Rehabilitasi Medik Pada Luka Bakar (Contoh Makalah)
REHABILITASI MEDIK PADA LUKA BAKAR
PENDAHULUAN
Rehabilitasi
berasal dari bahasa Inggris, re- berarti kembali dan abilitation artinya
kemampuan. Jadi rehabilitasi medik merupakan usaha medis yang dilakukan untuk
mengembalikan atau menjaga kemampuan atau fungsi organ tubuh. Dikatakan
rehabilitasi merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada
penderita luka bakar karena rehabilitasi berguna untuk mencegah terjadinya skar
atau gangguan fungsi alat tubuh setelah penanganan luka bakar selesai.
Luka bakar
adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase
lanjut. Pada luka bakar terjadi perubahan destruktif pada jaringan akibat panas
yang berlebihan, radiasi ultraviolet, zat kimia atau lainnya. Hal terpenting
dari luka bakar adalah area permukaan tubuh yang terkena, kedalaman luka bakar,
lokasi luka bakar, umur pasien, keadaan umum, dan penyebab luka bakar sendiri.
(1,2)
Luka bakar
merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di Amerika Serikat. Pasien luka
bakar biasanya memerlukan pengawasan yang lama dalam rehabilitasi, rekonstruksi
dan dukungan psikologis. Kualitas penanganan luka bakar tidak lagi diukur hanya
dari kelangsungan hidup, tetapi juga penampilan dan fungsi organ kedepannya dan
diharapkan penanganan luka bakar dapat menjadi lebih baik dengan mengembalikan
pasien kedalam lingkungan rumah dan masyarakat seperti keadaan sebelum sakit.
Tujuan ini dapat tercapai dengan adanya kerjasama tim penanganan luka bakar.
(2,3,4,5)
Anatomi Kulit
Kulit adalah
suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat
dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur
dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara
embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
Fase Luka Bakar
Perjalanan
penyakit pada luka bakar terbagi dalam tiga fase, yaitu (1) :
1.
Fase awal
(fase akut atau fase syok)
Pada fase ini permasalahan utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada
saluran nafas (misalnya cedera inhalasi), gangguan mekanisme bernafas oleh
karena adanya eskar melingkar dada atau trauma multiple di rongga thoraks dan
gangguan sirkulasi (keseimbangan cairan-elektrolit, syok hipovolemia). Selain
itu dapat juga terjadi nekrosis extremitas yang mengalami compartement
syndrome.
2. Fase setelah syok berakhir (fase sub akut)
Masalah utama fase ini adalah SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome)
dan MODS (Multy-system Organ Dysfunction Syndrome) dan sepsis. Ketiganya
merupakan dampak atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama
(cedera inhalasi, syok) dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan
3. Fase Lanjut atau fase penyembuhan
Fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari maturasi jaringan dan
penyulit dari luka bakar, berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas
lain yang terjadi karena kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat
proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama.
Berat Luka Bakar
Tujuan utama
dalam penilaian kulit yang terkena luka bakar adalah menentukan beratnya luka
bakar. Beratnya suatu luka bakar ditentukan dari ukuran dan kedalamannya.
Semakin berat suatu luka bakar maka makin memungkinkan terjadinya kontraktur,
sehingga lebih menyulitkan rehabilitasi.
A.
Kedalaman
Luka Bakar (1,7,8)
1. Derajat I (luka bakar superficial)
2.
Luka bakar
hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan
kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari.
Derajat II (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi
masih ada lapisan epitel yang tersisa. Dengan adanya sisa sel epitel yang sehat
ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10-12 hari. Kerusakan kapiler dan iritasi
ujung saraf sensorik yang terjadi di dermis menyebabkan luka derajat ini tampak
lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superficial. Timbul bula
berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dinding
meningkat. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi :
·
Derajat II
dangkal (IIA), hanya mengenai epidermis dan lapisan atas corium, elemen-elemen
epitel sebanyak. Karenanya penyembuhan akan mudah dalam 1-2 minggu tanpa
terbentuk sikatriks
·
Derajat II
dalam (IIB), sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit, penyembuhan lebih lama
3-4 minggu dan disertai pembentukkan parut hipertrofi
3.
