Upaya-Upaya Memotivasi Murid Dalam Pembelajaran Penjas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menyadari betapa pentingnya arti
kesegaran jasmani bagi setiap orang, maka dipandang perlu dengan berbagai upaya
untuk menunjang peningkatan kesehatan masyarakat secara optimal.
Salah satu upaya dapat ditempuh
melalui bidang pendidikan. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan pendidikan
nasional Indonesia yang
terdapat dalam GBHN tahun 1999 pemuda dan olahraga, yaitu “Menumbuhkan budaya
olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat
kesehatan dan kebugaran yang cukup, yang harus dimulai sejak dini melalui
olahraga di sekolah dan masyarakat” (GBHN, 1994 : 40).
Guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup, maka didalam bidang
pendidikan nasional ini disusun dan ditetapkan oleh pemerintah adanya kurikulum
pendidikan nasional yang antara lain berisikan kurikulum pendidikan dasar,
kurikulum pendidikan sekolah menengah umum dan kurikulum pendidikan tinggi.
Dalam pendidikan sekolah dasar telah
ditentukan macam-macam mata pelajaran yang harus diikuti oleh setiap murid.
Salah satunya mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (Depkes, 2000 :
15) yang dilakukan proses dan pembelajaran mulai kelas I, kelas II dan
seterusnya dengan alokasi waktu 70 menit pembelajaran.
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan tingkat SD menurut penyesuaian
kurikulum 1994 adalah (suplemen GBPP, 2002 : 2) sebagai berikut :
Membantu murid untuk meningkatkan derajat kesegaran
jasmani, keterampilan gerak dasar, dan kesehatan melalui pengenalan dan
penanaman sikap positif dan penanaman sikap mental yang diimplementasikan dalam
berbagai aktifitas jasmani agar dapat :
1.
Mencapai pertumbuhan jasmani,
khususnya tinggi dan berat badan yang ideal, secara harmonis dan perkembangan
jasmani yang memiliki ketahanan yang memadai.
2.
Meningkatkan sikap dan perilaku
yang positif serta disiplin kejujuran, kerjasama menghargai orang lain, berjiwa
kompetitif yang sehat dan patuh terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3.
Menyenangi aktifitas jasmani
dan olahraga yang dapat dipakai untuk pengisian waktu luang dan kebiasaan hidup
sehat.
4.
Meningkatkan kesegaran jasmani,
keterampilan gerak dasar dalam berbagai cabang olahraga dan kesehatan yang
baik.
5.
Mengerti manfaat pendidikan
jasmani dan kesehatan guna tercapainya kemampuan kehidupan yang seimbang.
(Depdikbud, 2002: 157)
Dari kutipan bahwa melalui
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di SD, diharapkan murid dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal, serasi, selaras dan seimbang, membentuk
sikap dan perilaku yang positif, menyenangi aktifitas jasmani dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat.
Untuk lebih mengarahkan murid dalam
melakukan aktifitas jasmani di SD, maka aktifitas jasmani tersebut dilaksanakan
melalui “pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan yang berisikan materi
dari cabang olahraga, atletik, permainan, senam, bela diri, olahraga pilihan
dan pendidikan kesehatan secara terorganisir dan sistematis” (GBPP, 1944: 1).
Melalui aktifitas jasmani pada cabang
olahraga seperti atletik, permainan bola voly, bola kaki, renang, tenis meja
dan pencak silat dan lain-lain diharapkan murid dapat memiliki tingkat
kesegaran jasmani dan berprilaku positif serta membiasakan hidup sehat.
Namun kenyataan dilapangan bahwa
kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar belum
terwujud sesuai dengan harapan. Belum terwujudnya tujuan kurikuler ini secara
optimal dapat dilihat berbagai indikasi yang ditemukan di lapangan antara lain
:
1.
Kurangnya guru penjas dalam
belajar.
2.
Kurangnya sarana dan prasarana
dalam mengikuti kegiatan olahraga.
3.
Faktor lingkungan yang kurang
memadai.
Dari indikator di atas menunjukkan
bahwa hal ini pasti penyebabnya, misalnya murid kurang termotivasi dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar yang banyak menuntut
aktifitas jasmani belum terlaksanakan secara optimal.
