Contoh Proposal Tindakan Kelas Melalui Metode Pembiasaan
MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN FIQIH MELALUI METODE PEMBIASAAN
DI KELAS VIII MTsS PADANG KANDANG
KAB. PADANG PARIAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama
yang sangat menentukan terhadap keberhasilan pembangunan terutama sekali sumber
daya manusia.
Dengan diterapkannya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun pelajaran 2006/2007 pada MAN Koto
Tangah Padang diharapkan guru lebih profesional dalam mengelola proses belajar
mengajar dan mengembangkan silabus mata pelajaran.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan.
Kurikulum yang diberlakukan pada
tahun 2006 ini adalah kurikulum yang berbasis kompetensi yang bersifat out
come.
Pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi lebih ditekankan kepada siswa sebagai peserta didik, sedangkan guru
sebagai fasilitator dan motivator.
Guru yang profesional sebagai
penyelenggara pendidikan dituntut kemampuannya untuk mengelola kegiatan belajar
mengajar secara lebih baik.
Salah satu mata pelajaran dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah Al-Qur’an Hadist.
Adapun tujuan mata pelajaran
Al-Qur’an Hadist adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut
:
1.
Mampu mendefenisikan Al-Qur’an
dan wahyu, mengetajui kemujizatan, mengenal kedudukan, fungsi dan tujuan
Al-Qur’an, cara-cara dan hikmah diturunkannya Al-Qur’an dan mengetahui
pokok-pokok isi Al-Qur’an.
2.
Mampu mengenali persamaan,
perbedaan hadist, sunnah, khabar dan atsar, unsur-unsur hadist dan kitab-kitab
kumpulan hadist.
3.
Memahami kemurnian dan
kesempurnaan Al-Qur’an, dan menerapkan prinsip Al-Qur’an sebagai sumber nilai,
mengenali nikmat Allah dan mensyukurinya dan memahami ajaran Al-Qur’an tentang
pemanfaatan alam.
4.
Memahami ajaran Al-Qur’an dan
hadist tentang pola hidup sederhana, pokok-pokok kebajikan dan amar ma’ruf nahi
mungkar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Mampu memahami ajaran Al-Qur’an
mengenai dakwah, tanggung jawab manusia, kewajiban berlaku adil dan jujur.
6.
Mampu memahami ajaran Al-Qur’an
mengenai etika pergaulan, kerja keras, pembangunan pribadi dan masyarakat dan
mengenai ilmu pengetahuan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama ini pada MAN Koto
Tangah Padang terdapat hasil belajar Al-Qur’an Hadist siswa kurang memuaskan.
Hal ini dapat di lihat pada tabel 1.
Nilai rata-rata ujian semester II Kelas X MAN Koto Tangah Padang Tahun
2006/2007.
Tabel 1. Nilai Rata-rata Ujian Semester II Kelas X MAN
Koto Tangah Padang
No
|
Kelas
|
Rata-rata Ujian Semester
II
|
Jumlah Siswa
|
1
2
3
|
X1
X2
X3
|
58
59
59
|
35
31
31
|
Rendahnya nilai rata-rata ujian semester II kelas X
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
- Suasana belajar mengajar yang monoton karena guru masih menggunakan metode yang konfensional.
- Siswa belum termotivasi untuk belajar.
- Belum diberdayakannya seluruh fotensi yang ada pada diri siswa, sehingga belum mencapai kompetensi individual.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang
permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah masih
rendahnya motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas, dan masih
rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa pada waktu ulangan harian dan
nilai semester.
Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah; Bagaimana Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MAN Koto
Tangah Padang.
Masalah motivasi dan hasil belajar
siswa diperoleh dengan melakukan tindakan yaitu menggunakan strategi belajar
dengan Cooperative Learning Tipe Jigsaw II.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritis yang
dikemukakan maka pertanyaan penelitian adalah :
Apakah dengan menggunakan strategi belajar dengan
menggunakan Cooperative Learning Tipe Jigsaw II dapat meningkatkan motivasi
belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian
ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah dengan
strategi pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw II dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadist.
