Masalah Perkembangan Anak Menurut Pandangan Islam
A. Perhatian Islam Terhadap
Perkembangan Anak
1.
Akhlak Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana Allah menciptakan
manusia agar melakukan interaksi sosial. Dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, dianjurkan kepada kita untuk menampilkan akhlak sosial yang baik.
Rasulullah menyuruh kita untuk memperhatikan temannya, berteman dengan teman
yang baik, dan menjauhi teman yang berperangai buruk. Akhlak sosial yang baik
diantaranya : menyingkirkan benda yang mengganggu orang di jalan, lemah lembut,
berkasih sayang, murah hati, tidak kasar, tidak mencaci maki dan selalu riang
gembira. Dengan berakhlak sosial, maka anak akan diterima oleh lingkungannya
dengan baik. Namun terkadang akhlak sosial ini tidak tumbuh pada diri seorang
anak karena beberapa sebab serta faktor yang tidak mendukung
B. Penghambat Perkembangan
Sosial Anak
Perkembangan sosial adalah tahapan perilaku sosial anak
mengikuti kematangan sosial dan interaksinya dengan lingkungan. Beberapa wujud
perkembangan sosial tercermin pada perilaku anak terhadap teman-teman. Apabila
perilaku sosial tidak memenuhi harapan sosial, maka akan membahayakan bagi
penerimaan sosial oleh kelompoknya. Semakin jauh anak berada di bawah harapan
sosial akan semakin merugikan penyesuaian pribadi dan sosial serta semakin
jelek konsep diri seorang anak.
Beberapa penghambat perkembangan sosial :
- Adanya keterlantaran sosial terhadap anak. Ketelantaran sosial ini berarti hilangnya kesempatan untuk berhubungan dengan orang lain, sehingga menimbulkan keterlantaran dalam kesempatan belajar menjadi pribadi sosial.
Keterlantaranini disebabkan oleh kurangnya waktu orang
tua merawat bayi dan anaknya hingga kekurangan rangsangan yang memotivasinya
untuk menjadi bagian dari kelompok sosial atau keluarga.
- Meningkat dan berkurangnya partisipasi sosial secara berlebihan. Kurangnya hubungan sosial akan berbahaya bagi sosialisasi dan jika sebaliknya, akan menyulitkan anak untuk mengembangkan dirinya sebagai individu.
- Adanya ketergantungan yang berlebihan terhadap orang tua. Anak juga memerlukan orang lain selain orang tuanya, apabila ketergantungan terhadap orang tua harus berlanjut maka akan membahayakan bagi penyesuaian sosial dan pribadi. Anak akan merasa lebih rendah dari teman sebagai yang sudah mandiri.
- Anak yang melakukan penyesuaian secara berlebihan cepat atau lambat semua anak akan mengetahui bahwa kelompok sosial menilai, dan kemudian menerima mereka atas dasar kesediaannya memenuhi harapan sosial. Jika lingkungannya baik maka tuntutannya tentu baik, jika buruk maka tuntutannya pun hal-hal yang buruk. Penyesuaian berlebihan yang dilakukan anak terhadap lingkungannya mengakibatkan hilangnya individualitas, anakpun tidak memiliki pandangan yang baik bagi dirinya sendiri dan cenderung tidak memiliki prinsip hidup.
- Anak yang tidak mampu menyesuaikan diri. Ketidakmampuan menyesuaikan diri ini sama bahayanya dengan anak yang menyesuaikan diri secara berlebihan. Anak akan terbuang dari hubungan sosial akibatnya mereka akan terlantar dalam hal kepuasan menjadi anggota suatu kelompok, dan mereka juga tidak dapat memperoleh pengalaman yang hanya didapat dari keanggotaan dalam kelompok. Dua penyebab dari kasus ini adalah tidak punya motivasi untuk menyesuaikan diri, dan kuang pengetahuan tentang harapan kelompoknya atau cara untuk memenuhi harapan dalam suatu kelompok.
- Munculnya prasangka terhadap perilaku orang lain. Bahaya bagi anak yang berprasangka dan begitu juga bagi korbannya. Seiring anak menjadi kejam, tidak toleran, kaku, dingin dan ingin membalas dendam. Sedangkan bagi meraka yang menjadi korban merasa bahwa lingkungannya memusuhinya, sehingga anak menarik diri, menjadi agresif, dan menunjukkan reaksi pertahanan yang berlebihan. Sebagian lainnya menjadi pengacau atau anak nakal terhadap lingkungan sekitarnya.
-
Luqman berkata “Wahai putraku,
jauhilah olehmu teman yang buruk (jahat). Karena teman jahat itu ibarat pedang
yang terhunus. Bentuknya membuatmu kagum, namun bekas (luka yang disebabkan)nya
sangatlah buruk”.
-
Teman yang buruk (berakhlak
jahat) itu bagaikan penyakit yang menular maka jauhilah.
-
Berteman dengan orang baik itu,
seperti berteman dengan penjual minyak wangi, meskipun kamu tidak membelinya
namun kamu rasakan wanginya. Sedangkan berteman dengan pandai besi walaupun
kamu tidak ikut membuatnya namun kamu rasakan juga panas apinya.
C. Masalah Perkembangan
Sosial
- Agresif
Islam menyuruh pengikutnya untuk senantiasa memperbaiki
budi pekertinya, dan dilarang untuk berbuat tidak baik seperti agresif dengan
mengancam, menyerang secara verbal dan fisik.
Agresif seringkali muncul pada masa kanak-kanak, yang
berupa tingkah laku menyerang baik secara fisik ataupun verbal. Bahkan berupa
ancaman yang disebabkan karena adanya rasa permusuhan dalam diri anak.
Sebagian besar prilaku mengancam dan menyerang pada anak
didefenisikan sebagai agresif. Bagi sebagian orang tua, anak berebut mainan
hingga sampai pada perkelahian dianggap hal yang biasa. Bahkan terkadang
dianggap sebagai sebuah persaingan yang sehat. Bagi anak yang belum berusia
empat tahun yang normal dan sehat secara emosional, akan mengalami beberapa
serangan seperti : menggigit, memukul, menendang, melempar benda-benda dan
berteriak. Semua ini adalah cara insting mengekspresikan rasa tidak senang atau
menginginkan sesuatu.
Serangan adalah sebuah masalah, seperti mengancam rasa
aman anak lain. Karena tujuannya adalah merusak di saat ia gagal memenuhi
keinginannya.
a.
Penyebab Agresif
1)
Agresif sebagai reaksi emosi
terhadap frustasi seperti dilarang melakukan sesuatu.
2)
Agresif anak diperlakukan
secara tertentu oleh orang tuanya, sehingga tingkah agresif mengalami
peningkatan dan pengurangan. Hal ini dapat terjadi karena diantara keluarga ada
yang menghargai tindakan agresif dan anak mendapat kekuatan dan pembelaan dari
respon keluarganya.
3)
Agresif anak adalah hasil dari
mencontoh tingkah laku orang tuanya atau tindakan lingkungan dimana dia
tinggal. Karena orang tua dan lingkungan juga merupakan model yang paling
efektif bagi perkembangan jiwa seorang anak.
b.
Bentuk-Bentuk Agresif
1)
Letupan kejengkelan
2)
Marah secara hebat
3)
Menyerang dengan fisik
4)
Mengancam
5)
Tempertantrum / ledakan marah
6)
Merusak
c.
Ciri – Ciri Agresif
1)
Usia dua tahun anak meredakan
kemarahan dengan cara memukul.
2)
Usia empat tahun anak lebih
senang bertengkar mulut.
3)
Usia tujuh tahun, kontrol
agresif pada anak meningkat.
4)
Usia delapan-sembilan tahun,
anak sudah bisa mengontrol agresifnya meskipun suatu waktu masih terjadi.
5)
Jika usia diatas sembilan tahun
masih agresif maka perlu penanganan segera oleh para ahli.
d.
Cara Mencegah Agresif
1)
Sebagai orang tua harus
bersikap tegas, agresif sering kali disebabkan oleh kurangnya disiplin dari
kedua orang tua di rumah. Sebagai contoh memberikan kepada anak apa yang mereka
inginkan manakala anak menangis. Karena merasa kasihan padahal kita tahu bahwa
permintaannya tersebut kurang bermanfaat. Dan ini dilakukan anak sejak mereka
masih bayi, dimana ketika bayi menginginkan sesuatu maka menangislah ia. Sikap
ini terkadang terbawa sampai besar.
2)
Terima kehadiran anak apa
adanya, orang tua yang menolak kehadiaran anak, tidak hanya gagal memberikan
afeksi tapi juga cenderung melakukan hukuman fisik yang keras. Ada sebagian orang yang membedakan anak
laki-laki dengan anak perempuannya. Apabila dianugrahi Allah anak perempuan
maka ia tidak suka, ini termasuk kebiasaan orang Jahiliyah.
