Makalah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi Tentang Flour dan Selenium
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Untuk bertahan hidup manusia
memerlukan makanan. Karena makanan mengandung zat-zat penting dalam tubuh.
Karena kesadaran akan pentingnya makanan maka manusia memperhatikan dengan
sangat serius, sehingga lahirlah peneliti mengenai zat-zat makanan yang
akhirnya zat tersebut dinamakan gizi.
Dalam setiap proses tubuh memerlukan
zat gizi tertentu. Untuk menjalankan fungsinya, semua komponen gizi harus
dicukupi, ada yang dibutuhkan dalam jumlah besar dan ada pula dalam jumlah
kecil.
Zat gizi yang memberikan energi
adalah karbohidrat, lemak, dan protein, sedangkan mineral, air dan vitamin
diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Pada dasarnya semua zat gizi itu mutlak
diperlukan. Walaupun sebagian opini masyarakat mengatakan vitamin dan mineral
tidak terlalu penting karena hanya sedikit diperlukan, tetapi perlu ditekankan
bahwa zat tersebut memberi pengaruh besar pada mekanisme kerja tubuh.
Selain kandungan gizi makanan, harus
diperhatikan pula cara pengolahan, sumber dan keamanan dari zat racun, mikroba
patogen atau zat lain yang berbahaya. Peranan gizi sendiri dalam pembangunan
bangsa sangat besar, karena mempengaruhi derajat kesehatan serta kecerdasan
generasi penerus. Perlu adanya peranan dari berbagai pihak untuk usaha sadar
gizi.
2.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai tugas kelompok diskusi tentang perkuliahan ilmu gizi. Kemudian dapat
menambah pemahaman penulisan tentang pelajaran gizi yang diberikan.
3.
Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini,
penulisan hanya membahas tentang zat gizi mineral mikro yaitu Selenium dan
Flour. Untuk itu penulis hanya menguraikan tentang kedua zat mineral tersebut,
mulai dari pengertian, sumber, akibat kekurangan/kelebihan, serta kebutuhannya
bagi tubuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Selenium (Se)
Pengertian
Selenium adalah mineral mikro yang
merupakan bagian dari enzim glutation peroksidase. Enzim tersebut berperan
sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam tubuh
menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Selenium dan vitamin E menjadi
antioksidan.
Selenium merupakan bagian dari zat
aktif yang dapat menghindarkan nekrosis hati, jantung, otot dan ginjal pada
binatang percobaan, terutama pada hewan yang kekurangan Vitamin E. Selenium
dapat melindungi sel tubuh dari kehancuran, serta memperlambat penuaan.
Sumber Selenium
Sumber utama selenium adalah makanan
laut, hati dan ginjal. Serta daging dan unggas. Selenium terdapat dalam tanah
dan mempengaruhi kandungannya dalam bahan makanan yang dikonsums, seperti
kandungan selenium dalam serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Kandungan
selenium dalam sayur dan buah tergolong rendah.
Akibat Kekurangan Selenium
Kekurangan selenium pada manusia
karena makanan belum di ketahui. Namun menurut ahli Cina pada tahun 1979
melaporkan bahwa terjadi kardiomiopati dan degenerasi otot jantung terutama
pada anak-anak dan perempuan dewasa. Karena pasien tidak mendapatkan zat
selenium dari makanan yang diberikan, mereka menjadi lemah, sakit pada
otot-otot, rasa kaku, pembengkakan diikuti oleh osteotritis. Selain itu dapat
menyebabkan penuaan yang teratur.
Akibat Kelebihan Selenium
Dosis tinggi selenium (> 1 mg
sehari) menyebabkan muntah-muntah, diare, rambut dan kuku rontok, serta luka
pada kulit dan sistem saraf. Penggunaan suplemen selenium untuk mencegah kanker
harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai terjadi dosis berlebihan,
karena akan bersifat toksik.
Angka Kecukupan Selenium yang
Dianjurkan
Jumlah selenium dalam tubuh sebanyak
3-30 mg. Konsumsi orang dewasa berkisar antara 20-30 mg, bergantung pada
kandungan tanah.
Berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi (2004)
Angka Kecukupan Selenium
Golongan
Umur
|
AKS*
(Mcg)
|
Golongan
Umur
|
AKS*
(Mcg)
|
0 – 6 bl
7 – 11 bl
1 – 3 th
4 – 6 th
7 – 9 th
Pria :
10 – 12 th
13 – 15 th
16 – 18 th
19 – 29 th
30 – 49 th
50 – 64 th
> 65 th
|
5
10
17
20
20
20
30
30
30
30
30
30
|
Wanita :
10 – 12 th
13 – 15 th
16 – 18 th
19 – 29 th
30 – 49 th
50 – 64 th
> 65 th
Hamil
Menyusui :
0 – 6 bl
7 – 12 bl
|
20
30
30
30
30
30
30
+5
+10
+10
|
Absorpsi dan Eksresi Selenium
Selenium berada dalam makanan dalam
bentuk selenometionin dan selenosistem. Absorpsi selenium terjadi pada bagian
atas usus halus secara aktif. Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2
globulin. Konsumsi tinggi mengakibatkan peningkatan ekskresi melalui urin.