B. Ruang Lingkup dan
Pembatasan Masalah
1.
Ruang Lingkup Masalah
Belum terlaksananya proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
-
Kurangnya pemahaman murid
terharap pentingnya pendidikan jasmani dan kesehatan.
-
Sarana dan prasarana olahraga
yang kurang memadai.
-
Kurangnya dukungan dari
sekolah, orang tua dan masyarakat.
-
Lingkungan sekolah yang tidak
mendukung untuk perkembangan olahraga.
-
Rendahnya motivasi murid dalam
pengajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
2.
Pembatasan Masalah
Karena
banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan, maka pembahasan hanya dibatasi pada :
-
Melihat motivasi murid dalam
proses belajar mengajar.
-
Motivasi murid dalam
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan sekolah.
3.
Perumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah
di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
-
Bagaimana pemahaman pendidikan
jasmani dan kesehatan di sekolah dasar.
-
Bagaimana motivasi murid dalam
proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan.
-
Usaha-usaha apa saja untuk
membangkitkan motivasi belajar murid.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip
Motivasi Dalam Proses Pembelajaran
1.
Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata
latin “movere” yang berarti
“menggerakkan” berdasarkan pengertian itu maksud motivasi menjadi suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan memberikan arah dan
ketahanan pada tingkah laku tersebut. Menurut pandangan ini motivasi
didefenisikan sebagai perspektif yang dimiliki orang mengenai dirinya dan lingkungan.
Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan, akan termotivasi untuk
melakukan latihan-latihan dari gerakan tersebut konsep diri yang positif
menjadi motor penggerak bagi kemauannya.
Motivasi dapat dijelaskan sebagai
tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Coopley dari buku Prasetya
Inawan, Suciati dan I.G.A.K Wardani (1985: 42). Dalam pengertian ini, siswa
akan berusaha menguasai suatu tugas gerakan karena dirangsang oleh keuntungan
serta prestasi yang akan diperolehnya. Dalam proses belajar motivasi siswa
tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah dalam menguasai tugas-tugas
gerakan, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui
intensitas dalam mengulangi setiap gerakan-gerakan yang telah ditugaskan.
Beberapa penelitian tentang prestasi
belajar siswa menunjukkan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh
terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Tokh-tokoh pendidikan seperti
Mc Cletiand (1985), Bandura (1977), Bloon (1980), wainer (1986), Fyans and
Maehr (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam
belajar, dan menemukan hasil yang menarik. Sebagai contoh, dalam studi yang
dilakukan Fyans, dan Maehr dalam buku Prasetya Irawan Suciati dan I.G.A.K
Wardani (1987: 42).
Tiga faktor diantaranya yaitu : latar
belakang keluarga, kondisi sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan
predicator yang paling baik untuk prestasi belajar. Jadi dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah sebagai alat pendorong dan penuntun arah bagi seorang
dalam menguasai suatu tugas gerakan dalam olahraga. Berdasarkan penemuan di
atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang kuat dan keras
terhadap pencarian dan pencapaian tujuan. Untuk dapat menggerakkan atau
meningkatkan motivasi belajar siswa perlu adanya penyesuaian metoda mengajar,
memodifikasi alat lapangan dan peraturan.
2.
Pengertian Motivasi Menurut Suyo Broto
Menurut pendapat Suyo Broto memberikan pengertian
tentang motivasi yang ditinjau dari istilah-istilah motika, dan motivasi yaitu
: “Motiv” adalah sumber penggerak dan pendorong tingkah laku manusia memenuhi
kebutuhan untuk pencapaian tujuan tertentu, motivasi adalah proses aktualisasi
sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk
pencapaian tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya didalam setiap diri manusia telah ada mempunyai
bentuk motiv. Motiv tersebut apa yang sudah digerakkan (motivasi) dan apa yang
belum digerakkan (motiv). Berarti motiv-motiv termotivasi untuk mencapai
tujuan.
Selanjutnya para ahli Psikologi telah
membagi tipe-tipe motivasi atas dua bagian, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Tnorn Burh (1984), yaitu rujukan hasil motivasi belajar matematika.
