Kacang Hijau, Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani (Contoh Makalah)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang hijau adalah
sejenis tanaman budidaya dan palawija yang
dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia
menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang
tanah.
Bagian
paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan
sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang yang
digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang
hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur
dan Asia
Tenggara dan dikenal sebagai tauge.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dari pembuatan makalah ini adalah :
a.
Pengenalan
tanaman kacang hijau.
b.
Persyaratan
lokasi usaha tani kacang hijau.
c.
Teknik
budidaya kacang hijau.
d.
Hama dan
penyakit tanaman kacang hijau.
e.
Penanganan
panen dan pasca panen kacang hijau.
C.
Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia juga untuk:
a.
Mengetahui
tentng tanaman kacang hijau.
b.
Mengetahui
persyaratan lokasi usaha tani kacang hijau.
c.
Mengetahui
cara budidaya kacang hijau.
d.
Mengetahui
hama dan penyakit tanaman kacang hijau.
e.
Mengetahui cara penanganan panen dan pasca panen kacang
hijau.
BAB II
PENGENALAN TANAMAN KACANG
HIJAU
A. Klasifikasi Tanaman Kacang
Hijau
Dalam
ilmu tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio (divisi) : Spermatophyta (tanaman berbiji).
Subdivisio (sub divisi) : Angeaspermae (biji berada dalam buah).
Clas (kelas) : Dicotyledoneae (biji berkeping dua).
Ordo (bangsa) : Leguminales.
Familia (suku) : Leguminoceae (kacang-kacangan).
Subfamilia : Papillionoideae.
Genus (marga) : Phaseolus.
Spesies : Phaseolus Aurus atau Phaseolus Radiatus L.
B. Diskripsi dan Morfologi
Tanaman Kacang Hijau
Tanaman
kacang hijau tergolong ke dalam golongan tanaman palawija (tanaman pangan).
Tanaman kacang hijau membentuk polong dan tanaman berbentuk perdu atau semak.
Secara
morfologi, bagian atau organ-organ penting tanaman kacang hijau adalah sebagai
berikut :
1. Akar
Perakaran
tanaman kacang hijau tersusun atas akar tunggang, akar serabut, dan akar
lateral. Akar tunggang merupakan akar primer yang tumbuh paling awal dari benih
yang tumbuh. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi mencapai kedalaman 1 m lebih.
Akar lateral merupakan akar sekunder atau cabang-cabang akar yang tumbuh pada
akar primer. Akar sekunder ini tumbuh tersebar menyamping (horizontal) dekat
dengan permukaan tanah dengan lebar mencapai 40 cm lebih. Akar serabut
merupakan akar-akar rambut yang tumbuh pada akar lateral.
2. Batang
Batang
tanaman kacang hijau mengayu, berbatang jenis perdu (semak), berambut dan
berbulu dengan struktur bulu yang beragam, berwarna cokelat muda atau hijau.
Batang berukuran kecil dan berbentuk bulat, ketinggian batang antara 30 cm –
100 cm. Batang bercabang menyebar ke semua arah. Banyaknya cabang setiap
tanaman tergantung pada varietas dan kepadatan populasi tanaman. Jika kepadatan
tanaman rapat (jarak tanam rapat), maka cabang yang tumbuh berkurang atau
bahkan tidak tumbuh cabang sama sekali.
3. Daun
Tanaman
kacang hijau berdaun majemuk yang bersusun 3 helaian anak daun setiap tangkai.
Daun berbentuk lonjong dengan bagian ujung runcing. Daun berwarna hijau sampai
hijau tua dengan permukaan daun mempunyai struktur bulu yang beragam,
tergantung dari varietasnya. Daun juga memiliki ukuran yang beragam tergantung
dari varietasnya. Kedudukan daun tegak dan daun memiliki tangkai utama. Tangkai
daun hijau agak merah, berbulu jarang, permukaan bawah daun hijau di atasnya
merah tua kehijauan, ulat daun merah tua kehijauan (Var. Bhakti), urat daun
berwarna merah, permukaan atas berwarna merah tua kehijauan, permukaan bawah
berwarna hijau (Var. Siwalik). Daun permukaan atas berwarna merah tua
kehijauan, permukawaan bawah hijau tua, urat daun merah (Var. Artaijo), daun
berwarna hijau, tungkai daun hijau (Var. Manyar, Nuri, Merak, Betet, Gelatik),
hijau muda (Var. Walet, Parkit).
4. Bunga
Bunga
tanaman kacang hijau berbentuk menyerupai kupu-kupu dengan mahkota bunga
berwarna kuning keabu-abuan atau kuning muda, tergantung varietasnya. Bunga ini
termasuk bunga sempurna atau berkelamin dua (hermaphrodit), yaitu setiap bunga terdapat
benang sari (sel kelamin jantan) dan kepala putik (sel kelamin betina). Bunga
tanaman kacang hijau tumbuh secara berkelompok dan muncul pada setiap ketiak
daun (ruas-ruas batang).
5. Buah
Buah
kacang hijau berbentuk polong yang panjangnya 6-15 cm, warna polong hitam.
Polong kacang hijau tersusun bersigmen-sigmen yang berisi biji. Jumlah biji
dalam satu polong bervariasi antara 6-16 buah, tergantung pada panjang polong.
