-->

Kebebasan Beragama

Kebebasan beragama adalah hak asasi paling dasar dan paling sulit diakui oleh agama-agama. Sebenarnya sudah jelas: setiap orang wajib berat untuk hidup, beriman dan beribadat menurut apa yang diyakininya sebagai kehendak Allah. Ia berdosa apabila ia menuruti tekanan, lalu beribadat menurut cara yang menurutnya justru tidak sesuai kehendak Allah. Karena itu dalam agama tidak boleh ada paksaan, tetapi bagi agama-agama ini berat. Karena mereka, daripada menghormati Tuhan yang mereka akui, yang mengizinkan sekian banyak agama dan kepercayaan dianut dengan tulus oleh sekian orang, orang-orang yang tidak bisa toleran sudah tertunduk oleh suatu etika palsu partai politik.


Dari kita, kaum agama, dituntut agar kita membuktikan kepercayaan kita pada kedaulatan Allah dengan menghormati segenap orang mengikuti suara hatinya dalam hubungan dengan tuhan. Tentu kita tidak akan menganggap segenap kepercayaan benar. Tetapi bahwa kita tidak mengakuinya tidak memberi hak kita untuk memaksakan keyakinan kita pada orang lain. Siapa dari kita yang pernah bertemu muka dengan Allah? paus mana, ulama mana, mahabiksu mana, brahmana mana yang dapat mengklaim bahwa ia bertemu dengan Allah? Kita semua mendapat keyakinan keagamaan kita dari manusia lain. Itu wajar, tetapi itu harus membuat kita menjadi rendah hati.

Maka kalau kita mau betul-betul taat dan hormat pada Allah, dan kalau kita mau mengikuti kepanduan Cak Nur, serta kalau pengakuan bahwa kita dibimbing tuhan mau bisa dipercayai, kita harus secara prinsip menolak kekerasan dalam bentuk apapun dalam mengabdi kepada tuhan, dan kita harus rendah hati. Sudah waktunya agama-agama bersatu dalam menolak jalan bujukan, tekanan, ancaman, paksaan dalam melakukan misi mereka. Orang beragama hanya kredibel apabila hatinya bersih dari rasa benci, dendam, agresivitas, mata gelap.

Dan orang beragama harus rendah hati. Tak ada yang lebih menelanjangi kebohongan seseorang daripada kalau ia bicara tentang Tuhan dengan arogan, sombong, dengan menghina mereka yang berbeda. Kalau kita dekat dengan Tuhan, mestinya kita merasakan betapa kita sendiri tidak memadai. Hidup kita, pengertian kita tentang agama kita sendiri semuanya itu sangat terbatas. Kita tidak mempunyai mata Tuhan. Dan karena itu kita rendah hati dan baik hati. Terhadap mereka pun yang tidak kita mengerti kita tetap baik hati. Barangkali Tuhan lebih dekat dengan mereka daripada yang kita kira sendiri.

Di dunia yang penuh kekerasan, kemiskinan, keadaan putus asa, penuh orang-orang yang harus lari dan mengungsi, dunia penuh kekejaman, dimana ada orang kurang makan perlu agama-agama menjadi rahmatan lil alamin. Justru dengan membawa diri tidak sombong, melainkan dengan rendah hati, senantiasa dalam kesadaran bahwa kita sendiri tidak memadai, bahkan terhadap apa yang kita imani sendiri. Kalau kita menjadi kubu yang menolak kekerasan, sekaligus rendah hati, kita dalam segala keterbatasan akan menjadi sinar harapan bagi banyak orang yang hampir tanpa harapan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kebebasan Beragama"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel