Adat Sopan Santun Dalam Pergaulan Di Minangkabau
1.
Pengertian Sopan Santun
“Santun” berarti halus dan baik dan “sopan” berarti
sabar dan tenang. Orang yang baik budi pekerti dan tingkah laku serta sabar dan
tenang dalam penampilannya. Budi pekerti adalah alat batin yang merupakan
paduan akal dan perasaan untuk menimbang “baik” dan “buruk”. Sopan santun
merupakan implementasi sehari-hari dari pertimbangan batin dalam pergaulan,
baik dengan masyarakat maupun dengan alam.
2.
Konsep Sopan Santun Budaya
Minangkabau
Proses integrasi seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan di Minangkabau sering diumpamakan dengan suatu “jalan”. Untuk
membentuk keharmonisan dalam kehidupan perlu dipedomani 4 jalan pergaulan,
yaitu :
a.
Jalan mendaki adalah tata cara
seseorang dalam bersikap, bertingkah laku kepada orang yang lebih tua atau
dituakan, seperti anak kepada orang tuanya, murid kepada gurunya, kemenakan
kepada mamaknya, adik kepada kakaknya. Contoh : apabila kita berjalan, seiring
dengan orang yang lebih tua dan ingin mendahului mereka mintalah izin terlebih
dahulu. Menurut format pergaulan, seseorang yang lebih muda harus menghormati
yang lebih tua atau dituakan seperti petitih menyatakan “bakato di bawah-bawah, manyauak di hilie-hilie”.
b.
Jalan menurun adalah sikap
sopan santun dari yang tuda terhadap yang lebih muda seperti sebaliknya contoh
di atas mengatakan.
“jalan manurun ta
antak-antak, ingek-ingek nan di bawah kok tasingguang, jago kato kok manganai”
Perlu diperhatikan, hindarkan menghardik menghantam tanah “mangareh
bakato surang”.
Perhatikan juga petitih berikut ini :
“ingek-ingek nan di ateh,
nan di bawah kok maimpok, tirih kok datang dari lantai, galodo kok tibo dari
muaro”.
Pedoman penting bagi atasan/yang dituakan bahwa jangan terlalu cepat
emosi, jangan mencaci maki, jangan mengajari anak buah/murid yang bersifat
pribadi di tempat ramai (sifat utama bagi yang tua adalah “bapandang lapang, ba
alam laweh, bahati lapang paham salasai” perhatikan juga pituah berikut ini :
“nak tinggi naiakkan budi,
nak mulie tapek-i janji, nak taguah paham dikunci”.
c.
Jalan mendatar, ialah tata cara
pergaulan sesama besar, baik dipandang dari usia maupun status. Dalam pergaulan
sama besar perlu diingat “saling menghargai” dipakai kata merendah, dijauhi
kata yang kasar. “muluik manih kucindan murah, budi baik baso katuju, lamak bak
santan jo tanguli, pandai bagaua samo gadang, ingek runding kok manganai, jago
sandiang kok malukoi”. Dalam pergaulan sama besar/ dengan teman sering timbul
perselisihan karena masing-masing merasa lebih kuat. Oleh sebab itu pergaulan
yang memerlukan perhatian lebih adalah di kelompok ini, apalagi dalam usia
remaja, usia rawan.
d.
Jalan melereng adalah sopan
santun melalui kiasan, pantun, mamang, bidal, pepatah-petitih. Ucapan atau kata
kiasan dipergunakan dalam pergaulan “segan menyegani” umpama dengan ipar,
besan, mamak rumah, sumando. Dalam pergaulan sehari-hari penggunaan kata kiasan
ini memerlukan kearifan menanggapinya. Arif dan bijaksana dalam adat disebut
“kato bayang” seperti contoh “alun bakilek, alah bakalam, bulan di sangko tigo
puluah, takilek ikan dalam aie, ikan takileh jalo tibo, lah tantu jantan
bantinonyo”.
3.
Adat Sopan Santun Dalam Pergaulan
Penilaian masyarakat terhadap seseorang cenderung
dilihat dari sopan santunnya. Di tengah masyarakat dalam pergaulan biasanya
telah terbentuk tata krama yang disebut “Norma”. Orang yang melanggar kaidah
norma disebut “tidak beradat”. Orang yang dikatakan tidak beradat akan sangat
terhina dalam pergaulannya. Oleh sebab itu memperhatikan norma pergaulan sangat
penting dalam masyarakat.
Adat sopan santun dalam pergaulan yang harus dimiliki
seseorang antara lain :
a.
Sopan santun makan
Adat mengatakan “makan sasuok duo suok, cukuik katigo paruik
kanyang, jan makan sakulek ilang, jan minum saraguak abih”. Artinya makan dan
minumlah dengan tertib, berlakulah sopan dan santun, hingga tidak menyerupai
hewan makan. Selain itu perlu diperhatiikan apabila kita makan bersama dengan
orang yang lebih tua, dahulukanlah beliau makan, begitu juga menyudahinya.
Tujuannya ialah untuk menghargai yang lebih tua.
b.