Pada polong yang berukuran panjang, jumlah bijinya lebih banyak jika dibandingkan
dengan polong yang pendek. Polong yang telah kering mudah pecah dan
mengeluarkan biji-bijinya. Polong kacang hijau terbentuk disetiap pangkal
cabang, jika kondisi pertumbuhan tanaman baik, polong yang terbentuk dapat
menghasilkan biji yang penuh.
6. Biji
Biji
terbentuk bulat kecil berwarna hijau sampai hijau gelap. Warna tersebut
merupakan warna dari kulit bijinya. Biji kacang hijau berkeping dua dan
terbungkus oleh kulit. Bagian-bagian biji terdiri dari kulit, keping biji,
pusar biji (hilum), dan embrio yang terletak di antara keping biji. Pusar biji
atau hilum merupakan jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Keping biji
mengandung makanan yang akan digunakan sebagai makanan untuk calon tanaman yang
sedang tumbuh.
C. Varietas Kacang Hijau
Varietas
kacang hijau yang termasuk spesies Phaseolus Radiatus L jumlahnya sangat banyak
dan memiliki sifat yang beragam, baik mengenai potensi produksinya, daya
adaptasinya terhadap lingkungan, ketahanannya terhadap serangan hama dan
penyakit, tipe pertumbuhannya, ukuran bijinya, warna bijinya, umur panennya,
tingginya tanaman, kandungan gizinya, dan lain sebagainya.
BAB III
PERSYARATAN
LOKASI USAHA TANI KACANG HIJAU
A. Keadaan
Iklim
Iklim secara langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Iklim juga berpengaruh terhadap
perkembangan mikroba (patogen) dan hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
1.
Suhu dan Kelembaban
Suhu udara yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman kacang hijau berkisar antara 25-27oC. Akan
tetapi, tanaman kacang hijau masih bisa tumbuh baik pada suhu udara sehingga 35oC
dan dibawah 25oC hingga 20oC. Suhu yang terlalu tinggi
maupun rendah akan menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman
selanjutnya. Suhu yang terlalu tinggi dapat mematikan bibit. Sedangkan pada
suhu yang sesuai, bibit akan tumbuh cepat.
2.
Curah Hujan
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh
dengan baik dan produksinya tinggi memerlukan curah hujan berkisar antara
600-2.400 mm/tahun atau curah hujan selama musim tanam berkisar antara 50-200
mm/bulan. Curah hujan yang kurang, bila tidak disertai dengan pengairan yang
cukup pada fase perkecambahan dapat menyebabkan benih gagal tumbuh, karena
merupakan kebutuhan benih yang pertama untuk berkecambah. Demikian pula pada
fase pembuahan dan pengisian polong. Apabila tanaman tidak mendapatkan air yang
cukup maka tanaman tidak dapat membentuk polong. Curah hujan yang terlalu
tinggi, juga akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, produksinya
rendah, tanaman mudah rebah, dan tanaman mudah terserang penyakit.
3.
Penyinaran Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan sumber
energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Fotosintesis tanaman
dapat berjalan dengan baik apabila tanaman mendapatkan penyinaran cahaya
matahari yang cukup. Bibit kacang hijau dapat tumbuh dengan baik, cepat dan
sehat. Paca cuaca yang hangat dimana cahaya matahari terang dan penuh.
Kekurangan cahaya matahari dapat menyebabkan bibit pucat, batang memanjang,
kurus dan lemah. Untuk mendapatkan penyinaran cahaya matahari yang cukup. Lahan
penanaman kacang hijau harus terbuka (tidak terlindungi oleh pepohonan).
B. Keadaan Tanah
Keadaan tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman dan produksi polong (hasil panen). Adapun keadaan tanah
yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut :
1.
Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kacang hijau adalah tanah gembur dengan struktur tanah
lempung berdebu, dan kedalaman lapisan olah lebih 50 cm, sifat fisik tanah yang
demikian itu akan mudah mengikat air dan memiliki drainase yang baik. Tanaman
kacang hijau juga masih dapat tumbuh dengan baik dan produksinya masih cukup
baik pada tanah gembur yang bertekstur lempung berpasir dan liat berdebu.
Sedangkan pada tanah yang berstektur pasir, kerikil dan liat padat sudah kurang
sesuai untuk pertanaman kacang hijau.
2.
Sifat Kimia Tanah
Kemasaman tanah (pH tanah) yang
sesuai untuk pertanaman kacang hijau adalah berkisar antara 5,8-6,5. Pada
kisaran pH tanah 5.0-5,8, tanaman kacang hijau masih dapat tumbuh baik. Derajat
keasaman tanah kurang dari 4,5 dan lebih besar dari 7,0, tanaman kacang hijau
tidak dapat tumbuh dengan baik dan produksinya rendah.
3.
Sifat Biologis Tanah
Tanah yang mengandung bahan organik
tanah tinggi sangat sesuai untuk pertanaman kacang hijau. Keadaan tanah dengan
bahan organik tanah yang tinggi sampai sedang dapat meningkatkan proses
nitrifikasi (organisme tanah dapat memproduksi amonia dan nitrat), menekan
pertumbuhan patogen, melancarkan peredaran udara di dalam tanah, dan dapat
meningkatkan peresapan air. Sehingga dengan demikian akan meningkatkan
perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman selanjutnya.
