Masalah Peran Ganda Wanita dan Konflik Peran Ganda Wanita Karier
Gerakan emansipasi wanita yang muncul di negara-negara Barat,
disuarakan juga oleh negara-negara ketiga yang sebagian besar masyarakatnya
beragama Islam, seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan dan negara-negara lain di
Timur Tengah.
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim memiliki adat
kebiasaan Melayu, menuntut wanita untuk berkarir di rumah. Norma agama dan adat
ini sudah tumbuh berabad lamanya. Sedangkan budaya barat menggemborkan wanita
berkarir di luar rumah.
Dua budaya berbenturan antara budaya yang sudah mangakar di
masyarakat Indonesia
dengan budaya barat yang baru muncul. Benturan ini menghasilkan konflik sosial
budaya, antara istri dan suami, orang tua dan anak, keluarga dan masyarakat.
Konflik sosial budaya diatas berimbas besar pada perkembangan
generasi muda, terutama yang orang tuanya (Ibu) menjadi wanita karir. Tuntutan
agar wanita bekerja dan bertanggung jawab terhadap keluarga, menimbulkan peran
ganda yang terkadang menimbulkan konflik dalam rumah tangga.
A. Peran Ganda Wanita
Di Indonesia pengaruh gerakan emansipasi menuntut suatu peran ganda
pada wanita. Wanita boleh memasuki bidang dan tugas yang biasanya dilakukan
oleh kaum laki-laki, dan tetap mengemban dan menjalankan tugasnya sebagai
wanita seperti hamil, melahirkan, menyusui, merawat dan mengurus rumah tangga
serta mendampingi suami. Sebagai wanita yang memilih berkarir di luar rumah ia
harus meraih dua sukses, di rumah dan di luar rumah.
1.
Menambah pendapatan keluarga.
2.
Menghindari kebosanan.
3.
Mengisi kekosongan.
4.
Menyalurkan minat dan keahlian.
5.
Memperoleh status.
6.
Pengembangan diri.
1.
Menambah Pendapatan Keluarga
Jika ini yang menjadi alasan wanita untuk berkarir di
luar rumah maka sebenarnya yang bertanggung jawab utama menafkahi keluarga ada
pada kaum lelaki. Tuntutan mencari nafkah pada wanita aklan membebani wanita itu
sendiri padahal tugas utamanya adalah mengasuh, mendidik anak-anaknya.
Bagaimana jadinya jika seorang ibu sibuk bekerja di luar rumah pergi pagi hari
dan pulang sore, itupun dilakukan saat anak-anak belum bangun dan sudah tidur.
Kapan dia punya kesempatan untuk anaknya dia jalankan tugas sunatnya dan
meninggalkan kewajibannya. Anak dititipkan kepada pembantu atau kepada
neneknya, yang mempunyai pola asuh dan didikan yang sesuai dengan umur mereka
yang terbatas pula.
2.
Mengisi Kebosanan
Bagaimana seorang wanita bisa merasa bosan di rumahnya
sendiri, padahal sehari-hari di bersenda gurau dengan buah hatinya yang lucu
dan menyenangkan hati.
3.
Mengisi Kekosongan
Banyak hal yang bisa dilakukan di lingkungan rumah
seperti berkebun menanam berbagai tanaman obat, tanaman hias, sayur-sayuran dan
lain sebagainya.
4.
Menyalurkan Minat dan Keahlian
5.
Memperoleh Status
Status sebagai ibu rumah tangga, sebenarnya adalah
status yang sangat mulia. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak ada
batas waktunya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, pekerjaan sebagai
ibu rumah tangga tidak habis-habisnya, oleh karena itu sebagai ibu rumah
tangga, wanita adalah pekerjaan yang hebat dan tangguh. Pekerjaan yang apabila
diberi imbalan maka tidak terhingga mahalnya.
Namun di zaman ini banyak orang yang minder jika ditanya
apa pekerjaan, dia menjawab dengan kata-kata “hanya sebagai ibu rumah
tangga” seorang wanita merasa bangga
jika dia berstatus sebagai wanita karir.
6.
