Laporan Karyawisata Budaya Alam Minangkabau
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah gadang Minangkabau merupakan
suatu tugu hasil kebudayaan suatu suku bangsa yang hidup di suatu daerah bukit
barisan yang menjajar disepanjang pantai barat pulau Sumatera. Rumah Gadang
Minangkabau adalah milik bersama atau milik suatu kaum, untuk mendirikan sebuah
Rumah Gadang dilakukan bersama-sama pula secara gotong royong. Rumah Gadang
dibangun pada tanggal 8 Agustus 1998 diresmikan pada tanggal 17 Desember 1990.
Pemilik Rumah Gadang bernama H. Bustanil Basri. Selain Rumah Gadang, masih
banyak peninggalan-peninggalan oleh datuak-datuak dahulu dan kuburan-kuburan
datuak atau penghulu seperti kuburan Adityawarman, kuburan panjang, batu timbangan
dan lain-lain
B. Rumusan Masalah
a.
Rumah Gadang?
b.
Kuburan panjang?
c.
Bangunan ruang sari tabek?
d.
Batu batikam?
e.
Situs prasasti kubur rajo I dan
II?
f.
Batu kasur atau batu timbangan?
g.
Batu angkek-angkek?
BAB II
PEMBAHASAN
Saya berangkat dari rumah menuju kampus jam 6.30, lalu
kumpul sebentar karena ada arahan dari Bapak Dosen, kira-kira waktunya setengah jam. Jadi kita
berangkat dari kampus jam 8.30, dan dalam perjalanan kita berhenti dahulu untuk
membeli sesuatu yang dirasa perlu dalam perjalanan. Tujuan pertama kita sampai
yaitu :
A. Rumah Gadang
Sampai di Rumah Gadang Padang Panjang
ini jam 10.00. Rumah Gadang Minangkabau adalah milik bersama atau milik suatu
kaum, untuk mendirikan sebuah Rumah Gadang dilakukan bersama-sama pula secara
gotong royong. Rumah Gadang dibangun pada tanggal 8 Agustus 1998, diresmikan
pada tanggal 17 Desember 1990 oleh Bapak Gubernur Dr. Hasan Basri dan pemilik
Rumah Gadang bernama H. Bustanil Arifin, SH dengan berstatus nagari atau kota
piliang sistim otokrasi. Sebagai Rumah Gadang tidak hanya karena ukuran besar
tetapi juga disebabkan memiliki fungsi yang sangat besar dan makna yang sangat
dalam bagi kehidupan masyarakat Minangkabau. Rumah Gadang dibangun untuk
menampung orang sekaum atau separuik, sebagai tempat tinggal, sebagai tempat
mufakat atau musyawarah, tempat melaksanakan upacara perkawinan.
Ruangan dalam Rumah Gadang itu
berjumlah ganjil yaitu sembilan ruang dan dihuni Cuma delapan ruang. Anak
laki-laki dalam Rumah Gadang umur 10 tahun sudah menginap di Surau atau
tidurnya di Surau. Anak laki-laki di Rumah Gadang untuk pergi makan saja,
sesudah makan lalu dia pergi ke Surau. Kenapa anak laki-laki dalam Rumah Gadang
menginap atau tidurnya di Surau, supaya di atidak bodoh dan mendapatkan ilmu
disana nantinya. Kalau menikah dia akan menginap dan akan tinggal di Rumah
Gadang, dan ukuran kamar di Rumah Gadang
kecil, kenapa dibuiat kecil supaya suaminya tidak bermalas-malasan dalam
bekerja dan mencari uang. Tiang rumah gadang itu sendiri tidak lurus, sistem
kayunya dipasang pasang saja, tiangnya diletakkan di atas batu, supaya terjadi
gempa Rumah Gadang tidak akan roboh, makanya ada falsafahnya :
“Condong Indak
Mambawok Rabah”
Rumah Gadang mempunyai rangkiang :
-
Rangkiang sibayau : Untuk menyimpan padi makan sehari-hari.
-
Rangkiang sitinjau lapa : Untuk menyimpan padi untuk fakir miskin.
-
Rangkiang sitinjau lauik : Untuk orang kampuang.
Rangkiang ini letaknya jauh dari
Rumah Gadang, supaya nanti terjadi kebakaran di Rumah Gadang, rangkiangnya
tidak ikut terbakar, jadi orang Rumah Gadang tidak ikut kebakar.
Anjuang dalam Rumah Gadang ada 2 yaitu :
- Anjungan sebelah kanan berfungsi untuk anak gadis.
- Anjungan sebelah kirinya berfungsi untuk datuak.
Di Rumah Gadang ada juga tonggak tuo.