4.
Ketinggian Tempat (Geografis Tanah)
Tanaman kacang hijau dapat ditanam di
berbagai ketinggian tempat (dataran rendah, dataran medium, dan dataran
tinggi). Namun, ketinggian tempat yang paling cocok untuk penanaman kacang
hijau adalah di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Ketinggian tempat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, produksi, dan umur panen. Penananam
kacang hijau didataran tinggi lebih dari 750 m dpl umur panennya akan lebih
panjang jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah.
5.
Kemiringan Tanah
Tanah yang datar sangat sesuai untuk
penanaman kacang hijau jika dibandingkan dengan tanah yang miring karena biaya
pembukaan lahan dan pengolahan tanah lebih murah. Menurut Umi Haryati, dkk,
1993, pembukaan lahan yang memiliki kemiringan antara 10%-40% memerlukan tenaga
kerja sebanyak 357-1.334 hari kerja setara pria (HKSP) per-hektar. Pembukaan
lahan yang bertopografi miring harus dibuat teras-teras untuk bidang penanaman
dan tanggul untuk menahan tanah longsor.
BAB IV
TEKNIK BUDIDAYA KACANG
HIJAU
A.
Pengadaan Benih
Tanaman kacang
hijau diperbanyak dengan biji. Sehingga dengan demikian, untuk bertanam kacang
hijau diperlukan biji sebagai benih. Pengadaan benih kacang hijau dapat
dilakukan melalui dua cara, yakni membeli benih yang siap tanam dan dengan cara
mengadakan pembenihan sendiri.
Penggunaan benih
varietas lokal maupun varietas unggul hasil panen sebelumnya sebaiknya
dihindari. Karena benih ini memiliki kualitas yang rendah, sehingga apabila
ditanam produksinya rendah, tanaman tidak tahan terhadap serangan penyakit,
daya adaptasi terhadap lingkungan rendah. Karena benih tersebut sudah merupakan
campuran dari beberapa strain atau varietas.
Untuk mendapatkan
benih yang berkualitas baik, sebaiknya pengadaan benih dilakukan dengan cara
membeli benih yang siap tanam. Karena benih dihasilkan dari penanganan yang
sangat selektif di kebun pembenihan. Benih yang berkualitas baik yang
diproduksi dari perusahaan pembenihan memiliki daya hasil tinggi, benih
memiliki bentuk dan ukuran seragam, benih murni, dan mempunyai ketahanan
terhadap serangan beberapa jenis hama dan penyakit.
Pengadaan benih
dengan cara membeli benih yang siap tanam, sebaiknya memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Benih telah disertifikasi, karena benih yang telah
disertifikasi terjamin kualitasnya.
2. Tanggal batas waktu penggunaan benih. Benih yang
telah kadaluarsa, persentase perkecambahan benih telah menurun.
3. Benih dari varietas unggul.
B.
Teknik Budidaya
1.
Teknik Budidaya Kacang Hijau di Lahan Sawah
Beririgasi Teknis
a.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan
untuk penanaman kacang hijau lahan sawah irigasi teknis (bekas tanaman padi)
cukup dengan membuat bedengan dan saluran irigasi dan drainase. Sehingga dengan
demikian tidak perlu dilakukan pengolahan tanah. Sebab, tidak terdapat
interaksi antara perlakuan pengolahan tanah dengan hasil panen. Adapun
penyiapan lahan penanaman kacang hijau di lahan sawah irigasi meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Pembuatan bedengan dan parit.
2) Pengapuran tanah.
b.
Inokulasi Rhizobium
Pada lahan yang
belum pernah ditanami jenis tanaman kacang-kacangan, sebaiknya lahan tersebut
terlebih dahulu diinokulasi Rhizobium, sebab, pada lahan yang baru pertama kali
ditanami kacang-kacangan, bila tidak diinokulasi bakteri Rhizobium umumnya
hasil panen rendah. Inokulasi Rhizobium bertujuan untuk meningkatkan
pembentukan bintik akar pada tanaman sehingga dengan demikian dapat
meningkatkan hasil panen.
Cara melakukan
inokulasi bakteri Rhizonobium pada benih kacang hijau adalah sebagai berikut :
1) Benih dibasahi dengan air bersih hingga cukup
basah.
2) Inokulum Rhizobium dicampurkan dengan benih kacang
hijau hingga merata ditempat yang teduh, benih kacang hijau yang telah diinokulasi
bakteri Rhizobium dikering anginkan beberapa saat, selesai kering anginkan
benih segera ditanam (tidak boleh ditunda lebih dari 6 jam).
c.
Penanaman Benih
Benih atau biji
kacang hijau dapat langsung ditanam dikebun tanpa melalui persemaian terlebih
dahulu. Agar benih yang ditanam tumbuh baik, maka benih yang akan ditanam harus
utuh (tidak cacat, luka, atau pecah), ukurannya seragam, tidak terserang hama
maupun penyakit, tidak tercampur dengan varietas lain, tidak keriput, dan
bentuknya normal. Selain itu penanaman benih kacang hijau juga harus
memperhatikan pemilihan waktu tanam, jarak tanam, dan cara penanaman.
d.
