Penerapan Strategi Inkuiri Pada Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang mempelajari
fenomena-fenomena di alam semesta. Sains merupakan jalan memperoleh kebenaran
tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik. Sains berkaitan
dengan fakta, konsep, prinsip dan juga proses penemuan itu sendiri. Penemuan
diperoleh melalui eksperimen yang dapat dilakukan di laboratorium maupun di
alam bebas.
Ilmuwan sains mempelajari gejala alam
melalui proses dan sikap-sikap ilmiah. Proses ilmiah didasari dengan cara
berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung. Sikap ilmiah tercermin
pada sikap jujur dan objektif dalam mengumpulkan fakta dan menyajikan hasil
analisis fenomena-fenomena alam. Melalui cara berfikir logis dan sikap jujur
serta objektif tersebut dihasilkan suatu hasil atau produk berupa penjelasan
atau deskripsi tentang fenomena-fenomena alam berserta hubungan kualitasnya.
Dengan demikian sains terdapat tiga komponen, yaitu proses ilmiah, sikap ilmiah
dan hasil atau produk ilmiah.
Berpijak dari hakekat sains seperti
yang telah diuraikan di atas dapatlah dipahami bahwa pembelajaran sains di
sekolah hendaknya berpijak pada tiga komponen tersebut. Pembelajaran sains
haruslah dirancang untuk memupuk tumbuhnya sikap ilmiah, disamping juga
meningkatkan pola pikir logis yang menjadi landasan dalam proses ilmiah untuk
menghasilkan produk ilmiah. Hal tersebut secara rinci telah tercantum dalam
Kurikulum 2004.
Kurikulum 2004 menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses ilmiah atau proses sains.
Ditekankan juga agar siswa menjadi pebelajar aktif dan luwes. Pendidikan sains
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar siswa mampu untuk mencari tahu dan berbuat.
Mata pelajaran sains di sekolah
berfungsi untuk mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah, serta
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.
Sedangkan tujuan pembelajaran sains adalah untuk memberikan pengalaman kepada
siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah.
Disamping itu juga untuk meningkatkan kesadaran memelihara dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam.
Keberadaan mata pelajaran sains di
sekolah dasar yang ditetapkan dalam kurikulum 2004 memberikan kesempatan bagi
guru untuk memperkenalkan alam dan teknologi sejak dini. Dalam belajar sains
ini guru hendaknya membawa siswa secara aktif untuk mengenal objek, gejala, dan
persoalan alam, menelaah, dan menemukan simpulan atau konsep-konsep tentang
alam. Melalui belajar sains, menurut Thornton dalam Paidi (2003: 1) seorang
subjek belajar dilatih untuk memiliki “satu set” sikap ilmiah yang meliputi
rasa ingin tahu, ketekunan, ketelitian, kejujuran, keterbukaan dan berbagai
keterampilan khusus seperti kemampuan mengukur, berabstraksi, menggunakan simbol-simbol,
gamabr dan tabel.
Berkaitan dengan hal tersebut maka
perlu strategi yang tepat yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
dimaksudkan. Tentu saja dalam penetapan strategi ini sangat perlu diperhatikan
tingkat kesesuaian pola pikir anak dan ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang pembelajaran. Inkuiri merupakan satu langkah strategi yang dapat
digunakan untuk menerapkan pembelajaran sains karena dalam bentuk strategi ini
lebih ditekankan proses perolehan ilmu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
sains. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam makalah ini akan dibahas
tentang “Penerapan Strategi Inkuiri dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar”.
B. Perumusan Masalah
Berlatar belakang dari uraian
tersebut, adapun rumusan masalah yang digunakan dalam makalah ini antara lain :
1.
Inkuiri dalam pembelajaran
Sains.
2.
Tujuan hasil belajar inkuiri.
3.
Tingkah-tingkah laku mengajar
inkuiri.
4.
Lingkungan belajar san siswa
pengelolaan.
5.
Implementasi Inkuiri dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar.
