Resensi Novel Menyemai Cinta Karangan Dandang A. Dahlan
Judul : Menyemai Cinta
Nama Pengarang : Dandang A. Dahlan
Penerbit : Dari Mizan Anggota
IKAPI
Tebal buku : 160 Halaman
Tahun terbit : 2004
Sebuah novel teenlit yang di tulis oleh seorang bapak-bapak yang
bernama Dandang A Dahlan yng bertemakan kesetiaan cinta.Dandang lahir di kota
Gendolo Trikoyo Jaken,Desa karangetan.Sejak SMA tulisannya sudah di muat di
berbagai koran daerah dan pusat,prestasinya sudah banyak mulai dari tahun 1996
sampai tahun 2004 seperti novel menyemai cinta ini merupakan pemenang lomba
cerita fiksi keagamaan kini penulis mengajar di SMA 2 Jawa tengah.
Abdul Mufti adalah sosok seorang pemuda tampan yang taat pada agama.
Setiap hari ia selalu melaksanakan puasa dalail. Katanya, dengan melaksanakan
puasa dalail ia bisa mendapatkan ridha dunia akhirat dari sang pencipta. Pemuda
itu selalu melaksanakan puasa tahunan, sebagai pemuda yang berada di lingkungan
kota , berbagai
macam cobaan di rasakannya. Mulai dari berbagai jenis makanan, hiburan,
pergaulan dan wanita cantik yang bisa menggoyahkan puasanya. Terutama sosok
Wuri Graiti, gadis impian Mufit. Dia seorang gadis cantik, lembut dan berasal
dari keluarga dokter yang terkenal di kota
ini. Hati Mufti takut dan minder untuk ikut bersaing mendapatkan Wuri.
Mbah Kasno adalah lelaki terkaya di desa Karangetan. Tapi sayang
lelaki itu tidak pernah shalat. Itu sebabnya Mbah Kasno memilih Mufit sebagai
jagoan di keluarganya. Ia berharap Mufit bisa menjadi khatib dan imam di Masjid
yang didirikan mbahnya. Suatu hari Mbah Kasno mendirikan Masjid tapi masyarakat
di kampung Karangetan tidak setuju tentang hal itu karena ia tidak mau shalat.
Akibatnya Mbah Kasno tersinggung, akhirnya kesehatan Mbah Kasno semakin
memburuk. Akhirnya Mbah Kasno teringat pada seorang kiai yang terkenal ia
adalah sahabatya waktu dulu yang bernama Kiai Madun.
Dan Mbah Kasno pun meminta bantuan kepada Kiai Madun untuk
mengajarinya shalat dan doa. Ternyata dalam dua bulan Mbah Kasno bisa shalat.
Itu karena hatinya sudah tidak sabar ingin mendirikan Masjid, setelah pulang ke
desa Karangetan Mbah Kasno mendirikan Masjid tapi ia harus melalui banyak
rintangan. Dan masyarakat didesa itu tidak mau shalat di Masjid itu karena ia
menyangka Masjid itu adalah Masjid haram. Masalah itu berlarut panjang. Dan
akhirnya Kiai Madun menolongnya.
Beberapa bulan kemudian, Masjid Karangetan berdiri, dan banyak
anak-anak Karangetan pergi mengaji. Dan sekarang desa Karangetan menjadi desa
yang paling banyak santrinya. Melihat perubahan itu legalah hati mbah Kasno
karena telah berhasil membawa sanak famili dan tetangga beribadah. Mengingat
usia Mbah Kasno sudah lanjut ia ingin Mufit menjadi kiai di Masjidnya. Ketika
Mufit sesudah pulang ke kampungnya, wajah pemuda tampan itu membuat para orang
tua di kampung itu ingin anak gadisnya menjadi istri Mufit, apalagi pak Muksan
yang telah mengincar Mufit dari kecil untuk anaknya Maskanah. Tapi Mufit tidak
peduli karena Mufit hanya menganggap Muskanah sebagai adik. Karena penampilan
Mufit biasa saja tidak seperti Kiai Mufit di benci oleh kampung Karangetan.
