Makalah Pengantar Asesmen Tentang Asesmen Menulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan penelitian di negara
maju, 80% dari populasi murid sekolah menengah tidak dapat menulis dengan baik
dan 50% tidak menyukai proses menulis (Sunardi, 1997). Di Indonesia angka
kesulitan menulis mungkin lebih besar, karena proses belajar mengajar di semua
jenjang pendidikan tidak menuntut anak untuk banyak menulis.
Menulis bukan hanya menyalin tetapi
juga mengakspresikan pikiran dan perasaan kedalam lambang-lambang tulisan.
Kegunaan menulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat dan
mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan untuk
menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan 3 jenis tugas
tersebut. Oleh sebab itu menulis harus diajarkan pada saat anak memasuki SD dan
kesulitan belajar menulis harus memperoleh perhatian yang cukup dari para guru.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang bakal dibahas dalam makalah
ini adalah :
1.
Pengertian menulis.
2.
Pengajaran menulis dalam
kurikulum.
3.
Asesmen kesulitan menulis.
4.
Menangani kesulitan menulis.
5.
Asesmen kesulitan mengeja.
6.
Menangani kesulitan mengeja.
C. Tujuan
1.
Hakikat menulis.
2.
Hakikat kesulitan menulis
3.
Asesmen kesulitan menulis
4.
Remediasi kesulitan belajar
menulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menulis
Pengertian menulis menurut beberapa ahli :
1.
Sunardi (1977) “Proses menulis
meliputi 3 aspek yaitu menulis dengan tangan (hand writing), mengeja (spelling)
dan mengarang”
2.
Lemer (1985: 413) “Menulis
adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk visual”.
3.
Soemarmo Markam (1989: 7),
menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar.
4.
Tarigan (1986: 21)
mendefenisikan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa
yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa
yang sama dengan penulis tersebut.
Menurut Russel dan Wanda (1986: 16-21) mengemukakan
adanya pembagian otak kedalam 4 lobus, yaitu : lobus frontalis, lobus
parietalis, lobus temporalis, dan lobus occipitalis. Lobus frontalis terletak
dibagian depan, dilindungi oleh tulang dahi yang berfungsi sebagai pusat
pengertian, koordinasi motorik dan berhubungan dengan tabiat dan watak. Lobus
parietalis terletak dibagian atas dilindungi oleh tulang ubun-ubun dan
berfungsi menerima dan menginterpretasikan rangsangan sensoris, kinetis,
orientasi ruang, penghayatan tubuh (body-emage).
Lobus temporalis terletak pada bagian
samping, dilindungi oleh tulang pelipis dan berfungsi sebagai pusat pengertian
pembicaraan, pendengaran, asosiasi pendengaran, memori, pengecap dan penciuman.
Sedangkan lobus occipitalis terletak dibagian belakang dilindungi oleh tulang belakang
kepala yang berfungsi sebagai pusat penglihatan dan asosiasi penglihatan.
Pada saat menulis akan terjadi
peningkatan aktivitas pada susunan saraf pusat dan bagian-bagian organ tubuh.
Rangsangan dari lingkungan dierima oleh alat indra dan selanjutnya diteruskan
kesusunan saraf pusat melalui spinal ke cortex didaerah lobus occipitalis,
lobus temporalis, lobus parientalis dan lobus frontalis kemudian kembali ke
saraf-saraf spinal yang keluar dari sum-sum tulang belakang. Saraf-saraf spinal
tersebut melanjutkan rangsangan motorik melalui sistem piramidal dari otak
untuk selanjutnya berhubungan dengan sum-sum tulang belakang yang berfungsi
untuk mengaktifkan otot-otot lengan, tangan dan jari-jari untuk menulis sebagai
respon terhadap rangsangan yang diterima.
B. Pengajaran Menulis dalam
Kurikulum
Pengajaran menulis mencakup menulis,
mengeja dan mengarang. Disamping itu ada aspek yang merupakan dasar yaitu
kesiapan menulis. Pada saat kelas permulaan, pengajaran menulis dipusatkan pada
menulis dan mengeja huruf atau kata-kata yang mempunyai frekuensi penggunaan
tinggi seperti nama, alamat atau kosakata sehari-hari. Pada tingkat lebih
lanjut pengajaran menulis dialihkan pada kemampuan mengkomunikasikan pendapat
dalam bentuk mengarang.
Pada setiap aspek menulis, ada
beberapa kompetensi yang perlu dikembangkan sehingga harus dimasukkkan dalam
kurikulum. Perangkat kompetensi pada kelas permulaan adalah sebagai berikut :
(Sunardi: 1997)
·
Keterampilan Pra Menulis
-
Meraih, meraba, memegangkan dan
melepaskan benda.