2.
Untuk mengetahui apakah
strategi pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw II dan meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadist.
E. Kegunaan Penelitian /
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka
diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini bermanfaat untuk :
1.
Meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan Al-Qur’an Hadist.
2.
Salah satu pedoman bagi guru
untuk menggunakan strategi mengajar yang efektif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Pembelajaran
Pencapaian keberhasilan pembelajaran
sangat ditentukan oleh proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan
di kelas tidak terlepas dari tiga komponen antara lain : siswa, guru dan sarana
pembelajaran.
Tugas guru dalam proses pembelajaran
tidak hanya menyampaikan materi (guru sebagai komunikator), tetapi juga sebagai
fasilitator, motivator dan elevator.
Sujana (1998 : 14) mengatakan bahwa :
“unsur yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru, gurulah
ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung berupaya mempengaruhi, membina
dan mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi cerdas, terampil dan beromal”.
Guru harus menguasai teknik-teknik
mengajar dalam melakukan proses pembelajaran.
Tugas utama seorang guru adalah
mengkoordinir dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Untuk mencapai
proses pembelajaran yang optimal guru dituntut untuk membangkitkan motivasi
siswa terhadap pelajaran yang diberikan.
Untuk itu guru dituntut untuk
menemukan strategi yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Imansyah
Ali Pande (1998: 71) bahwa : “pada sistem pembelajaran, guru dituntut untuk
mencari cara efisien dapat menetapkan metode yang terbaik untuk mencapai tujuan
belajar yang diharapkan”.
Merupakan suatu kenyataan, bahwa
proses pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode konvensional
seperti : ceramah, tanya jawab, diskusi, sehingga proses pembelajaran berjalan
secara monoton (satu arah atau dua arah saja, sehingga hasil belajar tidak
tercapai secara optimal).
B. Tinjauan Tentang Motivasi
Guru yang sukses adalah guru yang
berhasil menjadikan siswa termotivasi dalam belajar (Elida Prayitno, 1989).
Salah satu masalah yang dihadapi oleh
guru adalah bagaimana seorang guru dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar. Karena salah satu faktor keberhasilan suatu pembelajaran sangat
ditentukan oleh adanya motivasi siswa untuk belajar.
Guru harus menyadari bahwa motivasi
yang dipunyai siswa ada yang berasal dari dalam (motivasi instrinsik) dan
motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik).
Motivasi instrinsik adalah motivasi
yang muncul dari dalam diri siswa, misalnya siswa tersebut belajar karena ingin
mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan, sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul karena adanya rangsangan dari luar misalnya siswa
ingin belajar, karena ingin mendapatkan nilai bagus, mendapat pujian, sasana
belajar menyenangkan.
C. Tinjauan Tentang Hasil
Belajar
Hasil belajar yang didapatkan siswa
merupakan suatu bukti bahwa seorang siswa telah belajar. Belajar merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan. Seseorang dikatakan telah belajar apabila
terjadi perubahan tingkah laku.
Tingkah laku manusia meliputi aspek
pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, etika, budi pekerti dan sikap.
Ali Pande (1984) menyatakan bahwa :
“Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri
siswa, baik mengenai tingkat kemampuan intelektual maupun perkembangan jiwa,
penghargaan, minat, penyesuaian diri dan segala aspek organismenya”.
Hasil belajar merupakan salah satu
tolak ukur atau patokan dalam menentukan keberhasilan siswa dalam memahami dan
mengetahui suatu mata pelajaran.
Hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada lembaga atau siswa tentang kemampuan yang dicapai siswa yang
berhubungan dengan materi, keterampilan dan sikap siswa tentang mata pelajaran
yang telah dipelajari.
