Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk
menciptakan manusia Indonesia
seutuhnya. Konsep ini merujuk pada manusia yang sejahtera dengan kualitas hidup
yang tinggi, memiliki hubungan yang harmonis dengan lingkungan baik lingkungan
alam, sosial serta penciptaannya. Penduduk merupakan objek pembangunan yang
bisa terkena dampak positif maupun negatif dari pembangunan dan penduduk juga
bisa menjadi subjek yang merupakan titik sentral dari pembangunan nasional yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, kondisi lingkungan hidup serta
pembangunan nasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, kondisi
lingkungan hidup serta pembangunan yang berkelanjutan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan maka pembahasan ini dapat dirumuskan dengan melihat
sejauh mana pengaruh dari tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di
Sumatera Barat.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Sebagai tugas akhir pelajaran.
2.
Untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh tingkat pengangguran terhadap perkembangan perekonomian di Sumatera
Barat.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teoritis
1.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut
dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi
masyarakat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diukur dengan meningkatnya
hasil produksi dan pendapatan. Dalam pertumbuhan ekonomi biasanya telaah proses produksi yang melibatkan
sejumlah jenis produk dengan menggunakan sejumlah sarana produksi tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dalam arti terbatas,
yaitu peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan bisa berlangsung tanpa
terujudnya pembangunan. Sebaliknya, pembangunan ekonomi dalam arti luas harus
meliputi pertumbuhan (sebagai salah satu ciri pokok ekonomi dalam proses
pembangunan). Hal ini berhubungan dengan kenyataan pertambahan penduduk di
masyarakat di negara sedang berkembang.
Sehubungan dengan itu laju
pertumbuhan (cepat lambatnya meningkat produksi barang dan jasa) harus cukup
tinggi dalam arti melampaui tingkat pertambahan penduduk (Djojohadikusumo,
1993:2).
2.
Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang
sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif mencari pekerjaan
pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak memperoleh pekerjaan yang
diinginkan.
Macam-macam pengangguran :
“Untuk mengelompokkan masing-masing pengagguran
diperlukan defenisi-defenisi : waktu, intensitas pekerjaan dan produktifitas.
Selain itu untuk efektifnya seseorang bekerja faktor-faktor seperti motivasi, sikap
dan hambatan-hambatan budya juga harus diperhatikan.
a)
Pengguran terbuka : baik
sukarela (mereka yang tidak bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih
baik) maupun secara terpaksa mereka yang tidak bekerja tetapi tidak memperoleh
pekerjaan.
b)
Setelah menganggur (Under
Employment) : mereka yang bekerja selama-lamanya (hari, minggu, musiman) kurang
dari yang bisa mereka kerjakan.
c)
Tampaknya bekerja tetapi tidak
bekerja secara penuh : yaitu yang digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan
setengah menganggur.
d)
Tenaga kerja yang lemah
(impared) : yaitu mereka yang mampu bekerja full time tetapi intensitasnya
lemah karena kurang gizi karena penyakitan.
e)
Tenaga kerja yang tidak
produktif : yaitu mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi karena
sumber daya penolong kurang memadai maka mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu
dengan baik.
Berdasarkan pada faktor-faktor yang
menimbulkannya, pengangguran dapat dibedakan pada tiga jenis yaitu :
a)
Pengangguran Konjungtur
(Cyclical Unemployment), yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian.
b)
Pengangguran Struktural, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi selalu diikuti oleh perubahan struktur dan
corak kegiatan ekonomi. Pengangguran struktural terjadi sebagai akibat dari
merosotnya permintaan dan peralatan produksi yang semakin canggih maka banyak
perusahaan-perusahaan atau industri yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja.
c)
Pengangguran Normal, yaitu
apabila suatu periode perekonomian tertentu terus menerus mengalami
perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin
rendah, pada akhirnya perekonomian dapat mencapai pengerjaan tenaga kerja
penuh.
Akibat Buruk Pengangguran
1)
Akibat buruk keatas perekonomian
Setiap negara akan berusaha agar
tingkat kemakmuran masyarakat dapat dimaksimumkan dan perekonomian selalu
mencapai pertumbuhan perekonomian yang teguh. Tingkat pengangguran yang relatif
tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai tujuan tersebut. Hal ini dapat
dengan jelas dilihat dengan memperhatikan berbagai akibat buruk yang bersifat
ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran.
Akibat buruk tersebut antara lain :
Ø Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimumkan tingkat
kemakmuran.
Ø Pengangguran mengakibatkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.
Ø Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan perekonomian.
2)
Akibat buruk keatas individu
dan masyarakat
Pengangguran akan mempengaruhi
kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan
sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah :
Ø Pengangguran mengakibatkan kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan.
Ø Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan.
B. Kerangka Konseptual
Tingkat pengangguran dapat dipengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dimana semakin tinggi tingkat pengangguran
suatu daerah maka semakin lesu tingkat pertumbuhan ekonominya. Hal ini
disebabkan karena sebagian banyak orang yang menganggur maka akan menyebabkan
beban pemerintah akan semakin bertambah.
C. Data
1.
Pengangguran di Sumatera Barat
Pada zaman sekarang ini banyak sekali
permasalahan yang timbul dalam kehidupan di berbagai negara salah satunya
adalah masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia . Pengangguran itu tidak
hanya tejadi di Indonesia
tetapi diseluruh dunia. Daerah Sumatera Barat sebagai salah satu propinsi di Indonesia
juga tidak terlepas dari permasalahan pengangguran, adapun perkembangan dari
tingkat pengangguran selama empat tahun terakhir adalah :
Tabel
Perkembangan Pengangguran Di Sumatera Barat Tahun 2001 – 2004
Tahun
|
Penganggur
(
Jumlah )
|
2001
2002
2003
2004 |
64.725
105.987
245.607
328.373
|
2.