Sopan santun memanggil orang
Dalam pergaulan, dilarang memanggil orang dengan mengacungkan tangan
kiri, tapip pergunakanlah tangan kanan, dan itu lebih terhormat.
c.
Menjawab pertanyaan orang
Jangan bersikap tak acuh, jangan melengah ke tempat lain, tapi
berhadapan dan perhatikan lawan bicara, menjawab dengan baik.
d.
Sopan santun duduk
Apabila kita duduk dihamparan lantai, maka duduklah bersila, jangan
tegakkan lutut jangan mencangkung.
e.
Sopan santun berbicara
Jauhkan kata-kata kotor, kata yang menyakitkan hati orang,
peliharalah lidah.
Perhatikan petitih berikut ini :
“Kok bakato paliharo muluik,
kok bajalan paliharo kaki, bakato guluanglah lidah, bajalan renjeanglah langkah”
Pantun ini baik juga diamati :
“Anjalai di tangah koto
Tumbuah sarumpun jo lagundi
Kok tak pandai ba kato-kato
Bak alu pancucuak duri
Tapi kok pandai bamain kato
Bak santan jo tangguli”.
f.
Sopan santun mandi
Jangan bertelanjang, apalagi di tempat umum. Pantun adat mengingatkan
:
“rarak kalikih dek binalu
tumbuah sarumpun di tapi
tabek
kok abiah raso jo malu
bak kayu lungga pangabek
Pada umumnya hal-hal yang dilarang dalam adat diharamkan oleh agama,
sarak mangato adat mamakai.
g.
Sopan santun berpakaian
Jangan membuka aurat, terutama bagi wanita jangan memakai pakaian
yang biasanya dikenakan oleh lawan jenis seperti subang oleh laki-laki.
4.
Sifat-sifat Terpuji
a.
Saling mencintai, hormat
menghormati. Kata adat ini hendaknya menjadi pedoman dalam menghargai sesama
yaitu “sesakik sasanang, sahino samalu, sabarek saringan, kok sampik malapangi,
kok kurang tambah manambah, kok senteang bilai mambilai”.
b.
Tenggang rasa, saling menjaga
perasaan orang lain. Dalam adat “gadang jan malendo, panjang jan malindih,
cadiak jan manjua kawan, gapik jan mambuang lamak, lamak diawak katuju
diurang”.
c.
Rasa malu, terutama antara
laki-laki dengan perempuan agar tidak terjadi pergaulan bebas tanpa batas dan
pedoman serta aturan. Rasa malu ini sering terabaikan dalam pergaulan remaja
saat ini. Kita perlu mengingatkan pedoman adat sebagai berikut : “kuek rumah
karano sandi, rusak rumah binaso, kuek bangso karano budi, rusak budi hanculah
bangso”.
d.
Suka berbuat baik, gotong
royong, tolong menolong, sehat manasehati, menjunjung tinggi rasa kebersamaan.
Adatpun mengatakan : “barek samo dipikue, ringan samo dijinjiang, kabukik samo
mandaki kalurah samo manurun”.
e.
Rendah hati, jauhi sifat
sombong, congkak, angkuh, acuh tak acuh kepada orang lain. Perhatikan pepatah
ini.
“kacak langan lah bak
langan,
kacak batih lah bak batih,
bajalan dirusuk labuh,
tagak sarupo urang mambali
duduk sarupo urang manjua
sarupo lonjak labu dibanam
sarupo kacang diabuih ciek.
f.
Sifat berani karena benar,
takut karena salah. Moral selalu berpihak kepada yang benar. Pantun adat
mengatakan :
“tahan lukah di dalam banda
ditahan jan di anjak
di anjak ka tanah batu
kato bana jan dituka
dituka jan dirombak
kok diubah jadi sangsaro
5.
Sumbang Duo Baleh
- Sumbang duduk : bagi wanita di tepi jalan tanpa ada teman, duduk di atas tangga, duduk dengan ipar, besan, sumando berdekatan, duduk mencangkung, tegak lutut.
- Sumbang tagak : di tempat sepi, dengan laki-laki di tempat gelap, diketinggian.
- Sumbang diam : wanita dengan banyak laki-laki yang bukan famili, tinggal bersama bapak tiri tanpa ada teman, anak dewasa masuk kamar orang tua.
- Sumbang berjalan : wanita dengan laki-laki bukan famili atau berjalan sendirian di malam hari.
- Sumbang bakato : berolok-olok porno, tertawa terkekeh-kekeh, bergunjing.
- Sumbang mancaliak : berpandangan dengan laki-laki lama-lama.
- Sumbang berpakaian : berpakaian minim, jarang, terlalu sempit.
- Sumbang bergaul : bergaul dengan laki-laki, bergaul bebas.
- Sumbang karajo : di luar kodratnya seperti memanjat.
- Sumbang batanyo : yang membuat orang curiga.
- Sumbang menjawab : mengundang pertengkaran atau perselisihan.
- Sumbang kurenah : yang mengundang kecurigaan seperti berbisik-bisik, tertawa-tawa.
0 Response to "Adat Sopan Santun Dalam Pergaulan Di Minangkabau"
Posting Komentar