Hasil belajar adalah tingkah laku
yang timbul dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru,
perubahan dalam sikap dan kebiasaan, menghargai perkembangan sifat sosial,
emosional, pertumbuhan jasmani (Oemar Hamalik, 1983: 21).
D. Strategi Cooperative
Learning
Strategi Cooperative Learning adalah
strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Slavin (1983) mengatakan
bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen.
Keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktifitas anggota kelompok, baik secara
individual maupun secara kelompok.
Karakteristik kelima, adalah
diperlakukannya beberapa keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerjasama (Maria
Montessori, 2006: 8).
Keberhasilan belajar menurut model
belajar ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh,
melainkan perolehan belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan
baik.
Melalui belajar dari teman sebaya dan dibawah bimbingan
guru, maka proses penerimaan siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi
yang dipelajari.
Penggunaan model pembelajaran ini
secara tepat berpengaruh pada peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil
belajarnya.
Disamping itu dapat meningkatkan
hubungan yang baik antara siswa yang berbeda etnis, agama dan meningkatkan
keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain, meningkatkan rasa persatuan
teman sekelas, memupuk harga diri dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
yang mempunyai perspektif berbeda (Slavin, 1995).
Dalam model Cooperative Learning
tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan cooperative seperti: menggunakan kesepakatan,
menghargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada dalam
kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain,
menyelesaikan tugas dalam waktunya dan menghormati perbedaan individu.
Hasil penelitian yang dilakukan Weeb
(1985) menemukan bahwa dalam pembelajaran dengan model cooperative learning,
sikap dan perilaku siswa berkembang kearah suasana demokrasi dalam kelas.
Disamping itu, penggunaan kelompok kecil mendorong siswa lebih bergairah dan
termotivasi dalam mempelajari IPS.
E. Strategi Pembelajaran
Jigsaw II
Strategi Cooperative Learning Jigsaw
II adalah suatu tipe Cooperative Learning yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1977).
Model strategi Cooperative Learning
Jigsaw II adalah strategi yang berorientasi pada siswa. Dalam strategi ini
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6
orang untuk menguasai materi pelajaran dan tugas yang direncanakan.
Fungsi utama guru bukanlah memberi
informasi, akan tetapi hanya sebagai fasilitator dalam belajar. Keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar merupakan kunci utama keberhasilan
pelaksanaannya.
Strategi Cooperative Learning Jigsaw
II menempatkan siswa dalam kelompok secara cooperative (kerjasama) untuk
menguasai pengetahuan dan kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator yang akan dipelajari.
Siswa ditempatkan dalam kelompok
heterogen yang berbeda dari berbagai segi seperti kemampuan akademis, gender,
ras, karakteristik sosial maupun etnik.
Kelompok ini disebut kelompok asal
(home group), jumlah anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang.
Siswa juga bekerja dalam kelompok
ahli (expert group) yang merupakan wakil-wakil dari kelompok asal yang
mempunyai topik yang sama.
Kalau ada empat sub topik yang akan
dibahas, maka jumlah anggota per kelompok juga empat orang. Ssetiap anggota
kelompok yang mempunyai sub topik yang sama akan membentuk kelompok-kelompok
ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada anggota kelompok
serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik tersebut.
Setelah kelompok ahli selesai
membahas dan mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, maka
masing-masing anggota akan kembali kepada kelompok asalnya.
Untuk mengajarkan pada teman
sekelompoknya (home group) apa yang telah mereka dapatkan pada diskusi kelompok
ahli.
Tanggung jawab kelompok adalah
memastikan bahwa setiap anggota dari kelompok asal benar-benar telah menguasai
semua materi yang telah diberikan pada semua kelompok asal. Selain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam strategi Jigsaw II ini juga
dituntut saling ketergantungan positif (saling memberi tahu) terhadap teman
sekelompoknya. Pada akhir pembelajaran atau setelah siswa menguasai materi
pelajaran dalam satu atau setelah siswa menguasai materi pelajaran dalam satu
atau lebih pertemuan, siswa harus mengikuti ujian tertulis yang materinya
merupakan hal yang dibahas pada pertemuan tersebut.