2.
Flour (F)
Pengertian
Flour adalah suatu mineral mikro yang
terdapat dalam tubuh manusia, terutama ditulang dan gigi dalam jumlah yang
sangat sedikit. Gigi memerlukan zat flour untuk melindungi dentina dan email
dari serangan carries dentis. Flour dapat mencegah bakteri pembentukan asam.
Gigi mengalami 3 phase selama
umurnya, ialah phase pembentukan ketika terdapat didalam jaringan ikat, phase
erupsi. Ketika bergerak menyembul ke dalam rongga mulut dan phase fungsional
setelah gigi selesai erupss di dalam mulut. Pada saat gigi dan tulang dibentuk,
pertama terbentuk kristal hidroksiapatit yang terdiri atas fosfor dan kalsium.
Kemudian flour menggantikan gugus hidroksil (OH) pada kristal tersebut dan
membentuk fluoroapatit. Pembentukan zat ini menjadikan gigi dan tulang tahan
terhadap kerusakan.
Untuk mencegah kerusakan gigi maka
perlu pemeliharaan higiene mulut dan gizi yang baik pada masa kehamilan dan
pada Balita. Kemudian dilakukan suplementasi zat flour ke dalam air minum,
seperti PAM dan juga pada pasta gigi. Flour juga mencegah tulang keropos
(Osteoporosis).
Sumber Flour
Sumber utama flour adalah air minum
dan teh Cina, baru sebagian di dapat dari makanan dan garam dapur. Di daerah
yang mana kandungan flour dalam air minumnya rendah ditemukan angka prevalensi
keropos gigi yang tinggi.
Akibat Kekurangan Flour
Kekurangan zat flour dapat
menyebabkan dentin dan email menjadi rusak, membusuk dan berlubang, disebut
carries dentis. Sedangkan pada orang tua akan terjadi keropos tulang (Osteoporosis).
Akibat Kelebihan Flour
Kelebihan flour dapat menyebabkan
keracunan. Hal ini terjadi pada dosis tinggi atau konsumsi flour dalam waktu
lama sebanyak 20-80 mg/hari. Gejalanya adalah permukaan dentin dan email
menunjukkan daerah cekungan seperti erosi yang berwarna kuning kecoklatan
disebut fluorosis atau motted enamel, mulas, diare, sakit di daerah dada, gatal
dan muntah.
Angka Kecukupan Flour yang
Dianjurkan
Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004)
Angka Kecukupan Flour
Golongan
Umur
|
AKS*
(Mcg)
|
Golongan
Umur
|
AKS*
(Mcg)
|
0 – 6 bl
7 – 11 bl
1 – 3 th
4 – 6 th
7 – 9 th
Pria :
10 – 12 th
13 – 15 th
16 – 18 th
19 – 29 th
30 – 49 th
50 – 64 th
> 65 th
|
0,01
0,4
0,6
0,9
1,2
1,7
2,4
2,7
3,0
3,1
3,1
3,1
|
Wanita :
10 – 12 th
13 – 15 th
16 – 18 th
19 – 29 th
30 – 49 th
50 – 64 th
> 65 th
Hamil
Menyusui :
0 – 6 bl
7 – 12 bl
|
1,9
2,4
2,5
2,5
2,7
2,7
2,7
+0
+0
+0
|
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Selenium dan Flour merupakan zat
mineral mikro yang dalam jumlah sangat sedikit di dalam tubuh, namun mempunyai
peran esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan lain-lain. Kandungan selenium
dan flour tergantung pada konsentrasi tanah asal bahan makanan tersebut.
Selenium sangat diperlukan dalam
mencegah kerusakan sel-sel, berfungsi sebagai antioksidan bekerjasama dengan
Vitamin E. Fungsi yang lebih penting adalah mempunyai potensi untuk pencegahan
penyakit kanker dan jantung. Mengkonsumsi selenium dalam batas wajar antara
20-30 mg dapat diperoleh melalui bahan makanan, daging, makanan laut,
biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Flour mempunyai peran dalam menjaga
ketahanan gigi dan tulang dari serangan kerusakan. Sumber utamanya adalah air
minum. Konsumsi flour yang dianggap cukup dan aman adalah 1,5-4,0 mg/sehari.
Pemerintah telah mengupayakan flouridasi air minum dan komersialnya melalui
penambahan flour pada pasta gigi.
2.
Saran
Dengan pembahasan yang telah
dilakukan tentang mineral mikro diantaranya Selenium dan Flour maka diharapkan
agar pemahaman dalam manfaat zat tersebut. Diharapkan para pembaca tidak
menganggap mineral mikro tidak penting karena jumlahnya sedikit. Tetapi
perannya sangat banyak bagi peningkatan kesehatan.
Penulis berharap pembaca bertambah
pengetahuannya dan dapat memperbaiki status gizinya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta
: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Soedarmo, Prof. Poorwo dan Dr. A. Djaeni. Ilmu Gizi. Dian Rakyat, 1969.
Djaeni, Dr. Achmad dan Sedaoetama. Ilmu Gizi. Dian Rakyat, 2000.
0 Response to "Makalah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi Tentang Flour dan Selenium"
Posting Komentar