C. Manfaat Makalah
Dari hasil penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.
Menambah informasi tentang
strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sains untuk Sekolah
Dasar.
2.
Membantu guru Sekolah Dasar
secara umum dalam melaksanakan pembelajaran sains melalui strategi inkuiri.
3.
Menyelesaikan tugas akhir
semester pada mata kuliah Seminar Pembelajaran
SD periode Juli – Desember 2008.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Inkuiri Dalam Pembelajaran
Sains
Pembelajaran sains menekankan pada
pengembangan inkuiri secara rinci lebih menekankan pada aktivitas penyelidikan
dan menganalisis pertanyaan-pertanyaan sains. Inkuiri merupakan pembelajaran
yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri siswa dilibatkan dalam
pencarian informasi, sehingga siswa menjadi aktif.
Sejalan dengan hal di atas Sudjana
(1991: 53) menyatakan bahwa model inkuiri
bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek, sekaligus objek belajar,
mempunyai kemampuan untuk berkembang secara optimal. Proses pembelajaran
harus ditempatkan sebagai sarana bagi pengembangan kemampuan tersebut. Untuk
itu siswa harus ditantang dengan tugas-tugas belajarnya agar siswa aktif dalam
proses belajarnya. Gulo (2002: 84) mengemukakan bahwa :
Model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis, analisis, sehingga mereka
dapat menemukan dengan percaya diri.
Pernyataan tersebut di atas
menegaskan bahwa sasaran utama kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan pembelajaran. Selain itu keterarahan
kegiatan secara logis dan sistematis juga diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selanjutnya dengan inkuiri juga dapat mengembangkan sikap percaya
diri sendiri pada diri siswa tentang apa yang ditentukan dalam proses inkuiri.
Inkuiri diawali dengan merumuskan dan
mengajukan permasalahan kepada siwa. Selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan
alternatif jawaban pemecahan masalah. Kemudian siswa diarahkan mencari
informasi yang relevan untuk memecahkan masalah dan diakhiri dengan mengambil
kesimpulan yaitu menetapkan jawaban masalah berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh. Namun dalam kegiatan ini tidak terlepas dari peranan guru
seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (1991: 53) bahwa guru di samping memberikan stimulasi belajar, bertindak sebagai
fasilitator.
Sebagai contoh adalah guru
mengemukakan masalah tentang pendengaran, siswa diberikan kesempatan bertanya
tentang masalah tersebut kalau ada yang belum jelas. Selanjutnya siswa diberi
kesempatan bertanya seluas mungkin tentang masalah yang menjadi topik, sampai
merasa cukup untuk mengambil kesimpulan. Guru tidak dibenarkan memberikan
jawaban yang sifatnya menjawab atau memecahkan masalah. Apabila siswa kurang
aktif, guru membantu siswa menelaah masalah tersebut sehingga siswa akhirnya
menemukan jawaban. Selanjutnya Gulo (2002: 99) mengemukakan proses belajaran
inkuiri itu seperti di bawah ini :
1) tahap pertama, menghadapkan stimulus, 2) tahap kedua, menjajaki
reaksi terhadap situasi yang merangsang, 3) tahap ketiga merumuskan tugas yang
dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan masalah, tugas kelas,
peranan dan sebagainya), 4) tahap keempat, belajar menyelesaikan masalah secara
independen atau kelompok, 5) tahap kelima menganalisis proses dan kemajuan
kegiatan belajar, 6) tahap keenam, evaluasi dan tindak lanjut.
Dari kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa inkuiri diawali dengan pengajuan permasalahan yang disajikan
stumulus sebelum pembelajaran dimulai sehingga siswa menjadi tertantang untuk
belajar. Guru adalah sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing dalam proses
pembelajaran. Siswa dibimbing untuk aktif dan kreatif untuk memecahkan dan
menemukan sesuatu. Akhirnya siswa dan guru membuat generalisasi terhadap
permasalah yang telah dibahas. Siswa dibimbing untuk aktif dan kreatif dalam
pembelajaran.