Pengembangan Diri
Jika ini dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan agar
bisa mengurus rumah tangganya lebih baik lagi, agar bisa mendidik anak-anaknya
maka alasan wanita keluar rumah untuk pengembangan diri sangat dianjurkan,
karena dilakukan untuk kebahagiaan keluarga, dan terwujudnya anak-anak yang
cerdas dan sehat.
B. Konflik Peran Ganda Wnaita
Karir
Pada wanita Indonesia
yang memburu karir itu sama sekali tidak menyadari, bahwa ia menjalankan tugas
ekstra yaitu sebagai karir dan ibu rumah tangga. Peran di rumah sebenarnya
sulit untuk ditinggalkan. Konsekwensi yang akan terjadi adalah munculnya
konflik. Ibu yang bekerja akan menyebabkan anak tidak terkontrol dan kurang
terawasi, dan ini salah satu penyebab timbulnya kenakalan anak dari akibat yang
ditimbulkan oleh tidak terkontrol dan terawasinya anak. Sebagai istri yang
bekerja, ia terlalu letih sehingga kurang memiliki energi untuk melayani suami
dan anaknya. Jadi sebagai ibu ia kurang efektif sebagai ratu di rumah dan
kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarga, yaitu kebutuhan kasih sayang dan
perhatian yang cukup.
-
Peranan Sebagai Ibu
Menurut penelitian Bombly, menyimpulkan bahwa bila dalam
perkembangannya, anak kurang mendapat kasih sayang yang cukup dari ibunya, maka
anak akan menderita “maternal deprivation” yang mengakibatkan anak mengalami
kesulitan emosional, serta hambatan-hambatan dalam pengembangan daya pikirnya.
Tidak dapat disangkal bahwa seorang yang bekerja selama jangka waktu
tertentuakan menciptakan perpisahan dengan anaknya.
Perpisahan sementara itu dapat menyebabkan keterikatan emosional
antara anak dan ibunya menjadi terganggu. Padahal ikatan tersebut perlu ada
untuk menjamin hubungan yang sehat antara anak dengan sang ibu.
Ibu yang bekerja di luar rumah dapat menyebabkan anaknya
terpaksa di asuh oleh orang lain secara berganti-ganti. Oleh karena itu ada
kemungkinan anak akan mendapat pengalaman, pelajaran dan peraturan yang
berbeda-beda pula, dan anak juga berulang kali harus menyesuaikan diri dengan
suasana baru. Hal ini memberi dampak yang kurang baik terhadap perkembangan
anak.
Tokoh ibu juga diperlukan bagi anak dalam proses
indentifikasi, suatu proses yang amat penting dalam menyempurnakan pertumbuhan
dan perkembangan anak, dan perlu diupayakan agar jangan sampai tokoh pengganti
seperti pembantu atau nenek dijadikan tokoh indentifikasi anak.
-
Peranan Sebagai Istri
Kekhawatiran suami yang mengizinkan istrinya bekerja
disebabkan karena kekhawatiran akan pengasuhan anak tidak sempurna dan
pekerjaan rumah tangga menjadi sedikit terbengkalai. Disamping itu juga dapat
menimbulkan ketidakharmonisan yang disebabkan karena persaingan karir sehingga
terkadang status suami dibawah istri. Prestasi dan uang yang dihasilkan oleh
istri dapat menimbulkan pengaruh negatif, seperti meremehkan peran suami dan
mendominasi keluarga.
Kesibukan istri dapat mengurangi waktu untuk suami dan
keluarga, hal ini mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan suami. Ada kemungkinan jika hal
ini terus berlangsung lama suami akan mencari alternatif pemecahan kebutuhannya
di luar rumah dengan wanita lain. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk terhadap
perkembangan anak. Anak mendapatkan contoh buruk dari keluarganya sendiri
seperti apa yang juga dicontohkan oleh media yang dilihatnya sehari-hari..
Anak akan mengalami broken home dan menyalurkan
ketidak puasannya dalam bentuk kenakalan remaja dan kriminalitas serta
masalah-masalah lainnya.
0 Response to "Masalah Peran Ganda Wanita dan Konflik Peran Ganda Wanita Karier"
Posting Komentar