Defenisi, Syarat serta Karakter Akutansi Pertanggungjawaban
1.1 Akuntansi Pertanggungjawaban
1.1.1
Defenisi Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengertian akuntansi pertanggungjawaban merupakan
berbagai konsep dan alat yang digunakan oleh para akuntan manajemen untuk
mengukur kinerja dari individu dan departemen yang ada dalam mencapai
keselarasan tujuan. Menurut F.F. EL
MUHAMMADY (2002, 3): adalah
“Satu unit
organisasi didalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab, dimana manajer tersebut diberikan wewenang untuk mengambil
kebijakan secara disentralisasi”.
Manajer yang bertanggungjawab atas tugas yang telah
dipisah-pisahkan sesuai dengan batasan wewenang serta tanggungjawabnya perlu
memilki suatu pandangan yang jelas mengenai tujuan perusahaan. Jadi untuk dapat
melakukan tanggungjawab manajer dengan hasil yang optimal maka keselarasan
tujuan perusahaan dengan tujuan para manajer jelas diperlukan, dan semuanya
dapat tercapai melalui akuntansi pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi
yang mengukur rencana dengan menggunakan anggaran dan tindakan dengan melihat
hasil yang aktual dari setiap manajer pusat pertanggungjawaban. Peranan para
akuntan manajemen dalam sebuah perusahaan adalah untuk menciptakan suatu sistem
akuntansi yang dapat menyediakan laporan yang menilai seberapa baik para
manajer dalam perusahaan dalam mencapai tujuan sesuai dengan rencana perusahaan
.
Akuntansi pertanggungjawaban dirancang untuk membantu
pencapaian tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Dan salah satu tujuan
dari akuntansi pertanggungjawaban adalah penilaian prestasi para manajer
pusat-pusat pertanggungjawaban, terutama untuk memotivasi para manajer dalam
berprestasi.
Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban berperan
penting dalam menjaga efektivitas dan efisiensi fungsi pengendalian intern
perusahaan.
1.1.2 Syarat Akuntansi
Pertanggungjawaban
Selain struktur organisasi yang jelas ada beberapa hal
lain yang diperlukan dalam merancang sistem akuntansi pertanggungjawaban.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban memerlukan struktur
organisasi yang jelas sehingga terdapat pembatasan wewenang yang nantinya akan
mengacu pada pertanggungajawaban dari masing-masing bagian kerja.
Pertanggungjawaban ini akan dilaporkan melalui laporan pertanggungjawaban dan
akan dinilai guna penentuan prestasi manajer bagian yang bersangkutan.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban membutuhkan kejelasan
dalam pembagian tugas dan wewenang yang terdapat dalam setiap pusat
pertanggungjawaban, yang biasanya tercermin dalam struktur organisasi yang
baik. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban juga berarti setiap pusat-pusat
pertanggungjawaban yang ada telah mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh
manajer yang bersangkutan. Manager ini bertanggungjawab terhadap prestasi
bagian yang dipimpinnya sebatas pada pendapatan, biaya dan investasi bagian
tersebut. Selain itu seorang manajer pada perusahaan yang telah menerapkan
sistem akuntansi pertanggungjawaban juga dilibatkan dalam penentuan tujuan yang
akan dicapai, yang pada akhirnya nanti dijadikan sebagai alat untuk pengukuran
prestasinya.
1.1.3 Karakter – Karakter Akuntansi
Pertanggungjawaban
Sistem akuntansi pertanggungjawaban pada dasarnya
bermuara pada pengukuran prestasi para manajer masing-masing bagian. Untuk itu
sistem akuntansi pertanggungjawaban harus mampu menjawab pertanyaan mengenai
seberapa baik prestasi manajer bagian “X” dalam tahun ini.
Sistem akuntansi pertanggungjawaban menampilkan
perusahaan secara keseluruhan, yang maksudnya akuntansi pertanggungjawaban
melibatkan semua level dari manajemen mulai dari manajemen puncak sampai ke
level paling bawah yaitu para karyawan. Hal ini bukan berarti akuntansi
pertanggungjawaban akan mengukur prestasi masing-masing para karyawan. Selain
membutuhkan waktu yang tidak sedikit hal tersebut tentunya boleh dikatakan
mustahil dilakukan karena artinya perusahaan harus mengukur prestasi ratusan,
ribuan bahkan mungkin puluhan ribu karyawan. Di sini yang dimaksud dengan
pengukuran prestasi sampai ke level terendah adalah mengukur prestasi para
karyawan yang tercermin pada pengukuran prestasi manajer yang bertanggungjawab
pada masing-masing bagian. Prestasi manajer masing-masing bagian dianggap dapat
merefleksikan prestasi para karyawan yang berada dalam tanggungjawab dan
kendalinya.