Ujian atau tes dilaksanakan secara
individu. Setelah diperiksa, maka sistem penilaian yang diterapkan adalah
adanya nilai individual dan nilai kelompok.
Nilai atau score setiap siswa
dibandingkan dengan nilai mereka masing-masing sebelum dijadikan score awal.
Setiap siswa yang mengalami kenaikan score dari score awal akan mendapatkan
bonus dengan menggunakan kriteria tertentu.
Jumlah bonus yang diperoleh oleh
setiap anggota kelompok dicari rata-ratanya dan menjadi nilai kelompok.
Kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi atau baik diumumkan dan
diberi penghargaan.
Kelompok tidak akan sukses kecuali
setiap anggotanya memberikan kontribusi yang berasal dari kenaikan nilai
masing-masing semua anggota kelompok harus bekerjasama agar setiap anggota bisa
meningkatkan nilai masing-masing.
F. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Jigsaw II
Melaksanakan strategi Jigsaw II
berarti terjadinya pengalihan beban kerja dari guru kepada siswa.
Supaya bisa berjalan lancar, maka guru harus
mempersiapkan beberapa hal antara lain :
1.
Menentukan tujuan yang akan
dicapai, strategi Jigsaw II menghendaki materi pokok yang harus dibahas oleh
siswa. Jumlah anggota kelompok tergantung kepada jumlah sub materi pokok.
2.
Menentukan bahan atau sumber
belajar seperti buku teks, materi ajar . modul yang relevan dengan topik yang
akan dibahas.
3.
Menentukan skor awal siswa
(base score) nilai awal siswa bisa didapatkan melalui beberapa cara :
a.
Dengan melakukan pree test dan
hasilnya sebagai skor awal.
b.
Mengambil nilai rata-rata
ulangan harian siswa sebelumnya, dalam mata pelajaran yang sama.
c.
Menggunakan nilai semester atau
nilai tahun sebelumnya, seandainya di awal tahun ajar.
4.
Menempatkan siswa pada kelompok
asal (home group yang heterogen) terutama secara akademis dengan cara :
a.
Merangking siswa sampai mulai
dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
b.
Membagi siswa dalam kelompok
sehingga setiap kelompok mempunyai kekuatan yang seimbang, seperti contoh table
dibawah ini :
Tabel 2. Contoh Pembagian Kelompok
Kemampuan
|
Nama Siswa
|
Rangking
|
Kelompok
|
ATAS
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
|
MENENGAH
|
|
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
J
I
H
G
F
E
D
C
B
A
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
|
BAWAH
|
|
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
|
J
I
H
G
F
E
D
C
B
A
|
5.
Menempatkan siswa dalam
kelompok ahli (expert group). Anggota kelompok ahli adalah setiap siswa yang
mempunyai materi yang sama tetapi berasal dari kelompok asal (home group) yang
berbeda. Penempatan siswa pada topik materi sebaiknya berdasarkan hasil diskusi
anggota kelompok asal.
6.
Menyusun tes yang berisi
soal-soal yang meliputi semua topik materi yang dibahas oleh semua kelompok
ahli.
G. Tugas Guru Dalam
Pelaksanaan Jigsaw II
Walaupun siswa belajar secara aktif
dalam Jigsaw II, tetapi guru tetap mempunyai peranan penting terutama dalam :
a.
Memonitor pelaksanaan proses
pembelajaran antara lain, mengamati siswa berdiskusi dalam kelompok, mengatur
waktu, menjaga suasana kelas tetap kondusif dan memberi bantuan bagi kelompok
yang mengalami kesulitan.
b.
Memeriksa hasil tes siswa dan
menghitung kenaikan skor siswa dari skor awal.