-
Mencari perbedaan dan persamaan
berbagai benda, bentuk, warna, bangun, posisi.
-
Menentukan arah kiri, kanan,
atas, bawah, depan, belakang.
·
Keterampilan Menulis dengan
Tangan (Hand Writing)
-
Memegang alat tulis.
-
Menggerakkan alat tulis ke atas
ke bawah.
-
Menggerakkan alat tulis ke kiri
ke kanan.
-
Menggerakkan alat tulis
melingkar.
-
Menyalin huruf.
-
Menyalin namanya sendiri dengan
huruf balok.
-
Menulis namanya sendiri dengan
huruf balok.
-
Menyalin kata dan kalimat
dengan huruf balok.
-
Menyalin huruf balok dari jarak
jauh.
-
Menyalin huruf, kata dan
kalimat dengan tulisan bersambung.
·
Keterampilan Mengeja
-
Mengenal huruf abjad.
-
Mengenal kata.
-
Mengucapkan kata yang
diketahui.
-
Mengenal perbedaan dan
persamaan konfigurasi kata.
-
Membedakan bunyi pada
kata-kata.
-
Mengasosiasikan bunyi dengan
huruf.
-
Mengeja kata.
-
Menemukan aturan ejaan kata.
-
Menulis kata dengan ejaan yang
benar.
C. Asesmen Kesulitan Belajar
Menulis
Menurut Lerner (1985: 402) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, yakni :
motorik, perilaku, persepsi, memori, kemampuan melaksanakan cross modal,
penggunaan tangan yang dominan, kemampuan memahami instruksi.
1.
Jenis Kesulitan Menulis
-
Terlalu lamban dalam menulis.
-
Salah arah pada penulisan huruf
dan angka.
-
Terlalu miring.
-
Jarak antara huruf tidak konsisten.
-
Tulisan kotor.
-
Tidak tepat dalam mengikuti
garis horizontal.
-
Bentuk huruf atau angka tidak
terbaca.
-
Tekanan pensil tidak tepat.
-
Ukuran tulisan terlalu besar
atau kecil.
2.
Mengamati Proses Menulis
Untuk keterampilan menulis, asesmen yang paling praktis
adalah menganalisis sampel hasil tulisan anak. Disarankan agar diperoleh paling
tidak 3 sampel tulisan anak yaitu, tulisan dalam kondisi normal, tulisan
terbaik, tulisan tercepat.
3.
Analisis Sampel Tulisan
a.
Bentuk kata
Untuk memeriksa bentuk kata, guru
dapat menggunakan karton/kertas manila ukuran 3 x 5 cm. ditengah karton dibuat
sebuah lubang berbentuk lingkaran dengan ukuran sedikit lebih besar dari huruf.
Karton ini berfungsi sebagai kacamata untuk meneropong pada setiap huruf pada
sampel tulisan anak.
b.
Ukuran, letak dan proporsi
huruf
Ukuran dan proporsi huruf dapat
dilihat dengan membandingkannya dengan huruf lain. Tinmggi huruf l, d, atau k
misalnya, harus dua kali lebih tinggi dari huruf a, u, o, n. Tinggi huruf t
adalah satu setengah kali tinggi badannya. Panjang kaki huruf g, p, j adalah
setengah kali tinggi badannya. Ukuran dan proporsi juga berlaku untuk lebar
huruf, huruf i, n, dan m tampak berbeda lebarnya, letak huruf seharusnya rata pada
garis dasar.
c.
Jarak
Jarak antara huruf yang satu dan
huruf lain dalam satu kata harus konsisten. Jarak antar kata harus lebih lebar
dari pada jarak antar huruf.
d.
Tebal tipis
Tebal tipis huruf harus konsisten.
Pada awal menulis anak seharusnya dibiasakan menulis dengan pensil dahulu,
tidak dengan pulpen agar dapat dilihat konsistensi tebal tipis tulisannya.
Tebal tipis tulisan disebabkan ketidak konsistenan sikap tubuh atau tangan saat
menulis.
e.
Tegak atau miring
Tegak atau miring tulisan juga harus
konsisten. Huruf balok harus ditulis
tegak lurus pada garis, sedangkan huruf bersambung dapat bervariasi.
f.