Tonggak tuo adalah tiang yang paling tua usianya dari semua bangunan tiang
tersebut dan pertama kali ditegakkan. Penegakkan tonggak tuo dilaksanakan
dengan upacara adat. Mewakili kedudukan wanita tertua di Minangkabau dan juga
mewakili kaum wanita sebagai pemilik dan pewaris yang dijamin dan dilindungi
oleh adat.
B. Kuburan Panjang
Sampai di Kuburan Panjang jam 12.00.
Kuburan Panjang adalah makam Tanbejo Gurhano dilindungi UU No. 5 Tahun 1992
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar.
Kuburan Panjang di Pariangan yaitu
nagari tertua di Minang, luas situs 629 m2 bermakam Datuak Tanbejo
Gurhano yang merupakan tokoh arsitek pembuatan Balai Ruang Sari Tabek 25,5 m x
7 m, sehingga dinamakan Kuburan Panjang, nisannya berupa batu kali tanpa
olahan.
Kuburan itu sudah banyak orang
mengukurnya tapi tidak ketemu-ketemu berapa panjang kuburan itu. Pas saya coba
dan saya ukur, ukurannya tidak sama dengan ukuran pertama, ukurannya
berubah-ubah tidak menetap. Dulu Datuak Tanbejo Gurhano itu adalah pemaku atok
rumah gadang, Datuak itu dia tinggi sekali, makanya dengan tingginya itu dia
memaku atok rumah gadang dengan duduk saja dan tidak memakai tangga untuk
memanjat.
Disana juga ada batu duduk, tampek
duduk kaum untuk menyelesaikan suatu masalah suatu kaum. Dan batunya berjumlah
8. Di batu itulah para datuak duduk untuk menyelesaikan masalah.
Dan ada juga di sana kuburan
baungguk, kuburan itu walaupun didatarin tanahnya, tanah itu akan baungguk
kembali seperti semula dengan sendirinya.
C. Bangunan Ruang Sari Tabek
Sampai dibangun sari tabek sekitar
jam 12.30. Bangunan ini dibangun sekitar XVII Masehi atas saham adat,
bangunannya tersebut dari kayu dengan atap ijuk dan lantai pangguang. Bangunan
ditopang dengan tiang kayu sebanyak 18 pasang setih. Tanginan ini memanjang
tanpa dinding, berukuran panjang 49,47 m, dan lebar 4,40 m (ruang-ruang bagian
antara satu tiak berikutnya) dari kanan (utara) lantainya terputus dengan
lantai ruang berikutnya. Ijuknya dengan 6 gonjong sampai sekarang bangunannya
dipakai tempat untuk musyawarah adat.
D. Batu Batikam
Lalu saya pergi lagi ke Batu Batikam,
sampai disana jam 13.00. Batu batikam luas status 1.800 m2 dulu
berfungsi sebagai musyawarah kepala suku. Batu-batu seperti sandaran tempat
duduk. Berbentuk persegi panjang melingkar. Pada bagian tengah terdapat batu
batikam (batu berlubang) dari bahan batuan andesif. Batu ini berukuran 55 x 20
x 45 cm, hampir berbentuk segitiga. Menurut kepercayaan tradisional Minangkabau
batu ini berlubang karena ditikam oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang sebagai
tanda berakhirnya perselisihan dengan Datuak Katumangguangan mengenai soal
adat.
Batu Batikam disusun tuo oleh tambo
inilah nagari (village) yang I sesudah pariangan dibangun oleh Cati Bilang
Pandai dengan anaknya datuak Parpatih Nan Sabatang, berikut dengan 4 koto yang
lain yaitu : Balai Labuah, Balai Batu, Kubu Barajo dan Kampai Piliang (Kelima
kota ini disebut V kaum) sebagai pusat pemerintahan adat bodi caniago.
Dengan junjung adatnya Datuak Bandaro
Kuning. Batu ini batikam oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang pertanda sumpah
setia pada malam atau perselisihan paham dalam hal dalam sistem pemerintahan
adat koto piliang dicetuskan oleh kakaknya Datuak Katumanggungan dengan sistem
pemerintahan adat caniago yang dicetuskan oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang.
Dituturkan bahwa Datuak Katumanggungan juga menikam sebuah batu dengan kerisnya
yang ditempatkan di Sungai Tarab VII Batu (Bungo Satangkai Bulakan Sungai Kayu
Bataarak) sebagai pusat pemerintahan Koto Piliang dengan pucuk adatnya datuak
Bandaro Patih.
E. Situs Prasasti Kubur Rajo
I dan II
Saya sampai di kubur Rajo jam 14.30.