B. Tujuan Hasil Belajar
Inkuiri
Inkuiri dirancang tidak untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Inkuiri dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom
dan mandiri.
C. Tingkah-Tingkah Laku
Mengajar Inkuiri
1.
Kegiatan Prainstruksional
Kegiatan prainstruksional dalam inkuiri adalah pembagian
tugas individu dan kelompok.
2.
Kegiatan Instruksional
Dalam kegiatan ini ada beberapa langkah kegiatan yaitu :
a.
Informasi bahan pembelajaran
oleh guru, yakni pembahasan konsep-konsep bahan pengajaran disertai alat peraga
dan contoh-contohnya. Setelah itu tanya jawab dengan siswa mengenai bahan
pengajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Selanjutnya, dari konsep dan
prinsip yang terkandung dalam bahan pengajaran, guru merumuskan beberapa
masalah untuk dipecahkan oleh siswa. Masalah yang diajukan adalah masalah yang
problematis, yakni pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana.
b.
Setiap siswa harus memilih
salah satu masalah yang paling menarik perhatinnya. Kemudian siswa diminta
mencari jawaban bagi masalah yang dipilihnya. Guru menyiapkan bahan-bahan
sumber bagi siswa dalam mengidentifikasi pemecahan masalahnya. Sumber bisa buku,
data, atau keterangan, grafik, bagan, dan bahan lain yang relevan. Beri waktu
yang cukup kepada setiap siswa agar mereka menemukan jawabannya.
c.
Siswa yang memilih masalah yang
sama kemudian dihimpun dalam satu kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang.
Setiap kelompok mendiskusikan pemecahan masalah berdasarkan jawaban yang telah
disusun oleh setiap siswa. Dalam diskusi ini kelompok menilai jawaban masalah
yang diajukan oleh setiap kelompok. Guru memantau kegiatan diskusi kelompok.
Berikan waktu yang cukup agar kelompok menghasilkan jawaban masalah yang
disepakati oleh semua anggota kelompoknya.
d.
Setiap kelompok harus
menyajikan atau membaca hasil diskusinya di depan kelas untuk ditanggapi oleh
kelompok atau siswa lainnya. Laporan kelompok dipimpin dan diatur oleh guru.
Jika ada pertanyaan dari siswa, kelompok yang melaporkan hasil diskusinya harus
menjawab dan menjelaskannya. Guru menilai proses atau kegiatan kelompok dalam
menyajikan hasil diskusinya.
e.
Setelah semua kelompok selesai
membaca atau menyajikan hasil-hasil diskusinya, guru dan siswa mengambil
kesimpulan tentang jawaban pemecahan masalah. Kesimpulan di tulis guru di papan
tulis agar dapat dicatat oleh siswa. Sediakan waktu untuk tanya jawab jika ada
hal-hal yang belum jelas atau belum dipahami.
3.
Kegiatan Evaluasi
Kegiatan belajar siswa, baik individual maupun diskusi
kelompok, dinilai oleh guru melalui pengamatan atau observasi. Untuk menilai
hasil belajar yang dicapai oleh siswa, guru mengajukan pertanyaan lisan atau
tulisan mengenai bahan pengajaran yang telah dipelajari oleh siswa. Untuk
pertanyaan evaluasi, gunakan soal-soal yang telah dibuat dalam satuan
pembelajaran.
4.
Kegiatan Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil evaluasi guru menentukan kegiatan
belajar tindak lanjut, baik bagi siswa yang belum berhasil menguasai bahan
pengajaran, termasuk jawaban pemecahan masalah, maupun bagi yang sudah
berhasil.
D. Lingkungan Belajar dan
Siswa Pengelolaan
Lingkungan belajar inkuiri adalah
terbuka, proses demokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan, keseluruhan
proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya
pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif
dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman secara intelektual. Meskipun
guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran yang terstruktur dan dapat
diprediksi, normal di sekitar pelajaran adalah norma, inkuiri terbuka dan bebas
mengemukakan pendapat lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa
bukan guru.
