Makalah Tentang Pengaruh Kafein Terhadap Jumlah Sel Penyusun Blastosista
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, baik
sengaja ataupun tanpa disengaja kita sering mengonsumsi kafein. Kafein umumnya
terdapat dalam produk minuman dijual secara bebas, popular dan menjadi tradisi
dalam kehidupan sehari-hari, seperti the, kopi, dll. Kafein terdapat dalam
produk obat-obatan seperti obat analgetik. Kafein adalah turunan dari
metilxantin di jumpai lebih dari 60 jenis tumbuhan. Di antara tumbuhan “coffea
Arabica, c. robusta, camalea thea, teobroma cacao. Kafein termasuk ke dalam
pseudoalkaloid, dimana alkaloid tidak disintesis dari asam amino mengandung
unsure nitrogen bersifat basa lemah.
Pada bidang pengobatan kafein adalah
obat pilihan antara tiga xantin (kafein, teofilin, dan teobrimin) untuk
mendapatkan efek stimulasi. Aksi strimulasi bersifat fisiologik alami dapat
menghindari kelelahan dan kantuk. Kafein terbukti meningkatkan kewaspadaan dan
konsentrasi, menghilangkan kelelahan dan meningkatkan kinerja fisik baik pada
siang maupun malam.
Menurut Mtchler kerja kafein relatif
lebih cepat setelah pemberian secara oral selama 30 ment, diabsorbsi cepat
sempurna secara maksimum dan hilang secara perlahan dalam waktu 2-3 jam.
Senyawa mudah diabsorbsi cepat oleh lambung. Menurut penelitian diketahui waktu
paruh kafein bertahan dalam darah 3-6 jam dan waktu paruh diperpanjag pada
wanita hamil mereka memakai alat kontrasepsi.
Sejak tahun 1909, dicatat dalam
toksikologi efek dari kafein berupa gejala keracunan, seperti tidak dapat
menguasai diri, kejang-kejang, nafsu makan hilang, sakit hulu hati dan jantung
berdebar. Kesulitan psikis antara lain: Schizophrenia kambuhan, kelainan
tingkah laku, axienty, anorexia nervosa. Selanjutnya suka menyatakan bahwa
kafein terdapat dalam makanan tambahan dan dalam obat merupakan senyawa dapat
menyebabkan mutasi.
Russel menyatakan jika satu teratogen
bereaksi pada tahap praimplantasi (zigot, tahat pembelahan 1-8 sel,
blastosista). Penelitian menggunakan beberapa senyawa teratogen seperti
mitomicyn C secara intraperitoneal pada mencit dengan umur kebuntingan 0,1-2,3
mengakibatkan marformasi eksternal dan umblikal hernia.
B. Perumusan Masalah
Kafein dipakai pada penelitian ini
adalah kafein murni produksi merek. Hal ini dilakukan supaya pengaruh
ditimbulkan pada percobaan ini adalah murni dari kafein. Pengaruh mungkin
ditimbulkan oleh suatu zat yang berbahaya dapat terjadi pada tahap
praimplantasi, perimplansasi, organonesis dan tahap pematangan secara fisiologis.
Dari ruang lingkup yang luas tersebut peneliti ingin mengamati pada tahap
praimplantasi, tahap ini dapat diamati :
1.
Embrio mengalami keterlambatan
perkembangan / belum mencapai tahap blastosista.
2.
Embrio mencapai blastosista
akhir.
3.
Jumlah sel diamati hanya jumlah
sel penyusun blastosista.
Pada penelitian diamati hanya jumlah
sel penyusun blastosista akhirnya saja.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data mengenai sel penyusun blastosista akhir pada mencit (Mus
Musculus L.) Swiss Webster, yang telah diberikan perlakuan dengan kafein secara
oral.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kafein
Kafein adalah basa sangat lemah dan
larut dalam larutan air atau alkohol berbentuk garam tidak stabil. Bentuk
senyawa serbuk putih seperti jarum mengkilat putih tidak berbau dengan rasa
yang pahit.
Alkaloid ditemukan oleh Robiguety
dari biji kopi pada tahun 1821. Pada tahun 1827 Ondry mendapatkan alkoloid dari
daun teh dan menamainya theine. Penelitian Jobst dan Mulder (1834) menunjukkan
bahwa alkaloid dari daun teh ini identik dengan alkaloid terdapat biji kopi.
Kafein diperoleh dengan isolasi
bahan-bahan alam. Kafein diserap baik setelah pemakaian secara oral dan
diedarkan ke seluruh tubuh sebanding dengan kandungan air dalam jaringan tubuh.
kafein bersifat mutagen pada mikroorganisme, kapang, tanaman, serangga buah,
mencit dan sel-sel manusia secara in vitro serta dapat memperkuat efek
mutagenik bahan kimia atau radiasi.