Tabel 3. Posisi Kelompok Berdasarkan Perolehan Skor
No
|
Nama Siswa
|
Skor Awal
|
Skor Tes
|
Kenaikan
|
Posisi Group
|
1
2
3
4
|
Andi
Weni
Dedi
|
90
90
87
85
|
94
100
95
89
|
20
40
20
20
|
Rata-rata
25
Super
Team
|
Tabel 4. Kriteria Dalam Penentuan Kenaikan Skor
Skor Tes
|
Kenaikan
|
10 angka dibawah skor awal
Antara 10 angka di bawah skor awal atau sama
1-10 angka di atas skor awal lebih 10 angka diatas skor
awal
Sempurna/betul semua
|
0
0
20
30
40
|
c.
Menghitung kenaikan skor per
group dan tentukan kelompok pemenang
Pada waktu menghitung rata-rata kenaikan skor kelompok,
maka kelompok dengan kenaikan rata-rata paling tinggi dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu :
Rangking I Super
Team
Rangking II Best
Team
Rangking III Good
Team
d.
Berikan penghargaan pada
kelompok terbaik, seperti dengan tepuk tangan, ucapan selamat yang ditempelkan
di papan tulis.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Jenis, Subjek, Tempat dan
Waktu Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah di dalam kelas
dengan melaksanakan tindakan atau perlakuan tertentu. Dalam pelaksanaannya
bekerjasama dengan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang yang sedang melaksanakan
Praktek Lapangan sebagai observer (pengamat).
Subjek penelitian adalah siswa MAN
Koto Tangah Padang Kelas X. Tempat penelitian adalah pada kelas X3
MAN Koto Tangah Padang, waktu penelitian dilaksanakan pada Semester I tahun
pelajaran 2007/2008 pada Bulan November 2007.
B. Desain Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam tiga
siklus. Tiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu :
a.
Perencanaan
b.
Tindakan
c.
Observasi
d.
Refleksi
Empat aspek penelitian ini didasar kepada model Kemmis,
dkk. (1982)
Rencana penelitian tindakan merupakan
tindakan yang tersusun, yaitu mempertimbangkan resiko yang ada dan hendaknya
dipilih karena memungkinkan peneliti untuk bertindak secara efektif dalam
berbagai keadaan. Tindakan yang dilakukan yaitu tindakan yang disertai niat
untuk memperbaiki keadaan.
Tindakan dituntun oleh perencanaan,
kegiatan tindakan dengan kegiatan observasi berlangsung sekaligus. Ketika
peneliti melakukan kegiatannya pada saat itu dilakukan observasi. Pembatas
antara observasi dengan kegiatan tindakan hanya berlaku secara teoritis.
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga
siklus. Prosedur kegiatan penelitian tindakan pada siklus pertama, kedua dan
ketiga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Prosedur Kegiatan Penelitian Tindakan
No
|
Kegiatan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1
|
Perencanaan
|
a.
Membuat perangkat PBM
·
Silabus
·
Menyusun RPP menggunakan
strategi Jigsaw
b.
Mempersiapkan bahan ajar
c.
Membuat lembar observasi
untuk siswa dan untuk guru
d.
Menyusun alat evaluasi untuk
melihat tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan
|
Perencanaan pada
siklus ke II sama dengan siklus pertama
|
Sama dengan
siklus II tetapi ada beberapa perubahan yang perlu diperbaiki
|
2
|
Pelaksanaan/ Tindakan
|
1.
Menggunakan nilai ulangan
harian untuk menentukan nilai awal
2.
Membentuk kelompok
berdasarkan nilai awal
3.
Memberi nama kelompok
4.
Membuka pelajaran dengan
memberi motivasi siswa
5.
Memfasilitasi kerja kelompok
6.
Memberi bahan ajar untuk
didiskusikan oleh kelompok ahli
7.
Melaksanakan tes
8.