Laporan pengukuran dalam akuntansi pertanggungjawaban
harus terdiri dari faktor-faktor dimana manajer memiliki kendali terhadapnya.
Yang artinya manajer mampu melakukan hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil yang
dilaporkan. Kinerja dari masing-masing bagian harus bebas dari pengaruh manajer
jika harus dilaporkan
Laporan pertanggungjawaban memiliki ukuran waktu yang
jelas, apakah itu harian, mingguan atau berdasarkan kesepakatan yang telah
ditentukan sebelumnya. Hal yang terpenting adalah adanya jadwal pelaporan
mengenai pekerjaan masing-masing bagian yang harus dipertanggungjawabkan pada
waktu yang ditentukan. Manajer pusat pertanggungjawaban pada waktu yang ditentukan.
Manajer pusat pertanggungjawaban harus menerima laporan pertanggungjawaban dari
bagiannya tepat waktu untuk nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
Bentuk dari laporan pertanggungjawaban haruslah disajikan
secara fleksibel sehingga pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan
terhadap laporan tersebut dapat menggunakannya untuk keperluannya
masing-masing. Bentuk laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh masing-masing
bagian dalam perusahaan tidak memiliki suatu standar yang baku dan kaku
sehingga mengakibatkan kesulitan pemanfaatannya oleh pihak-pihak dalam
perusahaan atau pihak manajemen.
Setiap manajer akan menerima laporan yang merupakan
bagian dari keseluruhan biaya dan kinerja yang terdapat dalam perusahaan. Akuntansi
pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang mengacu pada keterlibatan pihak
manajemen dari level paling rendah sampai ke level tertinggi dari manajemen.
1.1.4 Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Bagian-bagian dari perusahaan dimana terdapat seorang manajer
yang bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas masing-masing karyawannya dalam
kaitannya dengan akuntansi pertanggungjawaban dikenal dengan nama pusat-pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban merupakan wujud dari penerapan
akuntansi pertanggungjawaban yang membagi tanggungjawab didalam perusahaan.
Menurut Mulyadi
(2001,427) “Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya
diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya).”
Setiap pusat
pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran. Dalam pusat
biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan.
Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut, tidak
dapat diukur secara kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya tersebut
tidak dapat bertanggungjawab atas keluaran pusat biaya tersebut. Departemen
akuntansi dan departemen personalia adalah contoh pusat biaya yang keluarannya
sulit untuk diukur secara kuantitatif. Meskipun keluaran departemen produksi
mudah diukur secara kuantitatif, namun karena tanggungjawab manajer pusat
pertanggungjawaban tersebut adalah untuk menghasilkan keluaran tertentu dengan
masukan serendah mungkin, maka biasanya dipandang tidak perlu untuk mengukur
pendapatan (keluaran yang dinyatakan dalam satuan rupiah) departemen produksi.
Oleh karena itu departemen produksi biasanya diperlakukan sebagai pusat biaya.
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban
tersebut. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang
diperoleh pusat pertanggungjawabannya dan tidak dimintai pertanggungjawaban
mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan
tersebut. Contoh pusat pendapatan adalah departemen pemasaran. Departemen
pemasaran bertanggungjawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan
tanpa harus dibebani tanggungjawab mengenai biaya yang terjadi di
departemennya, karena biaya sering kali tidak mempunyai hubungan dengan
pendapatan yang diperoleh departemen tersebut.
Berdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dengan
keluarannya, pusat biaya dibagi lebih lanjut menjadi pusat biaya teknik (engineered expense center) dan pusat
biaya kebijakan (discretionary expense
center). Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian
besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya.
Karena hubungan antara masukan dan keluaran yang erat dan nyata ini, maka dapat
dihitung ratio antara masukan dan keluaran, yang merupakan ukuran efisiensi
pusat biaya teknik. Contoh pusat biaya teknik adalah departemen produksi.
Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya atas dasar seberapa jauh dia
dapat mempertahankan dan mengembangkan efisiensinya. Pusat biaya kebijakan
adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai
hubungan dengan keluarannya. Contoh pusat biaya kebijakan adalah departemen
akuntansi, departemen pemasaran, departemen personalia, dan departemen hubungan
masyarakat. Karena pada umumnya biaya-biaya yang terjadi dalam pusat pendapatan
merupakan biaya kebijakan, maka pusat pendapatan umumnya juga merupakan pusat
biaya kebijakan. Pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur prestasinya
berdasarkan efisiensinya karena tidak adanya hubungan yang nyata antara masukan
dan keluaran atau karena sering kali keluaran pusat biaya kebijakan tidak dapat
diukur secara kuantitatif. Proses pengendalian dalam pusat biaya kebijakan
dimulai dengan pembuatan anggaran biaya yang disetujui oleh manajemen puncak.