Desinfektan Benih
Untuk mencegah
benih yang telah ditanam diserang hama, misalnya semut, rayap, dan lain
sebagainya, maka setelah benih ditanam, sebaiknya juga diberikan furadan pada
lubang tanam atau disekitar lubang tanam. Furadan diberikan bersamaan pada saat
tanam dengan dosis 8 kg/ha yang disebarkan secaraq merata di permukaan tanah
atau 0,50 g setiap lubang tanam.
e.
Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa
berupa jerami padi kering sebanyak 5 ton/ha dapat meningkatkan hasil hingga 40%
jika dibandingkan dengan pertanaman kacang hijau yang tidak diberi mulsa.
Pemberian mulsa
jerami padi pada pertanaman kacang hijau dapat meningkatkan laju tumbuh relatif
dan produksi polong sebagai akibat dari penekanan pertumbuhan gulma, serangan
lalat bibit, penguapan air tanah, serta memperlambat proses pengerasan dan
peretakan tanah.
Pemberian mulsa
berupa jerami padi kering dilakukan setelah benih kacang hijau ditanam dengan
cara jerami dihamparkan hingga merata setebal 3-5 cm di permukaan lahan.
f.
Penyulaman
Penyulaman pada
usaha tani kacang hijau adalah merupakan kegiatan mengganti benih yang mati
(tidak tumbuh). Penyulaman benih (biji) pada tanaman kacang hijau hanya
dilakukan satu kali saja, yaitu dilakukan 4-15 hari setelah tanam. Penyulaman
ini hanya dilakukan bila benih yang tidak tumbuh berkisar antara 10%-25%.
Apabila benih yang tidak tumbuh sampai melebihi 40%, maka sebaiknya semua
diganti. Kemudian penyiapan lahan dan seleksi benih dikerjakan yang lebih baik
lagi.
g.
Penyiraman
Air sangat
diperlukan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan tanaman. Kerusakan akibat
kekeringan adalah daun-daun cepat tua dan mudah rontok, dan tanaman tumbuh
kerdil. Kekurangan air pada fase generatif (saat berbunga, pembentukan polong,
dan pengisian polong) akan mengakibatkan inisiasi bunga dan jumlah bunga yang
terbentuk sedikit, dan selanjutnya persarian terganggu karena mengeringnya
tepung sari dan putik. Sehingga dengan demikian tanaman gagal melakukan
pembentukan polong dan pengisian polong. Akibatnya produksi sangat rendah atau
bahkan bisa terjadi gagal panen. Kekurangan air pada fase perkecambahan
menyebabkan benih tidak dapat berkecambah. Disamping itu, kekurangan air juga
menyebabkan perkembangan akar dan bintil-bintil akar terhambat.
h.
Pemupukan
Pemupukan tanaman
kacang hijau yang ditanam di lahan sawah bekas padi umumnya kurang responsif
karena pada lahan bekas padi sawah telah terus menerus dipupuk NPK. Dari
beberapahasil penelitian melaporkan bahwa pemberian pupuk NPK pada tanaman
kacang hijau di lahan sawah yang padinya mendapat pupuk NPK tidak menunjukkan
peningkatan hasil pada kacang hijau.
i.
Penyiangan
Gula dan rerumputan
merupakan tanaman pengganggu yang sangat merugikan bagi tanaman kacang hijau.
Tanaman kacang hijau kurang mampu bersaing dengan gula dan rumput, sehingga
apabila gulma dan rumput tidak dikendalikan dapat menurunkan hasil panen kacang
hijau mencapai 60%. Oleh karena itu, pengendalian gulma dan rumput harus
dilakukan dengan baik.
2.
Teknik Budidaya Kacang Hijau di Lahan Sawah Tadah
Hujan
a.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan
untuk penanaman kacang hijau di lahan sawah tadah hujan tidak perlu dilakukan
pengolahan tanah. Karena pengolahan tanah yang sempurna tidak memberikan
perbedaan nyata terhadap hasil panen dibandingkan dengan pengolahan tanah
minimum. Pengolahan lahan cukup dilakukan dengan membuat bedengan dan
parit-parit.
b.
Inokulasi Rhizobium
Inokulasi Rhizobium
dilakukan bila lahan yang akan ditanami kacang hijau belum pernah ditanami
jenis tanaman kacang-kacangan. Inokulasi Rhizobium pada tanah dilakukan dengan
cara menaburkan tanah yang berasal dari lahan pertanaman kacang-kacangan.
Inokulasi Rhizobium dapat juga dilakukan pada benih yang akan ditanam. Benih
diinokulasi dengan Inokulum multiguna Rhizoplus dengan takaran 150 g/50 kg
benih.
c.
Penanaman dan Desinfektan Benih
Penanaman benih
dapat langsung dilakukan setelah selesai mempersiapkan lahan. Benih ditanam
dengan sistem tuggal atau menggunakan mesin penanam. Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 40 cm x 15 cm atau 50 cm x 10 cm, 20 cm x 20 cm atau 40 cm x
10 cm.