3)
Membatasi tontonan yang
memperlihatkan kekerasan. Acara televisi yang mempertontonkan kekerasan
merupakan sarana belajar tingkah laku agresif yang efektif. Oleh karena itu
orang tua harus mendampingi anak-anak menonton televisi meskipun itu film
anak-anak. Karena sekarang sinetron dan film untuk anak pun tidak lepas dari
kekerasan, kekejaman saling menghina dan terkadang juga pornografi. Hal ini
bisa dilakukan jika orang tua di rumah bersama-sama anak, disamping itu juga
biasakan anak meminta izin setiap mereka mau menonton. Jangan biarkan mereka
menghidupkan televisi sendiri dan memilih siaran sendiri tanpa diketahui oleh
orang tua.
4)
Meningkatkan rasa bahagia didalam keluarga. Orang yang bahagia
cenderung bersikap baik pada dirinya dan orang lain. Bahagia bukan hanya
didapat dari berlimpahnya harta, bahagia bisa dirasakan jika ada rasa syukur
dengan ada yang ada pada dirinya, dan tidak iri dengan reski orang lain.
5)
Orang tua dan anggota keluarga
lainnya, tidak bertengkar di depan anak. Sebab ini menjadi contoh yang sangat
buruk dan menyakitkan bagi seorang anak. Anak bingung siapa diantara kedua
orang tuanya yang harus di bela.
6)
Mengajak anak bergerak dan
beraktivitas seperti berolahraga dan hingga terjadi pelepasan energi. Ini dapat
dilakukan diluar rumah dengan memberikan kebebasan bermain pada anak dibawah
pengawasan orang tua.
7)
Meningkatkan keterlibatan orang
tua, anak yang masih kecil butuh keterlibatan orang dewasa dalam aktivitasnya. Perhatian
orang tua membuat anak merasa tenang dan aman.
e.
Cara Mengatasi Agresif
1)
Berikan reward atau ganjaran
untuk tingkah laku yang diharapkan. Tatkala kita membalas prilaku yang baik
dari anak, dengan mengimbanginya dengan kebaikan dan penerimaan berarti kita
telah menebarkan rasa percaya diri anak.
2)
Lingkungan yang terdiri dari
orang tua, keluarga atau teman, sebaiknya tidak memperdulikan tingkah laku
agresif agar anak mengerti bahwa jika ia melakukan tingkah tersebut, ia tidak
akan mendapatkan perhatian.
3)
Mengajar tingkah laku dan
keterampilan sosial pada anak, mereka melakukan tingkah laku agresif karena
kurang memahami keterampilan sosial,
untuk itu orang tua perlu melatih anak untuk mengatakan apa yang ia
inginkan dan ia kehendaki. Serta memikirkan secara jelas segala resiko yang
didapat saat ia melakukan sesuatu.
4)
Pada saat yang tepat, beri anak
alternatif untuk meredakan kemarahannya, seperti beri kesempatan untuk bermain,
menggambar bebas, atau bercerita dan orang tua sebagai pendengar aktifnya.
5)
Menetapkan aturan yang jelas.
Orang tua harus tegas ketika anak melakukan aksinya, baik dari nada bicara
ketika menegur kesalahan anak, atau ekspresi yang menunjukkan bahwa kedua orang
tuanya tidak setuju dan tidak senang dengan prilaku yang tidak baik.
6)
Mencari sumber agresifitas
Beberapa anak berlaku agresif karena kebutuhan akan kasih sayang
yang tidak terpenuhi. Karena itu orang tua seharusnya senantiasa menjaga
hubungan yang harmonis dengan anak-anaknya.
- Berbohong
Berbohong adalah merupakan satu hal yang dilarang oleh
agama. Tidak seorangpun yang senang bila ia dibohongi. Mengatakan sesuatu yang
tidak benar dan berdusta merupakan tindakan yang tidak diterima oleh lingkungan
sosial. Islam menyuruh kita menghindari tingkah laku bohong. Karena sifat ini
akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Berbohong adalah sikap sengaja mengatakan sesuatu yang
tidak benar dengan tujuan memperoleh keuntungan. Seringkali orang tua yang
menjadi pihak pihak pertama yang memberikan contoh sehingga anak belajar
berbohong. Jika orang tua memberikan alasan dan mengucapkan bohong untuk
menghindari sesuatu kegiatan didepan anak, berarti orang tua secar tidak
memberikan contoh yang buruk pada anak.