Menilai tiap siswa dan nilai
kelompok
|
Sama dengan
siklus I
|
Sama dengan
siklus II
|
3
|
Observasi
|
1. Mengamati siswa berdiskusi untuk mengetahui motivasi siswa dengan
lembaran observasi yang berisi keterampilan kooperatif
2. Mencatat kelemahan-kelemahan yang dilakukan siswa dalam diskusi
kelompok
|
Sama dengan
siklus I
|
Sama dengan
siklus II
|
4
|
Refleksi
|
a.
Menganalisis aktifitas siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu dengan presentasi aktivitas
siswa
b. Menilai hasil belajar siswa
c.
Mencarikan jalan keluar untuk
meningkatkan motivasi hasil belajar.
|
Sama dengan
siklus I
|
Sama dengan
siklus II
|
D. Teknik dan Alat
Pengumpulan Data
1.
Teknik Pengumpulan Data
-
Pengamat (observer) mencatat
semua tindakan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
-
Pengamatan dilakukan observer
setiap sepuluh menit.
2.
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui
motivasi dan kemampuan siswa adalah lembaran observasi yang berupa komponen
keterampilan kooperatif. Hasil belajar diperoleh dengan menggunakan tes.
Lembaran observasi dapat dilihat pada lampiran.
E. Teknik Analisa Data
Data yang didapat pada setiap siklus
observasi dianalisis dengan menggunakan presentase. Tindakan yang dinilai
berdasarkan jumlah siswa yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran. Data yang
diperoleh melalui tes pada setiap siklus dianalisis dengan melihat rata-rata
nilai yang diperoleh dan dinilai menurut penilaian Jigsaw II untuk mengetahui
kenaikan skornya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan :
1.
Pembelajaran dengan menggunakan
strategi Kooperative Learning Tipe Jigsaw II dapat meningkatkan aktifitas dan
motivasi belajar siswa.
Siswa berani mengeluarkan pendapat, aktif dalam
berdiskusi dan aktif belajar kelompok. Siswa belajar dengan cara memakai buku,
berdiskusi, belajar kelompok, mencari dan menemukan sendiri, siswa belajar
bertanggung jawab, sehingga menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri. Dengan
strategi Jigsaw dapat meningkatkan keinginan siswa untuk mendapatkan
prestasi/nilai yang lebih baik dan menggunakan waktu sebaik mungkin.
2.
Walaupun peningkatan hasil
belajar belum mencapai tingkat ketuntasan maksimal (85% siswa mendapat nilai
65) tetapi bila dibandingkan dengan metode konvensional, maka strategi Jigsaw
dapat meningkatkan hasil belajar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :
- Setiap guru dianjurkan untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa, diantaranya dengan melaksanakan strategi pembelajaran yang bervariasi, tidak hanya melalui ceramah saja.
- Penggunaan strategi Kooperatif Learning Tipe Jigsaw II dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, menimbulkan rasa tanggung jawab, menghargai kelompok, percaya diri, serta dapat mengurangi aktifitas negatif siswa seperti ngobrol dengan teman, sering keluar pada jam pelajaran. Oleh karena itu guru mata pelajaran lain dapat menerapkan strategi ini dalam pembelajaran.
- Dalam penilaian, guru hendaknya memberikan suatu penghargaan kepada siswa yang mendapat nilai terbaik berupa reward atau penghargaan lainnya, karena hal ini dapat memotivasi siswa lainnya untuk bersaing dengan temannya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Prayitno, Elida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : Depdikbud,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi P2LPTK.
-
Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning, Theory Research and
Practice. Boston
: Allyn and Bacon.
-
…………… 1983. Cooperative Learning. Maryland
: John Hopkins University .
-
Solihatin, Etin, Dra. H, MPd. Cooperative Learning. Jakarta : Bumi Aksara.
-
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
0 Response to "Contoh Proposal Tindakan Kelas Melalui Metode Pembiasaan"
Posting Komentar