Perkembangan PDRB Sumatera
Barat
Setiap daerah harus mempunyai
sumber-sumber keuangan daerah sendiri agar dapat menutupi pembiayaan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas daerah untuk menunjang pembangunan. Hal ini
didasari pada ketentuan bahwa daerah otonomi berhak untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri, karena pemerintah pusat dan pemerintah yang lebih
tinggi tidak akan sepenuhnya memberikan bantuan. Daerah otonomi diberi wewenang
untuk menggali dan menghasilkan sumber-sumber keuangan dari daerah sendiri yang
dituangkan dalam APBD dimana salah satu keuangan dari daerah tersebut adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Agar kesinambungan pembangunan daerah
di Sumatera Barat dapat terjamin, salah satu sasaran pembangunan daerah
ditujukan untuk meningkatkan penerimaan daerah, agar dana untuk pembangunan
pada masa yang akan datang dapat terpenuhi dengan cara menggali dan memelihara
sumber dana yang ada pada daerah Sumatera Barat.
Tabel
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Di Sumatera Barat Tahun 1999 – 2004
Tahun
|
DPRB
Perkapita Sumbar
(
Rp )
|
Kenaikan
(
% )
|
2001
|
6.075.716,04
|
-
|
2002
|
6.853.825,83
|
12.81
|
2003
|
7.479.495,52
|
9.39
|
2004
|
8.360.743,13
|
11.51
|
Dari tabel diatas terlihat bahwa
terjadinya perubahan yang berfluktuasi dari tingkat kenaikan PDRB Perkapita di
Sumbar, dimana pada tahun 2002 terjadi peningkatan yang tinggi dari tahun
sebelumnya (2001) yaitu sebesar 12.81 % dengan PDRB sebesar 6.853.825,83
kemudian melemah di tahun 2003 dengan persentase kenaikannya hanya 9.39 %
dengan PDRB sebesar 7.479.495,52 dan pada tahun 2004 naik 11.51 % dengan PDRB
sebesar 8.360.743,13.
- Pembahasan
Pengangguran merupakan masalah yang
selalu dihadapi oleh setiap perekonomian. Dalam pembahasan ini ditemukan bahwa
terdapat pengaruh yang berarti dari tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Barat.
Kita lihat pada tahun 2002
peningkatan jumlah penggangguran tidak begitu besar dari tahun sebelumnya
(2001) yaitu dari 64.725 menjadi 105.987 sehingga pertumbuhan ekonomi dapat
naik sebesar 12.81 %. Pada tahun 2003 jumlah pengangguran meningkat cukup
tinggi dari tahun sebelumnya yaitu dari 105.987 naik menjadi 2045.605. Hal ini
menyebabkan menurunnya kenaikan pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 9.39 %.
Begitu juga yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya.
Jadi berdasarkan data yang ada dapat
kita lihat bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin menurun
persentase kenaikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat atau dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi menjadi semakin lesu. Banyaknya pengangguran tenaga kerja
akan menyebabkan produksi menjadi rendah maka pendapatan rendah dan permintaan
perkapita menjadi rendah oleh karena itu tingkat tabungan dan investasi rendah
sehingga pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan rendah pula.
Menurut Boediono (1985:1) pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan output dalam jangka panjang. Perhatian tekanan pada
tiga aspek pengertian tersebut yaitu :
a)
Proses, yaitu melihat bagaimana
suatu perekonomian berkembang.
b)
Output Perkapita, dimana perlu
diperhatikan output total (GDP) dan sisi jumlah penduduk.
Waktu (Jangka Panjang), yaitu
kenaikan output perkapita selama satu atau dua tahun yang kemudian diikuti
dengan penurunan output perkapita bukanlah pertumbuhan ekonomi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengangguran merupakan fenomena yang
selalu ada di tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya di negara yang sedang
berkembang bahkan di negara maju pun terdapat pengangguran. Tingkat
pengangguran di Indonesia
masih tergolong tinggi, khususnya di daerah Sumatera Barat jumlah pengangguran
selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya.
B. Saran
Sesuai pada pembahasan sebelumnya,
maka pada akhir penulisan makalah ini penulis menyampaikan beberapa buah saran
Pemprov khususnya dan pembaca pada umumnya, yaitu :
1.
Diharapkan kepada pemerintah
Propinsi Sumatera Barat dapat menekan tingkat pengangguran sedini mungkin, baik
dengan perluasan lapangan kerja, pemberian modal dalam bentuk pinjaman,
peningkatan kualitas tenaga kerja yang terampil dan ahli di bidangnya, karena
tingkat pengangguran dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.
2.
Diharapkan kepada masyarakat yang
pada saat ini dalam keadaan menganggur agar secepatnya mempunyai pekerjaan agar
tidak mempunyai dampak buruk terhadap segala aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Acley
Gardener. 1993. Teori Ekonomi
Makro. Diterjemahkan oleh P. Sihontang. UI.
Akhiruddin. 1998. Prinsip
– Prinsip Geografi Ekonomi dan Industri. FPIPS IKIP Padang .
Arsyad Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. FE UGM.
0 Response to "Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat"
Posting Komentar