Luas situs 2.400 m2 disebelah barat terdapat prasasti kubur Rajo
yang berada di dalam lingkup perlindungan. Prasasti terbuat dari batuan
sandstone berukuran 1,08 x 30 x 10 cm. Batu prasasti terlihat disambung tulisannya
sudah aus namun masih dapat dibaca. Isi pokok prasasti tentang anak Adiyawarman
yang bernama Adityawarman sebagai raja anak emas (Sumatera). Pada sisi timur
terdapat prasasti kubu rajo II dengan batu berpahat kura-kura, batu berpahat
bunga matahari dan lumpuang batu.
Batu ada 2 macam yaitu :
-
Batu matahari : adalah batu
sanahnya rajo, tidak semarang orang yang duduk di sini.
-
Batu basurek adalah tempat
singgah sanahnya rajo.
F. Batu Kasur atau Batu
Timbangan
Sampai di batu ini jam 15.00. Batu
timbangan (batu ujian seribu janji) sudah diuji kemampuannya di Baringin Sakti
Gelanggang Alam, luasnya 163,9 m2 dikawasan ini bermakam raja-raja
Pagaruyuang terletak 100 m dari sebelah selatan komplek prasasti Adityawarman.
Terdiri dari 13 makam yang ukuran bervariasi, panjang antara 210-400 cm dan
lebar antara 115-280 cm, tinggi antara 35-45 cm. Makam memanjang dari utara
selatan yang merupakan ciri-ciri pemakaman Islam. Jirat terbuat dari batu kali
yang disusun diantaranya, berhias motif geometris, garis dan salur-saluran ada
juga ruang polos tanpa hiasan luas kawasan situs ini adalah 196 m2.
G. Batu Angkek-Angkek
Sampai di sana jam 16.30. Batu
angkek-angkek ini berada di Balai Tabuh Kec. Sungayang Kab. Tanah Datar. Batu
angkek-angkek ini diawali mimpi dari Dt. Bandaro Kayo, salah seorang kepala
kaum dari suku piliang, dia didatangi oleh Syech Ahmad dan disuruh untuk
mendirikan sebuah bangunan yang sekarang dikenal dengan kampuang pariangan adat
sebuah tonggak pertama terjadi suatu peristiwa aneh, yakninya terjadi gempa
lokal dan hujan panas selama 14 hari 14 malam. Karena terjadi peristiwa
diadakanlah musyawarah berlangsung terdengar suara gaib dari lobang pemancang
pembangunan tersebut.
Dahu kala batu angkek-angkek ini
digunakan suatu media, kalau kita ada suatu niat mohon kepada Tuhan, seandainya
batu ini terangkat maka tercapailah niat kita tapi tidak untuk diyakini hanya
untuk media motifasi. Tidak mengada-ngada, kalau seandainya niat kita
dikabulkan, batu ini akan ringan kita mengangkatnya, ada kita itu mengangkatnya
ringan, berat dan tidak terangkat sama sekali. Jadi berat batu angkek-angkek
ini berubah-ubah, keberadaan batu angkek-angkek ini sudah 500 tahun yang lalu,
jadi sudah 8 generasi keturunan bandaro kayo.
Jadi bukan sarana untuk kabul
mengabulkan, jadi apapun hasilnya terangkat atau tidak terangkat tidak jadi
masalah, seandainya terangkat kita jadikan motifasi untuk usaha, lalu tidak
terangkat tidak ada masalah, semua Allah yang mengabulkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rumah Gadang artinya sama dengan rumah besar. Kebesaran
itu terletak pada ukuran, bentuk, fungsi, serta ukiran pada dinding, yang
berfungsi sebagai tempat bersama, sebagai tempat mufakat, sebagai tempat
merawat keluarga, sebagai tempat pelaksanaan upacara, dan rumah gadang
mempunyai rangkiang, yaitu sitinjau laut, sidagang lapa, dan sibayai-bayau.
Kuburan panjang adalah kuburan yang sangat panjang yang
ukurannya berubah-ubah dan tidak menetap kalau diukur oleh orang. Yang bermakam
disana yaitu tokoh arsitek pembuatan Balai Ruang Sari Tabek. Bangunan Ruang
Sari Tabek berfungsi untuk menyelesaikan masalah suatu kaum, dan tempat
acara-acara adat suatu kaum.
Batu Batikam yaitu tempat duduk duduk suatu kaum. di
dalam prasasti kubu rajo ada 2 macam batu yaitu batu matahari dan batu basurek,
ada juga batu kasur atau batu timbangan,
dan batu angkek-angkek. Batu angkek-angkek digunakan untuk suatu media kalau
ada suatu niat mohon kepada Tuhan, seandainya batu ini terangkat maka
tercapailah niat kita, tidak tidak untuk diyakini hanya untuk media motifasi.
0 Response to "Laporan Karyawisata Budaya Alam Minangkabau"
Posting Komentar