Mereka menganggap bahwa Mufit telah mempelajari ilmu harap di waktu SMA.
Seperti ilmu matematika dan fisika, mereka menganggap bahwa hanya
ilmu agama saja yang harus dipelajari. Pada suatu ketika Mufit mengantar kan
Maskanah ke kota tapi Mufit juga tidak bisa menggantikan posisi Wuri di
pikirannya, tapi Abu Sujak seorang pemuda yang menginginkan Maskanah menjadi
istrinya salah sangka dan mengajak Mufit berkelahi dan akhirnya Mufit bisa
mengalahkan Abu Sujak. Sudah dua tahun Mufit memendam rasa cinta pada Wuri tapi
tanpa di ketahui Mufit ternyata Wuri juga mencintai Mufit dan berharap agar
Mufit bisa menjadi kekasihnya.
Mufit adalah siswa yang mendapat nilai tertinggi dan ia mendapat
undangan untuk kuliah di Universitas Negeri di Surabaya, dan pada acara
perpisahan di sekolah Wuri menemui Mufit untuk meminta maaf karena merasa telah
salah pada Mufit. Akhirnya keduanya terpisah dalam jangka waktu yang sangat
lama, setelah bertemu dengan Wuri Mufit langsung pulang ke kampungnya karena
merasa khawatir atas kesehatan Mbah Kasno. Setiba di rumah Pak Kahar ayah
kandung Mufit merasa senang melihat keberhasilan anaknya. Pak Kasno membagi hartanya
dengan adil dan sebahagian di berikannya pada orang yang membutuhkan dan
akhirnya Mbah Kasno meninggal dunia pada hari Jum’at.
Pada suatu hari Mufit mengikuti seminat yang diadakan di Jakarta tentang
“Kesehatan Kulit” dan Wuri juga salah satu pesertanya. Setelah itu Wuri mengisi
acara pertama dan Mufit terkejut melihat semua itu dan ia menyangka bahwa
pencariannya selama ini tidak sia-sia sekarang wanita yang diimpikannya telah
ada di hadapannya. Dalam pertemuan itu Mufit menyatakan perasaannya kepada Wuri
bahwa ia sangat mencintai Wuri dan Mufit menanyakan kesanggupan Wuri untuk
tinggal bersamanya dan Wuri menjawab saya mau, karena hanya kakak yang bisa
membimbing saya dunia dan akhirat.
Akhirnya mereka berdua resmi menikah dan Wuri pun tinggal di desa
Karangetan. Kedatangan Wuri di sambut baik oleh keluarga Mufit dan masyarakat
desa Karangetan karena baru pertama kali ada dokter spesialis kulit di desa
itu. Bahkan masyarakat mengumpamakan pasangan Wuri dan Mufit sebagai mentari di
kubah Masjid.
Tema dari buku ini adalah kesetiaan cinta. Alur pada cerita ini
kurang jelas karena untuk memahami ceritanya butuh waktu yang lama. Cerita ini
diceritakan pada banyak tempat yaitu: desa Karangetan, Surabaya ,
Jakarta .
Keunggulan buku ini yaitu semua yang di ceritakannya dapat diterima
oleh rasa ke ingin tahuan kita, dan disini kita juga dapat menyaksikan cara
penulis menggambarkan sebuah keluarga yang yakin akan keteguhan hati terhadap
ajaran agama Islam.
Kelemahan dalam buku ini yaitu
alurnya kurang jelas,bahasa yang digunakan sulit di mengerti karena banyak
menggunakan bahasa daerah.Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa buku ini
merupakan buku yang bagus karena dapat di baca oleh semua kalangan.kita dapat
mengambil banyak pelajaran dan mengetahui tentang ajaran agama.
Karyanya selalu dikenang meski beliau telat pergi untuk selamanya :(
BalasHapus