Anak berbohong untuk menghindari hukuman dari tingkah
lakunya yang tidak benar. Contoh, jika anak tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
sekolah, dengan mudah ia berkata bahwa guru tidak memberinya tugas. Semakin
keras dan sering orang tua memberi hukuman, maka semakin sering pula anak
berbohong untuk menghindari hukuman dari orang tua.
a.
Penyebab Berbohong
1)
Anak berbohong untuk melindungi
dirinya. Misalnya dari hukuman orang tua.
2)
Anak menolak kenyataan yang ada
di sekitarnya, untuk mengatasi ingatan dan perasaan yang menyakitkannya.
Contoh : Disekolah
ia mendapat hukuman dari guru, namun anak menceritakan bahwa ia diberi hadiah
oleh guru.
3)
Anak membutuhkan perhatian dari orang tuanya
atau lingkungan. Dengan berbohong, anak berharap mendapatkan perhatian.
4)
Anak belum dapat membedakan
antara kenyataan dan fantasi ini bisa muncul pada anak kecil.
5)
Anak berbohong karena ingin
melindungi temannya dari serangan atau kritikan.
6)
Anak punya rasa benci kepada
orang lain.
7)
Anak ingin mendapatkan sesuatu
dari lingkungannya tetap tidak boleh, sehingga anak berbohong.
8)
Anak yang mempunyai citra diri
negatif. Anak yang merasa dirinya tidak berarti, bohong adalah cara dia
mengangkat harga dirinya.
9)
Anak yang tidak dipercaya orang
tuanya.
10)
Anak mendapatkan contoh yang
salah dari lingkungannya sehingga membenarkan tingkah laku bohong.
b.
Cara Mencegah Bohong
1)
Orang tua seharusnya tidak
memojokkan anak dengan pertanyaan yang bernada menuduh, karena setiap anak
butuh kepercayaan.
2)
Orang tua harus mendiskusikan
tentang masalah-masalah moral yang baik dan moral yang buruk, agar anak bisa
menilai sendiri prilakunya.
3)
Orang tua sebaiknya menghindari
pemberian hukuman yang keras, dan berlebihan, tidak seimbang dengan kesalahan
yang anak lakukan. Pemberian hukuman yang tidak proporsional membuat anak
mencari cara selamat dengan berbohong agar terhindar dari hukuman.
4)
Orang tua memberikan contoh
yang baik dan lebih mawas diri terhadap kecendrungan yang biasa dilakukan,
seperti melebih-lebihkan cerita, ingkar janji, tidak mengakui kesalahan dan
menyuruh anak berbohong seperti mengatakan pada tamu bahwa ayah ibu tidak di
rumah pada hal sedang berada di rumah.
c.
Cara Mengatasi Berbohong
1)
Anak diberi hukuman sebagai
pengalaman bahwa berbohong justru merugikan. Orang tua juga harus menanamkan
pentingnya nilai kejujuran dengan menunjukkan bahwa bila ia berterus terang
mengenai masalahnya, mungkin orang tua bisa membantu kesulitannya.
2)
Mengajarkan nilai-nilai moral,
dengan menegaskan bahwa berbohong tidak baik, merusak kepercayaan diri dan
merugikan orang lain.
3)
Mencari penyebab dari tingkah
laku bohong dan mengupayakan penyelesaiannya.
4)
Jika kasusnya sudah berat dan
kebiasaan bohong sukar untuk diperbaiki maka diperlukan bantuan para ahli.
- Curang
a.
Penyebab Curang
1)
Ada tekanan dari
luar untuk menjadi orang terbaik, seperti tekanan orang tua agar anak selalu
menjadi juara kelas.
2)
Anak yang egosentris, sehingga
selalu ingin menang.
3)
Merasa takut gagal, sebab anak
tidak pernah disiapkan menghadapi konsekuensi dalam melakukan sesuatu.
b.
Cara Mengatasi Sifat Curang
1)
Orang tua menunjukkan
ketidaksukaan terhadap tingkah lakunya.
2)
Anak diajarkan mengenal akibat
dari sikap curang, yang akan merugikan dirinya dan orang lain.
3)
Anak curang juga karena kurang
perhatian dari orang tua. Oleh karena itu berilah anak kasih sayang dan cinta
tanpa syarat, hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan bahwa kasih sayang
orang tua tidak tergantung pada prestasi anaknya saja. Hal ini tentu membuat
anak nyaman dan tidak merasa terbebani. Dan perlu dijelaskan bahwa jika ia
berprestasi. Itu untuk kebaikan dirinya sendiri.