Benih yang telah
ditanam kemudian didesinfektan dengan diberi Furadan pada lubang tanam atau
disekitar lubang tanam dengan dosis 8 kg/ha atau 0,50 g/lubang tanam.
d.
Pemberian Mulsa
Mulsa yang
diberikan berupa jerami padi kering sebanyak 5 ton/ha. Pemberian mulsa
dilakukan setelah benih kacang hijau ditanam. Caranya jerami padi ditaburkan
secara merata setebal 3-5 cm dipermukaan tanah.
e.
Penyulaman
Penyulaman benih
dilakukan terhadap benih yang tidak tumbuh. Penyulaman hanya dilakukan satu
kali saja, yakni dilakukan 4-15 hari setelah tanam. Apabila benih yang tidak
tumbuh melebihi 40%, maka semua benih harus diganti.
f.
Pengairan
Tanaman kacang
hijau tidak tahan kekeringan dan terhadap genangan air. Pemberian air yang
cocok untuk pertanaman kacang hijau adalah air tanah dalam kapasitas lapang
(tidak becek). Tanaman kacang hijau mulai menderita kekeringan apabila tanah
sedalam 5-10 cm telah kering.
Cara pemberian air
pada pertanaman kacang hijau di lahan sawah tadah hujan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
1) Penyiraman sistem irigasi tetes.
2) Penyiraman sistem curah.
3) Penyiraman sistem gembor.
g.
Pemupukan
Pupuk yang
diberikan berupa pupuk urea sebanyak 50 kg/ha, pupuk SP-36 sebanyak 125 kg/ha,
dan pupuk Kcl sebanyak 50 kg/ha.
Pupuk urea, SP-36,
dan Kcl dapat diberikan sebelum tanam atau diberikan bersamaan pada saat tanam,
dan seluruh pupuk diberikan sekaligus. Sedangkan pemberian pupuk daun dilakukan
beberapa tahap.
h.
Penyiangan
Pengendalian gulma
dapat dilakukan secara terpadu, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida
pra tumbuh yang dikombinasikan dengan penyiangan. Dari hasil penelitian
menyatakan bahwa pengendalian gulma menggunakan herbisida metalachlor yang
dikombinasikan dengan penyiangan pada 21 hari setelah tanam dapat menekan
pertumbuhan gulma sebesar 45% dibandingkan dengan hanya menggunakan herbisida
metalachlor saja.
BAB V
HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN KACANG HIJAU
A.
Hama Tanaman Kacang Hijau
1.
Lalat Bibit (Ophiomyia Phaseoli Tryion)
Serangga dewasa
berupa lalat berwarna hitam mengilap dan tubuh berukuran kecil. Lalat betina
berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Siklus hidup lalat kacang berkisar
antara 3-4 minggu. Lalat kacang menggerek batang dan pucuk hingga menyebabkan
rusaknya batang dan pucuk tanaman. Stadium yang menyerang tanaman adalah larva
(belatung/ulat).
Pencegahan dan
pengendalian lalat kacang dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Penanaman serempak, yaitu penanaman dalam satu
hamparan yang luas dengan waktu tanam yang bersamaan.
b. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
c. Penanaman dengan menggunakan mulsa plastik hitam
perak atau mulsa jerami padi.
d. Desinfektan benih menggunakan insektisida berbahan
aktif karbosulfan.
e. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida
berbahan aktif Cypermethrin.
2.
Lalat Kacang (Melanogromyza Spp)
Serangga dewasa
berupa lalat berwarna hitam mengkilap, dan tubuh berukuran kecil. Lalat betina
berukuran lebih besar daripada lalat jantan. Larva atau ulatnya
kekuning-kuningan. Larva dari lalat kacang ini mengerek batang. Tanaman yang
diserang umumnya tanaman yang masih muda.
Pencegahan dan
pengendalian lalat kacang dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Budi daya menggunakan mulsa jerami.
b. Mencabut tanaman yang terserang berat, lalu
membakarnya.
c. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
d. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
e. Penyemprotan dengan insektisisa berbahan aktif
Cypermethrin.
f. Desinfektan benih menggunakan insektisida berbahan
aktif karbosulfan.
3.
Kepik Hijau (Neraza Viridula L)
Keripik hijau
dewasa tubuhnya berwarna hijau, berbentuk segi lima seperti perisai, panjang
tubuh 1 cm, dan kepala bersungut. Kepik hijau, tubuhnya ada juga yang berwarna
kuning kehijauan dan dipunggungnya terdapat tiga bintik berwarna hijau.
Pencegahan dan
pengendalian kepik hijau dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Sanitani kebun, yaitu membersihkan kebun dari
rumput dan gulma, serta sisa-sisa tanaman mati.
b. Dengan menyebarkan musuh alaminya, yang dapat
memangsa telur kepik hijau.
c. Memangkas daun yang menjadi asarang telur,
kemudian dikumpulkan dan dibakar.
d. Pergiliran tanaman yang tanaman yang bukan
inangnya.
e. Penyemprotan dengan insektisida.
f. Penanaman serempak dalam satu hambaran lahan yang
luas.
4.