-
Motivasi instrinsik adalah
keinginan dorongan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam
diri (internal individu). Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari lingkungan.
-
Motivasi Ekstrinsik adalah
motivasi yang keberadaannya adalah karena pengaruh dari luar diri dan bukan
perasaan yang perasaan sebenarnya ada di dalam diri individu.
Dengan demikian jelaskan bahwa
motivasi dari diri (instrinsik) merupakan bentuk keinginan, perasaan,
kesenangan, yang masih murni tanpa pengaruh dari luar diri. Misalnya,
pendidikan jasmani dan kesehatan maupun kegiatan olahraga lainnya, secara
efektif dan mandiri. Mereka mengetahui dan menyakini manfaat positif bagi
dirinya jika aktif dalam kegiatan jasmani tersebut (tidak adanya paksaan dari
luar diri).
Sedangkan motivasi dari luar
(ekstrinsik) merupakan bentuk, keinginan, perasaan dan kesenangan yang
diaktualisasikan karena ada pengaruh dari luar diri. Motivasi ekstrinsik ini
perlu penguatan agar motiv terpacu untuk digerakkan.
Berkaitan dengan motivasi ekstrinsik
ini maka pemberian penguatan yang positif akan memperbesar respon murid. Akan
tetapi sebaliknya jika penguatan bersifat negatif, akan memperkecil respon
murid-murid yang melakukan kebiasaan malas dalam belajar, akan dapat
membangkitkan semangat dan aktivitas belajarnya secara positif bila guru mampu
memberikan motivasi (instrinsik seperti memuji murid, memberikan harapan dan
sebagainya. Dengan memberikan bonus atau hadiah bagi yang permainannya baik
atau yang terbaik juga dapat membangkitkan motivasi dari murid tersebut bonus
itu dapat berupa tambahan nilai bagi yang dapat melakukan olahraga dengan baik.
Lebih baiknya apabila dibentuk kelompok-kelompok sehingga akan terjalin juga kebersamaan
diantara mereka dan persaingan sehat akan tercipta.
Hendaknya hal inilah yang perlu
dimiliki setiap guru olahraga agar murid-muridnya termotivasi dari luar dirinya
(ekstrinsik) sehingga akan termotivasi kegiatan jasmani belajar olahraga di
sekolah secara positif dan maksimal. Daya guru untuk membuat motivasi tersebut
sangatlah besar dan berpengaruh. Murid akan senang melakukan olahraga apabila
ada disenanginya apakah cara gurunya
berinteraksi atau berolahraga yang dilakukan. Dengan menanyakan kepada anak
olahraga apa yang akan dilakukan juga merupakan salah satu cara agar mereka
termotivasi untuk melakukan olahraga.
3.
Pengertian dan Prinsip-prinsip Motivasi Dalam Proses Belajar
Mengajar.
a.
Perhatian
Perhatian siswa muncul di dorong oleh
rasa ingin tahu oleh karena itu rasa ingin tahu itu perlu mendapat rangsangan
sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut akan
terpelihara selama pembelajaran, untuk itu guru olahraga dituntut keterampilan
dalam menyusun materi pelajaran, agar penyajian materi tersebut dapat menarik
perhatian siswa.
Howley menegaskan bahwa waktu yang
dipergunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi siswa menjadi modal bagi
siswa itu untuk belajar lebih baik dan lebih berhasil. Dengan kata lain, guru
pendidikan jasmani dan kesehatan dapat membangun motivasi siswa terhadap
pelajaran yang diajarkan, maka selanjutnya dapat diharapkan siswa selalu
meminati mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan tersebut sesuai dengan
pendapat Hamachesk dalam buku Elida Prayitno (1968: 3) bahwa dalam pendidikan
usaha motivasi siswa merupakan :
1.
Proses pembimbing siswa
memasuki berbagai pengalaman dimana proses belajar sedang berlangsung.
2.
Proses menimbulkan kegairahan
dan keaktifan pada siswa sehingga siswa benar-benar siap untuk belajar.
3.
Proses menyebabkan perhatian
siswa terpusat pada suatu arah atau tujuan yang pada suatu waktu, yaitu tujuan
belajar.
b.