4)
Rasa percaya diri perlu
ditumbuhkan dengan membantu anak menerima segala kelebihan dan kekurangannya,
kemampuan dan keterbatasannya.
- Gangguan Tingkah Laku
Berakhlak baik adalah anjuran Nabi SAW. Diantara akhlak
yang baik adalah menolong sesama manusia, berhati lembut, menghormati norma
sosial.
Gangguan tingkah laku adalah sikap yang berlawanan
dengan norma sosial dan ini dilakukan terus menerus. Gangguan tingkah laku
dapat dideteksi dengan munculnya beberapa gejala seperti : melawan,
membangkang, menyerah, berkelahi, merusak, marah, mencuri, berbohong, membolos,
kabur, mengganggu, kasar pada hewan dan manusia, dan terkadang paksaan
sesksual. Gangguan tingkah laku ini ada yang bersifat sosial dan ada yang
bersifat non sosial. Gangguan ini bisa berlaku dimana saja, bisa dalam keluarga
dan bisa terjadi di tengah masyarakat. Ini bisa terjadi pada masa kanak-kanak
maupun orang dewasa.
a.
Penyebab Gangguan Tingkah Laku
Ganguan tingkah laku dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya :
1)
kerusakan otak.
2)
Penganiayaan anak.
3)
Pertumbuhan yang buruk, baik
oleh keluarga maupun lingkungan.
4)
Gagal di sekolah.
5)
Pengalaman pergaulan, salah
memilih teman.
6)
Keluarga yang negatif.
Gangguan tingkah laku dapat berakibat fatal. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak yang mengalami gangguan tingkah laku akan tidak bahagia
di saat dewasa. Bahkan cenderung bermasalah dalam pergaulan melanggar hukum dan
norma sosial.
b.
Cara Mengatasi Gangguan Tingkah
Laku
1)
Perlu bimbingan psikoterapi.
2)
Pendekatan perubahan tingkah
laku dalam keluarga.
3)
Pengobatan medis.
4)
Ajarkan anak untuk mengontrol
rasa marahnya.
5)
Training memecahkan masalah dan
keterampilan sosial.
6)
Nasehat tentang program
modifikasi tingkah laku yang diterapkan di kelas.
7)
Tegakkan hukum untuk
kedisiplinan.
- Membangkang
Membangkang berarti menentang lingkungan sosial, baik
itu kepada orang tua atau gurunya. Beberapa bentuk membangkang antara lain
membantah, tidak mengikuti aturan, mengerjakan larangan, melawan, protes dan
mengkritik. Diantara penyebab-penyebab terjadi pembangkangan antara lain :
1)
Orang tua menerapkan disiplin
yang longgar, umumnya karena orang tua tidak dapat berkata-kata “tidak” pada
anaknya.
2)
Orang tua yang menjalankan
disiplin secara berlebihan cenderung otoriter, dan sangat mendominasikan anak.
3)
Orang tua menjalankan disiplin
dengan tidak konsisten.
4)
Orang tua selalu dalam keadaan
stress dan konflik karena sibuknya kerja.
5)
Anak kreatif, hingga tidak mau
diatur dan ia hanya melakukan apa yang ia inginkan.
6)
Anak marah, kecewa terhadap
orang tua dan lingkungannya.
7)
Adanya contoh dari orang tua
yang tidak taat hukum dan tidak menghargai peraturan.
8)
Anak cerdas dan biasanya juga
suka membantah namun bedanya anak ini lebih konsekuen dengan tingkah lakunya.
9)
Anak terlalu lelah, sakit,
lapar dan perasaan tidak mengenakkan lainnya.
-
Jika anak sering melakukan sikap
ini, maka carilah pembimbing yang profesional.
-
Tanpa campur tangan dari orang
tua dan lingkungannya anak-anak terus berlaku tidak baik di sekolah, mendapat
kesulitan dalam menangani pekerjaan sekolah dan terus melakukan tingkah laku
kekerasan.
-
Pendekatan perlakuan yang
terbaik untuk anak-anak kecil dengan pola perilaku yang dimodifikasi dibawah
pengawasan yang ahli dan berkualitas.