Derajat III
Luka bakar derajat III meliputi
seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak
ada lagi elemen epitel yang hidup sehingga untuk mendapatkan kesembuhan harus
dilakukan cangkok kulit (skin graft). Koagulasi protein yang terjadi memberikan
gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula dan tidak nyeri. Ini
dapat menimbulkan kontraktur dan skar hipertropik.
Lokasi Luka
Bakar Kecendrungan kontraktur Posisi/ splint
·
Leher bagian
depan Fleksi Leher Jangan gunakan bantal,matras setengah,neck collar
·
Aksilia
Aduksi Abduksi 120˚+eksorotasi ringan,bebat Siku Bagian
Anterior Fleksi Bebat ekstensi siku pada 5-10˚
·
Pergelangan
tangan dorsal Ekstensi pergelangan tangan Posisi netral pergelangan tangan
·
Pergelangan
tangan volar Fleksi pergelangan tangan Ceck up splint untuk pergelangan
·
Dorsum manus
Claw hand Bebat tangan dengan posisi sendi MCP 70-90˚ ekstensi penuh sendi IP,
·
Volar Manus
Kontraktur telapak tangan,tangan berbentuk seperti mangkuk Bebat ekstensi
telapak tangan,sendi MCP hiperekstensi ringan
·
Panggul
anterior Posisi prone berat menumpu paha pada posisi berdiri,imobilitas lutut
·
Lutut Fleksi
lutut Ekstensi lutut,cegah eksternal rotasi
·
Kaki Foot
drop Posisi pergelangan kaki 90˚dengan papan kaki bebat
REHABILITASI MEDIK PADA LUKA BAKAR
Tujuan Rehabilitasi
1.
Mencegah
kecacatan
2.
Meringankan
derajat disabilitas
3.
Memaksimalkan
fungsi-fungsi yang masih ada
4.
Mencapai kapasitas
fungsional yang berdiri sendiri
Kelangsungan
hidup pasien merupakan satu-satunya alat ukur keberhasilan dari penanganan
pasien luka bakar. Akhir-akhir ini inti obyektif perawatan terhadap semua spek
pasien luka bakar berintegrasi pada kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat
pasien. Inti obyektif ini telah menjadi dasar penanganan luka bakar setelah
penutupan luka bakar akut.
Rehabilitasi
medik memiliki peranan yang penting sekali untuk mendapatkan fungsi organ tubuh
yang optimal. Banyak pasien menjadi waspada pada penampilannya selama tahap
rehabilitasi dan mungkin membutuhkan konsultasi psikiatrik atau pengobatan anti
depresan. Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan
parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat.
Perhatian
harus diberikan pada ekstremitas yang menggunakan bidai agar tetap pada posisi
yang tepat dan memaksimalkan area pergerakan (Range Of Movement). Kontraktur
kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan
cacat yang berat terutama bila parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan
bedah. (6)
Pada cacat
yang berat mungkin diperlukan ahli jiwa untuk mengembalikan rasa percaya diri
penderita dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi terutama jika
cacat mengenai wajah dan tangan. (6)
Latihan Terapi (Therapeutic Exercise)
Latihan
sebaiknya dimulai pada hari terjadinya trauma bakar dan seharusnya dilanjutkan
sampai semua luka menutup dan hingga melewati masa aktif pembentukan skar.
Fibroblast, yang merupakan unsur terpenting dalam pembentukan kontraktur,
berperan pada luka bakar dalam 24 jam pertama dan aktif hingga 2 tahun setelah
terjadinya trauma bakar. Latihan rutin setiap harinya dapat mencegah
berkurangnya kelenturan dan berkurangnya ROM sendi yang dapat ditimbulkan oleh
kontraktur.9,10,11
Adapun latihan terapi yang dapat diterapkan pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut: 12
Adapun latihan terapi yang dapat diterapkan pada pasien luka bakar adalah sebagai berikut: 12
1.