Relevansi
Relevansi menunjukkan adanya hubungan
materi pelajaran dengan kebutuhan kondisi siswa. Ausubel dalam buku Elida
Prayitno (1968: 113) menganjurkan agar dalam menyusun materi pelajaran guru hendaknya mempertimbangkan kemampuan dan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Motivasi siswa terpelihara apabila
mereka beranggapan apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat
dan sesuai dengan nilai yang dipegang, kebutuhan pribadi, ada tiga kategori
yaitu :
1.
Nilai motivasi pribadi yaitu :
a.
Kebutuhan untuk berprestasi.
b.
Kebutuhan untuk memiliki.
c.
Kebutuhan untuk berafilisasi.
2.
Nilai yang bersifat istrumental, dimana penghasilan
dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai tingkah laku untuk mencapai
keberhasilan selanjutnya.
3.
Nilai kultural, apabila tujuan
yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh
kelompok yang dipicu siswa, seperti orang tua, teman dan sebagainya.
c.
Percaya Diri
Prinsip yang berlaku dalam hal ini
adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan harapan untuk berhasil.
Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses dimasa lampau. Dengan
demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dengan motivasi. Motivasi
dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan serta prestasi dan
pengalaman sukses tersebut akan termotivasi siswa untuk mengerjakan tugas
berikutnya. Hal ini diperkuat oleh Atkinson dalam buku Elida Prayitno (1965:
63) yang berpendapat :
“Seorang siswa termotivasi dengan
tugas karena keinginannya memenuhi kebutuhan untuk sukses dalam kebutuhan
menjauhi kegagalan dalam belajar”.
d.
Kepuasan
Kepuasan untuk mencapai tujuan
dipengaruhi oleh konsekwensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun
yang datang dari luar siswa. Dalam buku Lida Prayitno (1980: 23) luba membuktikan bahwa persaingan siswa
dengan dirinya sendiri rata-rata meningkatkan hasil belajar 47%. Bagi siswa
yang pandai, peningkatan hasil belajarnya mencapai 34% dan bagi siswa yang
berkemampuan rata-rata mencapai 71% dengan demikian kepuasan belajar yang
termotivasi dapat mendorong semua siswa lebih giat belajar.
Meningkatkan dan memelihara motivasi
siswa, guru dapat menggunakan pemberian penguatan berupa pujian, pemberian
kesempatan dan lain-lain. Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa
dalam mengerjakan tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan dengan segera
atau pun tugas-tugas yang berlangsung terus-menerus.
B. Motivasi Dalam Belajar
Dari pengamatan di lapangan terhadap
proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar muridnya masih kurang. Hal ini terlihat
dalam kegiatan belajar mengajar, dimana masih banyaknya ditemui murid yang
malas dalam kegiatan belajar pendidikan jasmani. Apalagi pada kegiatan
ekstrakurikuler olahraga maupun kegiatan senam kesegaran jasmani di sekolah.
Faktor yang menyebabkan masih banyak
murid yang malas dalam pendidikan jasmani salah satu adalah kurangnya motivasi
murid. Pada hal dalam usaha meraih cita-cita dalam bidang pendidikan, seorang
murid haruslah giat dan rajin dan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.
Karena belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan berbagai macam ilmu
pengetahuan dan keterampilan serta nilai akhir untuk menentukan tingkat
penguasaan ilmu murid.
Pada hakikatnya pekerjaan mengajar
bagi guru bukanlah hanya sekedar melakukan sesuatu bagi murid tetapi lebih
berupa menggerakkan murid untuk melakukan hal-hal yang dimaksudkan menjadi
tujuan pendidikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wither
Longhton menjelaskan tentang tugas utama seorang guru sebagai berikut : “Tuhas
utama seorang guru bukanlah menerangkan hal yang terdapat dalam buku, tetapi
mendorong memberikan informasi, memberikan motivasi dalam usaha mereka mencapai
tujuan yang diinginkan” (1983: 85).
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa memberikan motivasi kepada murid merupakan salah satu tugas utama dan
tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik. Hal ini dimaksudkan agar semua
murid dapat mengikuti belajar secara optimal.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan guru yang bersangkutan juga harus mampu memotivasi siswanya.