Anggaran biaya ini merupakan batas atas pengeluaran biaya yang dapat dilakukan
oleh manajer pusat biaya yang bersangkutan. Anggaran biaya ini bukan merupakan
tolak ukur efisiensi, namun untuk memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya
tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran.
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang
manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat
pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih
antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Oleh karena itu dalam pusat laba, baik masukan maupun keluarannya
diukur dalam satuan rupiah untuk menghitung laba, yang dipakai sebagai pengukur
kinerja manajernya. Dalam akuntansi keuangan, pendapatan hanya diakui dan
dicatat pada saat pendapatan tersebut direalisasikan melalui transaksi
penjualan produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan. Untuk pengukuran
kinerja manajer pusat laba, pendapatan yang digunakan sebagai komponen
perhitungan laba tidak selalu harus berasal dari penjualan produk atau jasa
kepada pihak luar perusahaan. Suatu pusat pertanggungjawaban merupakan pusat
laba jika manajemen puncak menghendaki untuk mengukur keluaran pusat pertanggungjawaban
tersebut dalam satuan rupiah dan manajer pusat pertanggungjawaban
tersebut,diukur kinerjanya atas dasar selisih antara pendapatan dengan
biayanya.
Dalam kenyataan, pusat laba tidak diukur kinerjanya
dengan laba saja. Tanpa menghubungkan laba dengan investasi yang digunakan
untuk menghasilkan laba, kinerja pusat laba tidak akan tercermin dari ukuran
kinerja tersebut. Oleh karena itu, pusat laba dan pusat investasi pada dasarnya
adalah sama. Kedua tipe pusat pertanggungjawaban tersebut diukur kinerjanya
dari kemampuannya dalam menghasilkan laba dari investasi yang ditanamkan dalam
pusat pertanggungjawaban tersebut.
Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya diukur
prestasinya dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban
tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat
investasi dapat berupa ratio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Ukuran ini disebut dengan kembalian investasi (return on investment disingkat ROI), yang rumus perhitungannya adalah:
laba dibagi investasi. Dapat pula manajer pusat investasi diukur prestasinya
dengan menggunakan residual income,
yang merupakan laba dikurangi dengan beban modal (capital charge), atau produktivitas yang merupakan ratio antara
keluaran dengan masukan disampaikan kepada manajer atasannya. Perataan
dilakukan dengan cara mengirim pesan dalam periode sekarang mengenai peristiwa
yang akan terjadi dalam periode yang akan datang atau menunda pengiriman pesan
mengenai peristiwa sekarang sampai dengan periode yang akan datang. Misalnya,
untuk memperoleh kesan sukses dalam memimpin Departemen Penjualan, manajer
departemen tersebut memasukkan kontrak-kontrak penjualan yang akan dilaksanakan
dalam periode yang akan datang ke dalam laporan penjualan periode sekarang.
Contoh lain adalah seorang manajer menunda pemeliharaan akuipmennya dengan
menggeser pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ke tahun anggaran yang akan datang.
Informasi pendapatan dan biaya biasanya merupakan informasi yang menjadi objek
perataan untuk memenuhi kepentingan pribadi manajer yang diukur kinerjanya.
Perataan dapat diterapkan terhadap penyimpangan yang
tidak menguntungkan maupun untuk yang sebaliknya. Sebagai contoh, jika
pendapatan penjualan sampai dengan bulan Agustus tahun anggaran diperkirakan
sudah berada 20% di atas jumlah yang direncanakan, maka manajer pemasaran
kemungkinan menunda sebagian kontrak-kontrak penjualan ke periode yang akan
datang atau dengan cara memasukkan biaya-biaya untuk periode yang akan datang
ke laporan biayanya. Perilaku yang tidak semestinya ini kemungkinan timbul
sebagai akibat dari tidak dihargainya kinerja di atas tujuan yang telah
ditetapkan.
Pusat pertanggungjawaban secara keseluruhan membentuk
hirarkis dalam organisasi. Pada tingkatan terendah bentuk dari pusat
pertanggungjawaban adalah seksi-seksi dan unit kerja lainnya. Sedangkan yang
lebih tinggi dapat dalam bentuk departemen-departemen maupun divisi-divisi yang
merupakan kumpulan dari beberapa unit-unit kerja yang lebih rendah.
Penekanan pusat pertanggungjawaban adalah biaya,
pendapatan dan aktiva yang dikendalikan oleh seorang manajer pada suatu unit
organisasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pusat pertanggungjawaban
merupakan hubungan antara seorang manajer dengan wewenang serta
tanggungjawabnya.