Stretching
(peregangan)
Latihan peregangan dilakukan untuk mencegah kontraktur atau penarikan
anggota gerak. Latihan peregangan ini biasa sangat efektif jika dilakukan
secara perlahan-lahan sampai skar memutih atau memucat. Jika luka bakar
mengenai lebih dari satu persendian, skar akan terihat lebih memanjang apabila
latihan ini berjalan baik.
2.
Strengthening
(penguatan)
Latihan penguatan dilakukan untuk mencegah kelemahan pada alat gerak akibat
immobilisasi yang lama. Latihan ini diakukan dengan memberikan latihan gerakan
aktif secara rutin kepada pasien untuk melatih otot-otot ekstremitas, misalnya
jalan biasa, jalan cepat, sit up ringan dan mengangkat beban. Jika pasien
kurang melakukan latihan ini maka akan menyebabkan otot-otot pada sendi bahu
dan proksimal paha akan melemah. Latihan ini sebaiknya dilakukan segera mungkin
pada masa penyembuhan luka bakar untuk mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman
pada pasien.
3.
Endurance
(ketahanan)
Latihan ketahanan dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi dan penurunan
daya tahan pada otot akibat dari perawatan yang lama di RS. Latihan ketahanan
dilakukan dengan latihan bersepeda, sit up dan latihan naik turun tangga.
Selain mencegah terjadinya atrofi, latihan ini juga dapat melancarkan sistem
sirkulasi.
4.
Latihan
Gerak Kordinasi
a. Latihan kerja dalam kehidupan sehari-hari
Dilakukan dengan melatih kemampuan
mandiri pasien luka bakar seperti mandi, makan, minum, dan bangun tidur. Semua
harus dilatih sesegera mungkin karena ahli terapi dan pasien luka bakar tidak
dapat selalu bersama 24 jam sehari untuk melakukan terapi. Aktivitas harian
sangat membantu untuk mencegah kontraktur jika pasien dapat menerapkannya di
rumah.
b. Latihan Peningkatan Keterampilan
Latihan Peningkatan Keterampilan
dilakukan untuk mencegah terjadinya atrofi pada otot-otot kecil pada tangan.
Latihan ini dilakukan dengan melatih kemampuan menulis, menggambar, dan
mengetik. Latihan ini biasa juga dilakukan dengan menggunakan terapi bola. Pasien
dilatih untuk megenggam secara berulang-ulang sebuah bola yang terbuat dari
spon/gabus dengan kedua tangannya.
Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar
Fase Kritis (Fase Akut dan Sub Akut)
Untuk mencapai tujuan jangka panjang,upaya
rehabilitasi harus dimulai dari awal terjadinya trauma bakar. Latihan fisik dan
terapi memiliki peranan penting pada penanganan akut pasien luka bakar,
walaupun telah diberikan resusitasi pada pasien luka bakar yang luas dan
kritis. Jika rehabilitasi terlambat dilakukan pada masa tertentu, maka dapat
terjadi kontraksi kapsul sendi serta pemendekan tendon dan otot. Ini semua
dapat terjadi dengan cepat. Beberapa tindakan rehabilitasi akut pada pasien
luka bakar yaitu:
1.
Ranging
(full ROM) pasif
Latihan ranging pasif pada pasien luka bakar yang kritis dapat mencegah
terjadinya kontraktur. Latihan dan posisi ini berupa penggerakan anggota gerak
secara penuh, dengan kata lain full range of motion. Ini sebaiknya dilakukan
dua kali dalam sehari. Beriringan dengan latihan ini, perlu diperhatikan luka,
rasa sakit, tingkat kecemasan, jalan nafas dan sirkulasi pasien. Pemberian obat
perlu dilakukan sebelum sesi latihan untuk membantu meningkatkan kualitas hasil
latihan dan mengurangi ketidaknyamanan pasien. Latihan posisi ini sangat penting
tapi tidak efektif dan tidak manusiawi jika pasien merasa cemas dan nyeri.
Latihan ranging ini dapat dilakukan bersamaan dengan pada saat baju pasien
diganti dan saat pembersihan luka untuk mengurangi pemberian obat pada pasien.
2.
