sosial.
5)
Tempat latihan militer dan
strategi perang.
6)
Tempat pengobatan atau
pelayanan medis.
7)
Tempat perdamaian dan
pengadilan sengketa.
8)
Aula dan tempat penerimaan
tamu.
9)
Tempat tawanan.
10)
Pusat penerangan umat dan
pembelaan agama.
Pada saat ini peran Mesjid tersebut
sudah berkembang dan mencakup pada kegiatan yang lebih luas, sehingga banyak
diantara peran tersebut dikelola oleh lembaga-lembaga profesinal tetapi hal ini
merupakan pengembangan dari fungsi Mejid. Lembaga-lembaga itu ada yang dikelola
oleh pemerintah dan juga swasta. Hal ini adalah bukti bahwa Mesjid telah mampu
menjadikan umat berkembang dengan kebudayaan yang lebih maju.
·
Islam dan Kebudayaan di
Indonesia
Sistem nilai yang dianut oleh suatu
bangsa merupakan sistem nilai dari budaya sebuah tatanan masyarakatnya. Maksud
sistem nilai budaya bangsa itu adalah rangkaian konsepsi mengenai apa yang
dianggap penting dan berharga, dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu
masyarakat atau bangsa. Dengan demikian fungsi sistem nilai budaya adalah
sebagai pedoman dan pendorong warga masyarakat dalam bertingkah laku, dan juga
berfungsi sebagai norma dalam tingkah laku.
Untuk itu diperlukan usaha mengaktualisasikan
ajaran Islam secara murni melalui proses pendidikan, dakwah, penyuluhan dan
pengkajian Islam secara mendalam dan rasional baik perorangan maupun kelompok.
Dengan demikian aktualisasi nilai-nilai Islam akan terwujud dalam budaya umat
Islam di Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan hadist Nabi SAW.
C. Nilai-nilai Islam dalam
Budaya Indonesia
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya.
Karena Islam besar dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia , dirasakan sangat sulit
membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya Arab. Masyarakat awam menyamakan
antara perilaku yang ditampilkan oleh orang-orang Arab dengan perilaku ajaran
Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang Arab itu semuanya mencerminkan
ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi
masyarakat Indonesia .
Dalam perkembangan dakwah Islam di
Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya,
sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para Wali
Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, masyarakat
tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai Islam sudah
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti
dalam upacara-upacara adat dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa
Al-Quran/Arab sudah banyak masuk ke dalam bahasa daerah, bahkan ke dalam bahasa
Indonesia yang baku . Semua itu tanpa
disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
0 Response to "Makalah Tentang Kebudayaan Islam"
Posting Komentar