Dalam hal ini boleh dikatakan secara umum pusat-pusat
pertanggungjawaban dapat dibedakan menjadi empat bagian, dengan uraian sebagai
berikut :
1.Pusat Biaya
Menurut F.F. EL
MUHAMMADY (2002, hal. 4) pusat biaya adalah “pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya diukur berdasarkan masukannya atau besarnya biaya yang
dikonsumsinya”.
Menurut pendapat Mulyadi
(2001,427) pusat biaya memiliki pengertian sebagai berikut :
“Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya
diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya)”
Pusat biaya merupakan bagian dari organisasi yang
ditugaskan atau dipercayakan dalam melakukan pengendalian hanya terdahadap
biaya-biaya yang terjadi dalam kegiatan atau aktifitas perusahaan. Yang menjadi
tanggungjawab manajer pusat biaya adalah bagaimana supaya biaya-biaya yang
berada dalam wewenangnya digunakan secara efektif dan efisien.
Dalam menentukan kinerja manajer pusat biaya dapat
disimpulkan bahwa efektif tidaknya suatu pusat biaya tergantung pada kemampuan
manajernya dalam hal pencapaian tujuan non finansial. Sebagai contohnya
kualitas produk, kesesuaian antara jadwal dan pelaksanaan operasi atau juga
pada pembinaan mental karyawan yang baik. Sedangkan investasi suatu pusat biaya
yang lebih ditonjolkan adalah perbandingan antara anggaran biaya dan
realisasinya. Peranan, wewenang, dan tanggungjawab manajer akan diperhatikan
dari kedua aspek tersebut diatas. Pusat biaya ini lebih dikenal dalam
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan juga
perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang.
Terjadinya biaya dalam pusat biaya ini tidak selalu
sebagai akibat dari keputusan yang diambil oleh manajer pusat biaya. Karena
tidak semua biaya yang terjadi dalam pusat biaya dapat dikendalikan oleh
manajer, maka dalam pengumpulan dan pelaporan biaya harus dipisahkan antara
biaya-biaya yang terkendalikan dengan yang tidak terkendalikan. Hanya
biaya-biaya terkendalikan saja yang dilaporkan dan dimintakan
pertanggungjawaban dari padanya.
Pengertian dari biaya terkendali itu sendiri dapat
disimpulkan sebagai biaya yang timbul dari sebuah pusat pertanggungjawaban yang
dipengaruhi secara signifikan oleh manajernya selama waktu tertentu. Hal
Proses pemisahan antara biaya terkendali dan biaya tak
terkendali yang tidak dilakukan secara tepat akan dapat menyesatkan penilaian
prestasi terhadap seorang manajer. Jika biaya tersebut mengharuskan adanya
pelaporan pertanggungjawaban pada pihak manajer artinya biaya itu berada dalam
kendali manajer. Keputusan manajer pusat biayalah yang mempengaruhi biaya yang
terjadi dalam pusat biaya, yang berarti pusat pertanggungjawaban melaporkan
biaya-biaya yang terjadi berdasarkan periode waktu yang ditentukan. Adanya
pendelegasian wewenang terhadap manajer pusat pertanggungjawaban juga ikut
menentukan dikendalikan atau tidaknya suatu biaya. Sebagai contoh, jika
seseorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemerolehan maupun penggunaan
jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seorang manajer jelas dapat
mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki wewenang dalam memperoleh dan
menggunakan jasa.
Walaupun suatu biaya telah digolongkan pada biaya tak
terkendali terdapat kemungkinan berubah menjadi biaya yang terkendali. Hal
tersebut mungkin dilakukan dengan melalui dua cara, yaitu :
1. Merubah dasar pembebanan biaya, dari dasar alokasi
menjadi langsung.
2. Mengubah
letak tanggungjawab pengambilan keputusan.
Penetapan biaya terkendali dan biaya tak terkendali yang
tepat berpengaruh pada penilaian prestasi manajer yang pada akhirnya nanti akan
dapat memacu motivasi para manajer dalam berprestasi semaksimal mungkin demi
tercapainya tujuan pribadi dan tujuan perusahaan. Dalam prakteknya nanti adanya biaya terkendali dan biaya
tidak terkendali ini digambarkan melalui adanya klasifikasi pengkodean dari
semua biaya yang ada dalam perusahaan.
Jenis biaya tersebut didasarkan atas variabilitas biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan dan wewenang manajer pusat
biaya dapat dibedakan.
halo semuanya di sini jika Anda mencari pinjaman dengan tingkat bunga rendah dengan pengembalian 2 tingkat per tahun maka penawaran pinjaman pedro akan bagus untuk pinjaman bisnis Anda dan beberapa jenis pinjaman lain yang ingin Anda ajukan selama Anda tahu bahwa Anda dapat melakukannya pengembalian yang baik kembali sesegera mungkin kemudian hubungi mr pedro di pedroloanss@gmail.com
BalasHapus