Pencegahan
deformitas
Antideformity position jika dilakukan dengan benar maka dapat meminimalkan
terjadinya pemendekan tendon, lig.collateral dan kapsul sendi serta mengurangi
edema pada ekstremitas. Walaupun splint mulai jarang diterapkan sejak beberapa
tahun yang lalu, tapi beberapa ahli berpendapat bahwa splint yang diakukan
dengan benar dapat mencegah kontraktur. Deformitas flexi pada leher dapat
diminimalkan dengan thermoplastic neck splint. Ekstensi cervikal bisa
diterapkan pada hampir semua pasien yang kritis akibat luka bakar.
3.
Pencegahan
kontraktur
Pencegahan kontraktur dapat dilakukan dengan memposisikan pasien dengan
prinsip melawan arah sendi yang dapat menyebabkan kontraktur. Kontraktur
adduksi pada daerah axilla dapat dicegah dengan memasang splint axilla dengan
posisi pasien abduksi pada sendi bahu. Kontraktur flexi pada elbow joint dapat
diminimalisir dengan menggunakan splint statis pada elbow joint dengan posisi
ekstensi. Splint dapat diganti dengan menggunakan alat-alat yang dapat
mempertahankan posisi pasien dalam keadaan ROM penuh.
Lokasi luka bakar Posisi optimal Bidai
·
Tangan
Pergelangan tangan 10-15˚ ekstensi MCP 60-65˚ fleksi PIP, DIP – ekstensi penuh
Bidai volar
·
Siku, aspek
volar Ekstensi dan supinasi penuh Bidai penyangga voler anterior
Bidai penyangga tiga titik
Bidai penyangga tiga titik
·
Bidai
ekstensi siku posterior setelah penanduran kulit
·
Bahu dan
ketiak 90˚ abduksi, rotasi eksternal Baji berbusa tebal dan padat
·
Bidai aksila
penyangga
·
Bidai
pesawat
·
Panggul
Ekstensi penuh 20˚ abduksi, tanpa rotasi eksternal Baji berbusa segitiga dan
Bidai abduksi panggul.
Bidai abduksi panggul.
·
Bidai
ekstensi (terutama digunakan pada anak-anak)
·
Lutut
Ekstensi penuh Bidai ekstensi lutut posterior
·
Bidai
ekstensi tiga titik
·
Pergelangan
kaki dan kaki 90˚ dorsofleksi, tanpa inverse Bidai dorsofleksi posterior
·
Bidai
penyangga anterior
4.
Menjalin
hubungan dengan pasien dan keluarga pasien
Perawatan serius terhadap pasien luka bakar merupakan awal dari pembinaan
hubungan jangka panjang dengan pasien dan keluarganya. Oleh karena itu pasien
dan keluarganya harus mengetahui siapa ahli terapinya dan mengerti dasar-dasar
terapi yang akan dijalani oleh pasien agar pasien dapat menjalani terapi dengan
baik.
Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Penyembuhan
Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Penyembuhan
Rehabilitasi pada pasien luka bakar menjadi lebih sulit pada fase
penyembuhan. Ini disebabkan karena pasien menjadi lebih peduli dan hati-hati
terhadap apa yang akan terjadi terhadap dirinya dan sering timbul rasa segan
terhadap ahli terapinya. Ini dapat mengakibatkan timbulnya rasa tidak nyaman
pada pasien dalam menjalani terapi. Prinsip utama yang dijalankan pada
rehabilitasi fase penyembuhan ini adalah:
1. Melanjutkan ranging pasif
2. Meningkatkan ranging aktif dan strengthening
(penguatan)
Perbedaan ranging aktif dan pasif adalah kuantitas
gerakan. Ranging aktif lebih sering dilakukan full ROM dibandingkan dengan ranging
pasif. Pada fase kritis (akut dan subakut), yang dilakukan adalah ranging pasif
untuk mencegah timbulnya rasa nyeri yang berlebihan pada pasien. Sedangkan pada
fase penyembuhan dilakukan ranging aktif karena rasa nyeri sudah mulai
berkurang dan pada fase ini potensi terjadinya kontraktur sangat besar.