E. Keterampilan Inkuiri Dalam
Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan inkuiri
merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa
mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa berinisiatif
untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan
tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk
menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik
kesimpulan dari data ekperimen, merancang dan membangun model, atau setiap
kontribusi dari kegiatan tersebut di atas. Situasi-situasi pembelajaran
tersebut berciri open-ended, yaitu situasi-situasi tersebut tidak dimaksudkan
untuk menghasilkan satu jawaban “benar”. Meskipun demikian, siswa bekerja
dibawah standar yang jelas. Mereka belajar mengamati secara teliti dan mendalam
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab, sebagian atau
seutuhnya, melalui beberapa tes atau eksploitasi yang bermakna. Mereka terlihat
dalam situasi trial dan error, dan mereka belajar untuk menganalisis dan menalar
secara seksama.
Keterampilan inkuiri dalam
pembelajaran sains meliputi mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan
yang baik, yang dapat mengantarkan pada pengujian dan eskplorasi bermakna.
Keterampilan yang lain meliputi pengamatan dan pengukuran, merumuskan jawaban
sementara dan penafsiran, pembangunan model dna pengujian model. Dalam
pengembangan keterampilan inkuiri tersebut diperlukan eksperimen, refleksi dan
pengakuan atas kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari metode-metode
penyelidikan yang digunakan sendiri. Ketrampilan inkuiri melibatkan komunikasi
karena siswa harus melaporkan hasil-hasil yang diperolehnya selama bekerja.
Dalam pembelajaran sains berbasis
inkuiri ada keterampilan inkuiri yang dilatihkan, yaitu melakukan pengamatan,
analisis, merumuskan pertanyaan, menyusun hipotesis, dan menguji melalui
eksperimen. Dua keterampilan tersebut merupakan keterampilan dasar dalam
inkuiri yang melandasi setiap kegiatan eksperimen siswa baik di laboratorium
maupun penerapannya di dunia nyata.
F. Implementasi Inkuiri dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar
Pembelajaran sains merupakan
pembelajaran terpadu dari ilmu-ilmu pengetahuan alam. Penetapan sains di
sekolah dasar merupakan keputusan yang dirangkum dalam kurikulum 2004, yang
bertujuan memperkenalkan sains tentang alam dan teknologi sejak dini. Namun
pembelajaran sains yang dimaksud mungkin tidak akan tercapai apabila strategi
yang digunakan guru kurang tepat mendukung kompetensi dasar yang dimaksud.
Inkuiri merupakan salah satu bentuk
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran sains. Inkuiri
sering dianggap merupakan strategi yang dapat digunakan pada tingkatan sekolah
menengah. Namun tidak demikian halnya apabila dalam pembelajaran sains untuk
sekolah dasar juga digunakan strategi inkuiri, yang tentunya disesuaikan dengan
pola pikir anak dan berorientasi pada lingkungan anak.
Perlakuan-perlakuan yang diberikan
tentunya lebih sederhana, tapi tidak meninggalkan keterampilan pokok inkuiri
yaitu :
1) melakukan pengamatan, 2) analisis,
3) merumuskan pertanyaan, 4) menyusun hipotesis, dan 5) menguji melalui
eksperimen.
Penerapan inuiri untuk pembelajaran
sains sekolah dasar dapat dilakukan dengan mendekatkan anak pada alam
sekitarnya, sehingga keterampilan yang ada dalam inkuiri dapat diamati langsung
oleh guru, dan mudah dilakukan anak karena sumber yang dicarinya tidak jauh
dari kehidupannya. Salah satu contoh penggunaan inkuiri dalam pembelajaran
sains tingkat sekolah dasar adalah mengamati pertumbuhan dan perkembangan kacang
dengan menggunakan metode gulung.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut : 1) Menentukan topik dan membahas teori dengan diakhiri untuk
membuktikan teori melalui eksperimen, 2) Mempersiapkan alat dan bahan sederhana
untuk melakukan pengujian teori tentang pertumbuhan. Seperti biji kacang,
gelas, air, kertas merang, pena dan penggaris, 3) Biji kacang diletakkan pada
sehelai kertas merang. Gulung kertas dengan biji-bijian terletak di dalamnya.