B. Dinamika Kafein Dalam
Tubuh
Kafein memiliki efek faarmakologis
bermanfaat secara klinis menyebabkan relaksasi otot polos.
1.
Pengaruh Kafein Terhadap Sistem
Saraf Pusat (SSP)
Pemberian kafein 85-250 mg (1-3 cangkir kopi / hari)
menimbulkan efek pada SSP sehingga orang minum kafein merasakan tidak begitu
mengantuk, lelah, daya fikirnya meningkat. Menurut Sudarisman kafein
mempengaruhi sistem pembawa pesan dalam otak (neukotransmitter) dengan cara
menekan senyawa penghambat kerja saraf disebut adenosin.
2.
Pengaruh Kafein Terhadap Sistem
Kariovaskuler
Efek kafein adalah paling kuat dalam menstimulasi jantung
dibandingkan xantin lain. Efeknya meliputi stimulasi langsung jaringan
miokardial melalui peningkatan laju dan kekuatan kontraksi dosis besar.
3.
Pengaruh Kafein Terhadap Sistem
Otot
Efek terpenting kafein adalah relaksasi otot polos
bronkus, yakni kemampuan menghambat enzim fosfofiesterase nukleotida siklik dan
hubungannya dengan akumulasi cAMP / eGMP dengan hasil akhir relaksasi otot
polos.
4.
Pengaruh Kafein Terhadap
Deuretik
Kafein meninggikan produksi urine. Zat ini mendorong
pengeluaran air dalam tubuh. kafein diperkirakan menyebabkan vasodilasi
(peningkatan pengeluaran keringat).
5.
Pengaruh Kafein Terhadap
Sekresi Lambung
Pada hewan adanya perubahan patologis dan pembentukan
ulkus pada saluran cerna akibat pemberian kafein dosis tunggal atau dosis kecil
berulang.
6.
Pengaruh Kafein Terhadap
Metabolisme
Pemberian kafein 4-8 mg/kg 6,6 pada orang sakit ataupun
orang gemuk akan menyebabkan peningkatan kadar asam lemak bebas dalam plasma.
C. Blastosista
Pembelahan telur mencit bersifat
holoblastik rotasional dimana pembelahannya dibagi blastomer menjadi 2 bagian
sama, dengan tipe telur adalah miolesital karena embrio nantinya akan mendapat
nutrisi dari induk melalui plasenta.
Blastosista merupakan stadium
diferensi awal terdiri atas “Inner Cell Mass” dan trofoblas dengan letak
berhadapan.
D. Teratogenisitas
Adalah proses pembentukan cacat
bawaan. Kelainan ini sudah lama diteliti diketahui merupakan penyebab utama
kelainan morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir.
Teratogenisitas adalah catat yang tidak bisa
pulih kembali. Cacat embrio menyebabkan terjadinya ketidakserasian kelangsungan
hidup fetus.
E. Mekanis Teratogenesitas
Zat teratogen bekerja masa kritis
dari suatu proses perkembangan suatu organ. Suatu zat bersifat toksik melewati
membran sel dengan 4 cara :
1.
Difusi aktif.
2.
Filtrasi pori-pori membran.
3.
Transfer dengan perantara
membran.
4.
Pinositosis.
Zat masuk / menuju organ sasaran adalah dalam bentuk ion
dan molekul. Menurut Ly cara kerja zat bersifat teratogenik :
- Gangguan terhadap asam nukleat, mempengaruhi replikasi, transkripsi dan translasi.
- Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas, mempengaruhi pasokan energi metabolisme / dengan bersifat sebagai antagonis.
- Penghambat enzim, akan mengacaukan metabolisme sel seperti f-pluorosil, menyebabkan karena cacat.
- Berbagai cara lain, misal hipertaminosis.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan
bahwa pemberian kafein secara oral kepada mencit bunting 0 hari dapat
menyebabkan terjadinya penurunan jumlah sel penyusun blastosista akhir mencit
dan peningkatan jumlah penyusun blastosista akhir mencit.
2.
Saran
Berdasarkan hasil diperoleh
disarankan atau dilakukan penelitian mengenai pengaruh kafein terhadap
fisiologi hati dalam detoksifikasi dan pengaruh kafein terhadap mekanisme
transfer zat ekstra selular dan harmonal.
DAFTAR PUSTAKA
Rosmiati, et al. 1984. Uji Teratogenesitas Jamu Peluntur Pada Mencit. Majalah Kedokteran
Indonesia, Jakarta.
Rugh, Robert. 1968. The Mouse It’s Reproduction and Development. Burgess, Mineoupolis.
0 Response to "Makalah Tentang Pengaruh Kafein Terhadap Jumlah Sel Penyusun Blastosista "
Posting Komentar