Upaya ini sangat tepat sekali dengan pendapat Kristono yang menyatakan bahwa :
“motivasi mengenai jasmani sangat diperlukan melalui anak sekolah yang kemudian
meluas sampai ke masyarakat. Jadi jelaslah dengan memotivasi siswa di sekolah
berarti secara tidak langsung guru telah ikut membangkitkan motivasi di
masyarakat” (1968: 37).
C. Upaya Membangkitkan
Motivasi Belajar
Untuk lebih mengoptimalkan dalam
proses memotivasi murid dapat dilakukan beberapa pendapat seperti dikemukakan
oleh Singer dalam Setiyobroto, yaitu : “memotivasilah yang mendorong seseorang
untuk mencapai tujuan dan selalu berusaha untuk melakukan sebaik-baiknya.
Selanjutnya menurut pendapat penulis
ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memotivasi murid dalam belajar,
antara lain :
- Memotivasi Instrinsik
-
Kenalilah apa sebenarnya tujuan
yang ingin dicapai dalam belajar sehingga kegiatan belajar olahraga itu tidak
sia-sia.
-
Bayangkanlah suatu kegagalan
sebagai akibat kurang termotivasi untuk belajar.
-
Tanamkan dalam diri sendiri
bahwa menuntut ilmu itu perlu dan tidak ada batasnya.
-
Tanamkan dalam diri sendiri
“Semangat dan kemauan” untuk meningkatkan kualitas diri.
- Memotivasi Ekstrinsik
-
Meningkatkan penggunaan metoda
mengajar secara bervariasi oleh pihak sekolah sehingga siswa tidak bosan dalam
belajar.
-
Memberikan penghargaan berupa
pujian, hadiah dan harapan yang positif terhadap murid.
-
Menjelaskan tujuan pembelajaran
hendaknya pada setiap awal jam pelajaran guru harus menjelaskan tujuan belajar
murid pada saat itu.
-
Menjelaskan keuntungan jika
murid belajar dengan rajin dan tekun mengikuti aktifitas jasmani baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
-
Mengadakan kompetisi olahraga
pada mereka.
-
Memimpin kegiatan
ekstrakurikuler olahraga di sekolah dengan baik dan benar.
-
Melengkapi sarana dan prasarana
olahraga di sekolah agar murid lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan
jasmani.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas
dalam makalah ini yang berjudul : Upaya-upaya Memotivasi Murid Dalam Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan. Penulis dapat mengambil kesimpulan :
- Memotivasi dapat membantu aktifitas murid maupun untuk kegiatan ekstrakurikuler.
- Mata pelajaran pendidikanjasmani dan kesehatan merupakan mata pelajaran di SD yang banyak melibatkan dan dapat membina kesegaran jasmani dan untuk belajar maupun hidup sehari-hari.
- Membangkitkan kembali motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
- Memotivasi siswa dalam belajar dapat membangkitkan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran.
- Memotivasi merupakan kelemahan yang lunak dan keras terhadap pencarian dan pencapaian tujuan dalam pengajaran pendidikan jasmani.
B. Saran
1.
Sarana dan prasarana perlu
dilengkapi oleh pihak sekolah untuk membangkitkan motivasi belajar murid.
2.
Diharapkan kepada guru
pendidikan jasmani dan kesehatan agar dapat meningkatkan perhatiannya serta
memotivasi dalam belajar.
3.
Agar guru pendidikan jasmani
dan kesehatan lebih kreatif lagi menanggulangi kekurangan sarana dan prasarana
olahraga untuk kepentingan belajar mengajar.
4.
Agar setiap murid dapat
melakukan olahraga secara aktif.
5.
Pihak orang tua diharapkan
dukungan terhadap anaknya dalam membina hidup sehat melalui kegiatan olahraga.
6.
Agar masyarakat secara umum
dapat melaksanakan olahraga dan mengembangkan motto olahraga, memasyarakatkan
olahraga dan mengolahragakan masyarakat.
0 Response to "Upaya-Upaya Memotivasi Murid Dalam Pembelajaran Penjas"
Posting Komentar