Kepik Coklat (Riportus linearis L)
Kepik coklat
dewasa, bentuk tubuh dan warna tubuh mirip dengan walang sangit. Tubuhnya
berwarna coklat dengan garis putih kekuningan di sepanjang tubuhnya. Telur
kepik coklat berwarna biru keabu-abuan, dan biasanya terdapat dipermukaan daun
bagian bawah secara berkelompok.
Pencegahan dan
pengendalian kepik coklat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Sanitasi kebun
b. Penenaman serempak, yaitu penanaman dalam satu
hamparan yang luas dengan waktu tanam bersamaan.
c. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
d. Menangkapi kepik pada pagi hari antara jam
06.00-09.00 WIB, lalu membunuhnya.
e. Penyemprotan dengan insektisida.
5.
Ulat Jengkal (Plusia Chalcites Esper/ Chrysodeixis
Esper)
Ulat jengkal
tubuhnya berwarna hijau dan terdapat dan terdapat garis berwarna lebih muda
pada sisi sampingnya, dan panjang tubuhnya sekitar 2 cm. Ciri khas ulat jengkal
adalah bila berjalan melompat atau melengkungkan tubuhnya.
Pencegahan dan
pengendalian ulat jengkal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Sanitasi kebun.
b. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
c. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
d. Memunguti ulat, lalu membunuhnya.
e. Memotong daun yang menjadi sarang telur, kemudian
dikumpulkan dan dibakar.
f. Dengen menyebarkan musuh alaminya.
g. Penyemprotan dengan insektisida.
6.
Ulat Grayak
Ulat grayak yang
masih muda berwarna kehijauan, sedangkan ulat dewasanya berwarna kecoklatan
atau abu-abu gelap, dan berbintik-bintik hitam serta bergaris-garis keputihan.
Ulat grayak berumur 20 hari, kemudian menjadi kepompong yang berwarna coklat
kemerahan, kepompong tersebut berada di dalam tanah.
Pencegahan dan
pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Dengan penggenangan sesaat akan membunuh ulat yang
berada di dalam tanah.
b. Sanitasi kebun.
c. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
d. Memangkas daun yang menjadi sarang telur, kemudian
dikumpulkan dan dibakar.
e. Dengan
menyebarkan musuh alaminya.
f. Memunguti ulat, lalu membunuhnya.
g. Menangkap kupu-kupunya dengan menggunakan
perangkap lampu minyak yang dibagian bawahnya diberi baskom yang berisi air dan
minyak tanah.
h. Pengolahan tanah yang intensif.
i.
Dengan penyemprotan
insektisida.
j.
Dengan
menggunakan perangkap feromoid sex.
7.
Ulat Penggerek Polong
Ulat penggerek
polong yang masih muda berwarna hijau pucat, sedangkan ulat dewasa berwarna
kemerah-merahan dan kepalanya berwarna hitam. Ulat memiliki bentuk tubuh silindris
dan panjangnya sekitar 1,5 cm. Ulat berkepompong di dalam tanah. Ulat ini hidup
di dalam polong dan memakan biji-biji kacang hijau.
Pencegahan dan
pengendalian ulat polong dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah yang intensif dapat membunuh
kepompong yang berada di dalam tanah.
b. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
c. Polong yang terserang ulat dipangkas, kemudian
dikumpulkan dan dibakar.
d. Pergiliran tanaman dengan tanaman selain tanaman
kacang-kacangan.
e. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida
berbahan aktif BPMC.
8.
Ulat Polong (Helicoverpa armigera hubn)
Ulat polong
memiliki ciri-ciri: tubuhnya tertutup banyak kutil dan bulu, warnanya beraneka
ragam. Ulat muda berwarna putih agak kekuningan dan kepalanya berwarna hitam.
Ulat akan menjadi kepompong setelah berumur 17-24 hari, kepompongnya berwarna
coklat atau kemerahan, dan berada dalam tanah.
Pencegahannya dan
pengendalian ulat polong dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
b. Memetik polong yang telah diserang ulat dan
dihancurkan.
c. Sanitasi kebun.
d. Penanaman serempak dalam satu hambaran lahan yang
luas.
e. Memunguti ulat dan kepompong, lalu membunuhnya.
f. Dengan menyebarkan musuh alaminya.
g. Penyemprotan insektisida.
9.
Ulat Penggulung Daun (Lamprosema Indicatta)
Ulat penggulung
daun tubuhnya berwarna kehijauan (hijau terang) dengan garis-garis kuning
sampai putih buram. Kepalanya berwarna kuning muda mengkilap. Ulat ini hidup
didalam gulungan-gulungan daun muda hingga menjadi kepompong.
Pencegahan dan
pengendalian ulat penggulung daun dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
b. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
c. Memangkas daun-daun yang terserang, dan daun yang
ada telurnya dibakar.
d. Penyemprotan dengan insektisida.
e. Menyebarkan musuh alaminya berupa parasitoid
larva.
10. Kutu
Jenis kutu yang
sering menyerang tanaman kacang hijau adalah kutu hijau, kutu kebul, wereng,
dan kutu trip.
Pencegahan dan
pengendalian hama kutu dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya.
b. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
c. Memangkas daun-daun atau bagian-bagian tanaman
yang terserang dan menjadi sarang telur kemudian dikumpulkan dan dibakar.
d. Penyemprotan dengan isektisida.
