Resensi Novel Pejuang-Pejuang Ulet Di Lereng Sumbing
RESENSI NOVEL PEJUANG-PEJUANG ULET DI LERENG
SUMBING
Judul Buku : Pejuang-Pejuang Ulet di Lereng
Sumbing
Pengarang : Suprapto HP
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1987
Tebal Buku : 75 Halaman
Warna Buku : Putih
Suprapto HP, lahir di Temanggung 24 Agustus 1941.
Pendidikan terakhir sekolah pendidikan guru. Ia diangkat menjadi guru SD pada
tahun 1962. Sejak 1977 menjadi Kepala Sekolah Dasar hingga sekarang. Ia mulai
belajar menulis ketika mendapat tugas mengajar di kelas 6 berupa cerita dan
artikel ilmu pengetahuan. Ia gemar menulis cerita-cerita perjuangan seperti
terdapat dalam buku ini.
Novel “Pejuang-pejuang Ulet di Lereng Sumbing” ini
menceritakan seorang anak yang ikut berjuang dengan Tentara Republik untuk
membela bangsanya, mencapai kemerdekaan. Berawal dari ketisak sengajaan Pendek
dan ayahnya masuk ke markas serdadu Belanda, untuk mengantar kambing yang
dibeli oleh beberapa orang serdadu. Karena kepandaian Ayah Pendek dalam hal
mengurus kambing, Ayah Pendek menjadi langganan serdadu. Kegiatan ini diketahui
oleh Kepala Pasukan Tentara Republik bernama Pak Kuswono. Kemudian Pak Kuswono
meminta Ayah Pendek dan Pendek menjadi mata-mata, walaupun beresiko sangat
besar. Setelah beberapa kali masuk ke dalam markas Belanda, Ayah Pendek dan
Pendek mulai mengetahui seluk beluk markas Belanda. Segala informasi yang
mereka dapatkan, mereka beritahu kepada Pak Kuswono. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh Pak Kuswono untuk mempersiapkan penyerangan dan pembebasan
tawanan. Setelah informasi yang didapat cukup, Pak Kuswono mulai menyusun strategi.
Hal ini sangat mudah karena ditambah dengan adanya bantuan dari orang dalam
yaitu Pak Pardi yang merupakan adik kandung Pak Kuswono yang telah lama
menghilang kemudian bekerja untuk Belanda. Tepat pukul 01.00 dini hari, Pak
Kuswono dan pasukannya menyerbu markas Belanda di bantu oleh Pardi dari dalam.
Perburuan ini tentu berhasil karena dilakukan disaat tentara Belanda sedang
lengah.
Akhirnya desa itu terbebas dari teror tentara Belanda.
Pak Kuswono berterima kasih kepada Pendek dan Ayahnya yang ikut berjuang dengan
berani mempertaruhkan nyawanya.
Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel
“Pejuang-pejuang Ulet di Lereng Sumbing” ini sulit dipahami. Banyak ditemukan
kalimat yang strukturnya rancu dan kata yang tidak baku.
Keunggulan novel “Pejuang-pejuang Ulet di Lereng
Sumbing” karangan Suprapto HP ini adalah ceritanya menarik, pengarang sukses
menggambarkan bagaimana perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kelemahan dari novel karangan Suprapto HP yang
diterbitkan tahun 1987 ini adalah bahasanya sulit dipahami. Banyak kata yang
diulang-ulang penggunaannya.
Novel “Pejuang-pejuang Ulet di Lereng Sumbing” karangan
Suprapto HP yang mempunyai cerita menarik meskipun bahasanya sulit dipahami ini
banyak mengisahkan perjuangan seorang anak yang berani. Hal ini dapat
memotivasi anak untuk dapat menghargai kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu
buku ini cocok dibaca oleh anak-anak dan orang dewasa.
0 Response to "Resensi Novel Pejuang-Pejuang Ulet Di Lereng Sumbing"
Posting Komentar