Ikat gulungan kertas tersebut dengan benar, kemudian celupkan pada gelas yang
telah berisi air pada dasarnya. Air tidak terlalu banyak, cukup untuk membasahi
kertas saja. Simpan pada gelas yang sama, 4) Setelah melakukan kegiatan
tersebut, kembali melakukan analisis terhadap kemungkinan yang akan terjadi,
mengajukan pertanyaan dan mengumpulkan jawaban tersebut untuk dianalisis, 5)
Bukalah gulungan kertas setelah tiga hari, lakukan pengamatan, 6) Berilah tanda
pada bagian akar dan batang dengan tinta tahan air dan batang dengan jarak 0,5
cm. kemudian tandailah masing-masing daerah tersebut dengan tanda 1, 2, 3 dan
seterusnya, 7) Gulung kembali kertas, rendam dalam gelas berisi air kembali, 8)
Setelah 3 hari buka kembali gulungan kertas, kemudian ukur jarak antar tanda
yang sebelumnya sudah ditandai, 9) Ulangi pengamatan setelah 3 hari kemudian,
10) Akhir dari kegiatan adalah menjawab hipotesis yang telah dirancang sebelum
eksperimen, 11) Menarik kesimpulan dan memantapkan teori kembali.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
proses merupakan kunci dari pembelajaran inkuiri, sehingga penting bagi guru
untuk memperhatikan proses selain kognitif anak. Dengan demikian tidak tertutup
kemungkinan untuk melakukan inkuiri pada materi-materi yang lain, dan guru
harus mampu berusaha untuk kreatif mengembangkan materi yang relevan dengan
kompetensi yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sikap ilmiah tercermin pada sikap
jujur dan objektif dalam mengumpulkan fakta dan menyajikan hasil analisis
fenomena-fenomena alam. Melalui cara berfikir logis dan sikap jujur serta
objektif tersebut dihasilkan suatu hasil atau produk berupa penjelasan atay
deskripsi tentang fenomena-fenomena alam berserta hubungan kausalitasnya. Dalam
sains terdapat tiga komponen, yaitu proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasil atau
produk ilmiah.
Inkuiri dirancang tidak untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Inkuiri
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pelajara yang otonom dan mandiri.
Pembelajaran sains untuk sekolah
dasar juga digunakan strategi inkuiri, yang tentunya disesuaikan dengan pola
pikir anak dan berorientasi pada lingkungan anak.
B. Saran
Dalam penekanan pembelajaran sains
untuk sekolah dasar guru sebaiknya tidak hanya berorientasi pada kemampuan
kognitif saja, namun sesuai dengan tujuan kurikulum 2004 tentang pembelajaran
sains maka seharusnya guru melibatkanpada kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Inkuiri merupakan salah satu strategi yang dapat menilai pada
ketiga kemampuan tersebut. Maka dalam menetapkan strategi untuk pembelajaran
sains ini guru harus mampu menciptakan kreatifitas berpikir anak dan mencobakan
strategi inkuiri pada pembelajaran sains untuk memenuhi tuntutan kompetensi
dasar adalah satu hal yang mungkin untuk dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Azman Zain. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Gulo, W. (2002). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia .
Paidi. (2003). Implementasi
Evaluasi Alternatif dalam Pembelajaran Sains : Makalah Seminar dan
Lokakarya Implementasi Metode Evaluasi Alternatif, FMIPA, UNY, 2003.
Roestiyah. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dan Wari Suwariyah. (1991). Model-model Mengajar CBSA. Bandung : Sinar Baru.
Usman, Uzer. (1995). Menjadi Guru Profesional. Jakarta :
Rosdakarya.
0 Response to "Penerapan Strategi Inkuiri Pada Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar"
Posting Komentar