11. Kumbang
Daun (Phaedonia Inclusa Stal)
Kumbang daun
memiliki ciri-ciri kepala dan dada berwarna merah, sayap depan berwarna hitam
kebiruan mengkilap dengan bagian pinggir berwarna kuning. Kumbang jantan
memiliki ukuran tubuh lebih pendek dari kumbang betina. Kumbang dewasa dan
larvanya sama-sama merusak pucuk daun, tangkai daun, bunga, dan polong.
Pencegahan dan
pengendalian kumbang daun dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inangnya.
b. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
c. Memangkas daun yang menjadi sarang telur hama ini.
d. Penyemprotan dengan insektisida.
12. Ulat
Tanah (Agrotis Ipsilon Hufn)
Ulat tanah memiliki
ciri-ciri badannya berwarna coklat tua kehitam-hitaman agak mengkilap,
beruas-ruas, liat, dan lunak, panjang tubuh 2-5 cm. Ulat ini berada di dalam
tanah di dekat tanaman.
Pencegahan dan
pengendalian ulat tanah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pergiliran tanaman yang bukan inangnya.
b. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
c. Pengolahan tanah yang intensif.
d. Menyebarkan musuh alaminya berupa parasitoid ulat.
e. Menggunakan perangkap dengan umpan.
f. Penyemprotan dengan insektisida.
B.
Penyakit Tanaman Kacang Hijau
1.
Bercak Daun Cercospora
Pencegahan dan
pengendalian bercak daun cercospora dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
b. Menanam varietas-varietas yang tahan penyakit
bercak daun.
c. Sisa-sisa tanaman sakit dibakar.
d. Penyemprotan dengan fungsida berbahan aktif
benomyl.
2.
Kudis
Pencegahan dan
pengendalian kudis dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Menanam varietas yang tahan.
b. Tanaman yang sakit berat dicabut dan dibakar.
c. Sanitasi kebun.
d. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
kacang-kacangan.
e. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif
Tiofanat Metil.
3.
Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew)
Pencegahan dan
pengendalian penyakit embun tepung dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Menanam varietas yang tahan.
b. Tanaman yang terinfeksi berat dicabut dan dibakar.
c. Sanitasi kebun
d. Sisa-sisa tanaman dibakar atau ditimbun ke dalam
tanah.
e. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif
benomyl.
4.
Penyakit Bercak Cokelat (Antraknosa)
Pencegahan dan
pengendalian penyakit bercak cokelat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan dari
jenis kacang-kacangan.
b. Tidak dianjurkan menanam kacang hijau secara berturut-turut.
c. Menanam dengan jarak tanam yang lebih lebar.
d. Menanam biji yang sehat.
e. Membersihkan sisa-sisa tanaman mati, kemudian
dikumpulkan dan dibakar.
f. Mencabut tanaman yang sakit berat dan membakarnya.
g. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif benomyl.
5.
Penyakit Karat Daun
Pencegahan dan
pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan dari
jenis kacang-kacangan.
b. Menanam varietas yang tahan penyakit karat.
c. Mencabut tanaman yang sakit parah, kemudian
dikumpulkan dan dibakar.
d. Sanitasi kebun.
e. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang
luas.
f. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif
Klorotalonil.
6.
Penyakit Bercak Sclerotium
Pencegahan dan
pengendalian penyakit bercak sclerotium dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah yang intensif (sempurna).
b. Perbaikan drainase (pengeluaran air).
c. Penanaman dengan jarak tanam lebih lebar.
d. Mencabut tanaman yang sakit, lalu membakarnya.
e. Fumigasi tanah dengan Basamid 3G.
f. Menyiram larutan fungisida disekitar batang
tanaman.
g. Penyemprotan fungisida yang berbahan aktif
mankozeb 80%.
h. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
inangnya.
i.
Merendam
benih dengan Agrimycin atau Agrept selama 5-15 menit.
j.
Menanam benih
yang sehat.
k. Mensterilkan peralatan yang akan dipergunakan ke
dalam larutan formalin selama 10 menit.
l.
Menggunakan
pupuk kandang yang baik.
7.
Penyakit Bisul Daun (Penyakit Bakteri)
Pencegahan dan
pengendalian penyakit bisul daun dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan dari
jenis kacang-kacangan.
b. Menanam beih yang sehat.
c. Menanam varietas yang tahan terhadap penyakit
bisul daun.
d. Menimbun atau membakar sisa-sisa tanaman sakit
atau sisa-sisa tanaman setelah panen.
8.
Penyakit Mozaik
Pencegahan dan
pengendalian penyakit mozaik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Menanam benih yang sehat dari tanaman yang sehat.
b. Tanaman yang sakit dicabut dan dibakar.
c. Pergiliran tanaman dengan tanaman selain
kacang-kacangan.
d. Mengendalikan serangga vektor (serangga penular)
dengan penyemprotan insektisida.
BAB VI
PENANGANAN PANEN DAN PASCA
PANEN KACANG HIJAU
A. Penanganan Panen Kacang
Hijau
1.