-
Terkadang anak mengekspresikan
pembangkangannya dengan menolak aturan dengan cara menghindar atau tanpa
melakukan apa-apa. Namun ada juga yang menyatakan “tidak” secara verbal. Untuk
itu orang tua perlu menerapkan disiplin yang tegas dan baik.
-
Suasananya keluarga harus
dibuat tenang, tentram dan damai serta memberi contoh yang baik.
Demikianlah beberapa hal negatif yang sering terjadi
pada diri anak. Jika orang tua lengah dalam menjaga dan mendidik anak-anaknya.
Masalah yang ada bukan hanya menyusahkan orang tua namun juga lingkungannya dan
para guru di sekolah. Tingkah laku diatas juga akan membuat anak tersisih dan
di jauhi oleh teman sebayanya.
Oleh sebab itu suka atau tidak, orang tua harus melihat
kembali pla pendidikan apa yang selama ini ia laksanakan. Sudahkan orang tua
menjadi contoh yang baik, dan sudahkan rumah menjadi tempat anak belajar
hal-hal yang baik. Rumah seharusnya menjadi tempat dimana anak bisa belajar
banyak hal. Namun kenyataan di zaman sekarang ini ad alah banyak orang tua yang
hanya memenuhi kebutuhan jasmani anak tanpa memperhatikan kebutuhan rohaninya.
Hingga tidak heran muncul generasi-generasi yang hanya mementingkan
urusan-urusan penampilan, gaya dan hal yang bersifat glamor lainnya, tanpa
mereka bisa memikirkan hal-hal yang bersifat nilai-nilai yang berkaitan dengan
moral, etika dan lainnya, yang akan membawa mereka selamat dari berbagai dampak
yang merusak masa depan mereka kelak. Tidak bisa di pungkiri di samping
kekurangan waktu orang tua dalam mendidik anak-anak, juga ada hal lain yang
membuat nilai-nilai pendidikan moral tidak diperhatikan lagi. Diantaranya media
elektronik terutama TV. Hampir semua rumah tangga sekarang memiliki media ini
malahan sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Namun sedikit sekali nilai-nilai
pendidikan yang bisa diambil dari siaran dan acara yang ada. Stasiun televisi
berlomba-lomba menayangkan berbagai suguhan hiburan yang kosong dari nilai
pendidikan positif. Jam tayangnya pun diatur sedemikian rupa di saat di saat
seharusnya anak belajar anak-anak belajar tapi acara kesayangannya sedang
tayang. Ini membuat konsentrasi anak terganggu dan buyar. Sungguh hal yang sangat
memprihatinkan. Kebanyakan anak lebih betah berjam-jam di depan TV ketimbang
membaca buku dan majalah.
Jika masalah diatas tgidak disikapi oleh orang tua
secara serius, maka jangan salahkan anak jika suatu saat kita kaget dengan
tingkah laku anak yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Banyak kasus di masyarakat, dalam suatu keluarga
tiba-tiba anak terjerat narkoba, orang tua panik dan memarahi anak. Padahal
jika sejak dini orang tua menjalankan fungsinya secara maksimal maka hal ini
mungkin tidak akan terjadi, misalnya orang tua mengontrol anaknya, mengenal
teman-teman anaknya hingga mengetahui kemana saja mereka pergi.
Hal ini dapat dilakukan jika orang tua dapat meluangkan
waktu untuk putra-putrinya. Dalam sebuah penelitian di temukan bahwa :
1.
Anak laki-laki yang ayahnya
sibuk dan jarang pulang beresiko kena narkoba sebesar 35%.
2.
Anak wanita yang ayahnya sibuk
dan jarang pulang beresiko kena narkoba sebesar 15%.
3.
Anak laki-laki yang ibunya
sibuk dan jarang pulang beresiko kena narkoba sebesar 24%.
4.
Anak perempuan yang ibunya
sibuk dan jarang pulang beresiko kena narkoba sebesar 22%.
Dari penelitian diatas dari keluarga yang kurang harmonis dan orang
tua yang sibuk ank bisa terjerat narkoba, disamping pengaruh lingkungan dan teman bergaul anak. Secara garis besar
anak terjerat narkoba disebabkan bujukan teman dan bubuk setan itu sendiri
mudah didapatkan. Seperti yang pernah dilansir oleh media bahwa narkoba sudah
sampai ketangan anak TK, ini hal yang sangat memprihatinkan sekali akan jadi
apakah bangsa ini kedepan jika generasi telah rusak.
0 Response to "Masalah Perkembangan Anak Menurut Pandangan Islam"
Posting Komentar