3. Melatih aktivitas harian (makan, minum, jalan, duduk,
tidur dan mandi)
4. Mulai melatih kegiatan bekerja, bermain dan belajar
Penanganan Skar (Scar Management)
Pembentukan
skar merupakan komplikasi dari luka bakar. Skar bersifat dinamis dan terus
tumbuh seiring dengan proses maturasinya. Jika hal ini terus terjadi, maka
dapat mengakibatkan timbulnya kontraktur yang dapat mengurangi pergerakan. Baik
pasien maupun petugas kesehatan berkewajiban bekerja sama untuk menangani
pembentukan skar ini dan mengurangi potensi untuk terjadinya kontraktur.
Beberapa
usaha penanganan skar untuk mencegah terjadinya kontraktur adalah sebagai
berikut:
1.
Pijat Skar
(Scar Message)
Pijat skar
memiliki beberapa fungsi penting, antra lain:
-
Memperbaiki
kolagen yang terbentuk dengan memberikan tekanan pada skar
-
Mengurangi
rasa gatal pada skar
-
Dapat
menghasluskan skar jika dilakukan dengan menggunakan lotion
Teknik melakukan pijat skar yaitu:
-
Oleskan
lotion pada kulit yang terbakar atau yang di-graft dan pada bagian kulit donor
satu kali pada saat kulit mulai sembuh
-
Pijat bagian
kulit yang telah diberikan lotion
-
Pijatan
dilakukan dengan 3 arah: sirkuler, vertikal dan horizontal
-
Lakukan sebanyak
3 – 4 kali tiap harinya
2.
Pressure
Garments
Tekanan yang diberikan pada skar mengurangi proses pembentukan kolagen dan
menolong memperbaiki kolagen yang sudah terbentuk agar lebih teratur. Pressure
Garments dibuat untuk mengembalikan tubuh pasien ke bentuk normal, mengurangi
pembentukan skar yang abnormal dan deformitas.
Penggunaan pressure garments harus dengan ukuran yang sangat pas untuk
memaximalkan fungsi penggunaannya dan mencegah terjadinya komplikasi seperti
bengkak, memperbesar skar atau daerah yang rusak. Oleh karena itu penggunaan
pressure garments ini masih kontroversi di kalangan ahli rehabilitasi medik.
KESIMPULAN
1.
Rehabilitasi
merupakan faktor penentu tinggi rendahnya kualitas hidup pada penderita luka
bakar, di mana tujuan utama rehabilitasi adalah mencegah terjadinya skar atau
gangguan fungsi alat tubuh setelah penanganan luka bakar selesai.
2.
Perjalanan
penyakit luka bakar terbagi atas 3, yaitu fase akut, sub akut dan fase
penyembuhan. Rehabilitasi mulai dilakukan pada fase akut.
3.
Dasar latihan
terapi pada pasien luka bakar adalah:
a. Stretching (peregangan)
b. Strengthening (penguatan)
c. Endurance (ketahanan)
d. Latihan Gerak Kordinasi
1)
Latihan
kerja dalam kehidupan sehari-hari
2)
Latihan
Peningkatan Keterampilan
4.
Beberapa
tindakan rehabilitasi pada pasien luka bakar fase akut yaitu:
a. Ranging pasif
b. Mempertahankan posisis optimal dengan splint program
untuk mencegah kontraktur dan deformitas
c. Membina hubungan yang baik dengan pasien dan
keluarganya
5.
Prinsip
utama yang dijalankan pada rehabilitasi luka bakar fase penyembuhan ini adalah:
a. Melanjutkan ranging pasif
b. Meningkatkan ranging aktif dan strengthening
(penguatan)
c. Melatih aktivitas harian (makan, minum, jalan, duduk,
tidur dan mandi)
d. Mulai melatih kegiatan bekerja, bermain dan belajar
6.
Beberapa
usaha penanganan skar untuk mencegah terjadinya kontraktur adalah sebagai
berikut:
a. Pijat Skar (Scar Message)
b. Pressure Garments
0 Response to "Rehabilitasi Medik Pada Luka Bakar (Contoh Makalah)"
Posting Komentar