Umur Panen
Umur panen tanaman kacang hijau dapat
juga ditentukan berdasarkan keadaan fisik tanaman. Secara fisik, tanaman kacang
hijau yang sudah dapat dipanen memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Polong berwarna coklat sampai hitam dan kulitnya
telah mengering.
b.
Daun-daun telah menguning dan
telah banyak yang rontok.
c.
Polong mudah dipecahkan.
2.
Cara Pemanenan
Cara pemanenan kacang hijau adalah
polong dipetik satu per satu dengan menggunakan tangan, karena polong kacang
hijau tidak masak serempak. Namun ada beberapa varietas kacang hijau yang
polongnya matang serempak. Untuk varietas kacang hijau yang polongnya matang
serempak, pemanenan dapat dilakukan dengan cara memotong tangkai-tangkai polong
menggunakan sabit atau pisau yang tajam, kemudian polong kacang hijau
dikumpulkan di tempat yang teduh (base camp).
3.
Waktu Pemanenan
Pemanenan kacang hijau sebaiknya
dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah (tidak hujan). Pemanenan yang
dilakukan pada saathujan dapat menyebabkan biji rusak setelah dilakukan
pengumpulan dan penumpukan di gudang.
B. Penanganan Pasca Panen
Kacang Hijau
1.
Pengeringan Polong
Pengeringan polong kacang hijau harus
segera dilakukan selesai pemanenan. Sebab, penundaan pengeringan akan
menurunkan kualitas biji, meningkatkan butir rusak, dan penurunan berat kering
biji. Di samping itu, juga untuk memudahkan proses pembijian atau perontokan
biji.
2.
Perontokan Biji (Pembijian)
Perontokan biji atau pembijian kacang
hijau dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Perontokan kacang hijau secara
tradisional.
b.
Perontokan kacang hijau dengan
pedal.
c.
Perontokan kacang hijau dengan
mesin.
3.
Pembersihan Kotoran
Cara pembersihan kotoran selesai
perontokan biji dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.
Ditampi, yaitu biji kacang
hijau yang bercampur dengan kotoran dimasukkan dalam wadah kemudian digerakkan
naik-turun hingga biji terpisah dari kotoran, lalu kotoran diambil dan dibuang.
b.
Menggunakan kipas (blower)
c.
Menggunakan mesin pembersih
(mesin penampi) yaitu kombinasi ayakan dengan blower.
4.
Pengeringan Biji Kacang Hijau
Selesai perontokan biji, biji kacang
hijau harus segera dikeringkan lagi hingga kadar air dibawah 12% (sekitar 10%).
Biji kacang hijau yang baru dirontok umumnya kadar airnya masih tinggi.
Sehingga dengan demikian apabila biji yang baru dirontok tidak dikeringkan lagi
akan mudah busuk dan mudah terserang hama gudang. Pengeringan biji kacang hijau
dapat dilakukan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari atau dengan
menggunakan mesin pengering.
5.
Pengemasan Biji Kacang Hijau
Biji kacang hijau yang telah kering
dengan kadar air sekitar 10-12% dapat dikemas ke dalam karung goni, kantong
plastik, kaleng (blek), dan karung plastik.
Cara mengemas biji kacang hijau
adalah sebagai berikut : biji kacang hijau dimasukkan ke dalam kantong pengemas
sebanyak 20-50 kg, kemudian kantong pengemas ditutup dengan sistem rapat udara.
Apabila pengemasan dengan kantong rangkap caranya, adalah biji dimasukkan ke
dalam kantong plastik polyethylene sebanyak 50 kg, kemudian dimasukkan ke dalam
karung goni, kantong plastik ditutup dengan sistem rapat udara, sedangkan
karung goni dijahit yang rapat dan rapi.
6.
Penyimpanan Biji Kacang Hijau
Di dalam kegiatan menyimpan biji
kacang hijau banyak hal yang harus diperhatikan agar biji kacang hijau tidak
lekas rusak, antara lain adalah ruang penyimpanan, kelembaban udara, dan
penyusunan kemasan di dalam ruang penyimpanan (gudang).
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan
kandungan lemaknya
merupakan asam lemak tak jenuh.
Kandungan kalsium dan fosfor pada
kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga mengandung
rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari konsumsi lemak
tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menjadikan bahan makanan
atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau.
B. Saran
Lemak kacang hijau tersusun atas 73%
asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk
menjaga kesehatan jantung.
Kacang hijau mengandung vitamin B1
yang berguna untuk pertumbuhan dan vitalitas pria. Maka kacang hijau dan
turunannya sangat cocok untuk dikonsumsi oleh mereka yang baru menikah.
Kacang hijau juga mengandung multi
protein yang berfungsi mengganti sel mati dan membantu pertumbuhan sel tubuh,
oleh karena itu anak-anak dan wanita yang baru saja bersalin dianjurkan untuk
mengkonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang. 2007. Kacang Hijau, Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu.
Semarang.
Rahmat Rukmana. 1997. Kacang Hijau. Kanisius. Yogyakarta.
Subiyakto Sudarmo. 1992. Pestisida Untuk Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Subiyakto Sudarmo. 1992. Pengendalian Serangga Hama Kacang Hijau. Kanisius. Yogyakarta.
0 Response to "Kacang Hijau, Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani (Contoh Makalah)"
Posting Komentar