Kecepatan
Kecepatan menulis pada orang dewasa umumnya sebagai
berikut :
Menyalin saja 80100 hpm (huruf per menit)
Menyalin huruf
balok 75 hpm
Menyalin huruf
bersambung 125 hpm
Menyalin angka 120 hpm
Kecepatan menulis
berkembang dari kelas 1 (sangat lambat) sampai ke kelas yang lebih tinggi
(semakin cepat). Target kecepatan menulis huruf balok diperkirakan sebagai
berikut :
Kelas 1 = 25 hpm
Kelas 2 = 30 hpm
Kelas 3 = 38 hpm
Kelas 4 = 45 hpm
Kelas 5 = 60 hpm
Kelas 6 = 67 hpm
SMP =
74 hpm
g.
Kebersihan dan kerapian tulisan
Tulisan yang kotor dan tidak rapi
menunjukkan bahwa penulisnya (anak) mengalami kesulitan menulis.
D. Menangani Kesulitan
Menulis
1.
Kesiapan Menulis
Menulis memerlukan keterampilan
pengendalian otot, koordinasi, mata tangan dan diskriminasi sosial.
Keterampilan ini disebut keterampilan dasar yang harus dikembangkan sebelum
anak memulai belajar menulis. Cara duduk, posisi kertas dan cara memegang pensil
juga harus diajarkan pada anak sebelum mulai menulis. Anak harus duduk dikursi
yang nyaman, dengan kedua telapak kaki rata pada lantai. Tinggi meja harus
memungkinkan anak meletakkan siku tangan kanan diatasnya dan tangan kiri
memegang buku tulis.
2.
Menulis Huruf Balok
Tulisan balok mulai diperkenalkan di
kelas 1 SD. Guru biasanya menunjukkan cara menulis huruf di papan tulis, pada
waktu menulis di papan tulis. Tinggi tulisan anak seharusnya sejajar dengan
matanya. Untuk menangani anak berkesulitan menulis diperlukan 2 pendekatan,
yaitu :
a.
Pendekatan Mutisensori
Dengan pendekatan ini, anak melihat
(cara menulis), mendengar (penjelasan cara menulis) dan menelusuri contoh
huruf. Tahap pengajarannya :
-
Guru menunjukkan huruf yang
akan ditulis.
-
Guru menunjukkan nama huruf dan
memperagakan.
-
Anak menelusuri huruf sambil
mengucapkan keras-keras.
-
Anak menelusuri huruf dengan
pensil.
-
Anak menyalin huruf di
kertasnya.
b.
Model Berangsur
Contoh huruf disajikan dengan tulisan
sangat tebal, anak menelusurinya dengan jari. Secara berangsur ketebalan huruf
dikurangi, anak menelusurinya lagi, kemudian menyalinnya di kertas. Pengurangan
ketebalan contoh huruf secara berangsur ini dapat berupa huruf dengan tulisan
tipis, huruf dengan garis-garis terputus dan huruf dengan titik sudut-sudutnya
saja.
3.
Tahap Transisi
-
Kata-kata ditulis dalam huruf
balok.
-
Hurufnya saling dihubungkan
menggunakan garis putus-putus dengan pensil warna.
-
Anak menelusuri huruf balok dan
garis penghubungnya untuk membentuk huruf bersambung.
4.
Tulisan Bersambung
Pengajaran menulis bersambung dimulai
setelah anak lancar membaca menulis huruf balok. Pada tulisan bersambung, huruf
dalam satu kata digabungkan dengan garis penghubung. Kegiatan ini membutuhkan
lebih banyak gerak halus (manipulasi jari-jari tangan). Teknik yang dipakai
untuk mengajar menulis huruf balok yaitu pendekatan multi sensori dan teknik
berangsur. Berdasarkan penelitian kasus terbesar tulisan anak tidak terbaca
terjadi pada tulisan bersambung.
E. Asesmen Kesulitan Mengeja
Mengeja adalah membentuk kata dengan
mengurutkan huruf, keterampilan mengeja sangat penting bagi anak karena
memungkinkan anak membaca dengan benar apa yang tertulis. Perbedaan antara
membaca dan mengeja terletak pada prosesnya. Membaca adalah proses menafsirkan
simbol berupa huruf (decoding), sedangkan mengeja merupakan proses menciptakan
simbol huruf (encoding).
1.
Pengamatan Guru
Guru dapat memperoleh data tentang
jenis kesalahan ejaan melalui observasi dan evaluasi secara terstruktur
terhadap sikap, pekerjaan tulis dan jawaban lisan anak. Selain itu guru harus
memperhatikan respon lisan anak untuk mengetahui ucapan, artikulasi, dan
dialeknya.
2.
Dikte
Dikte adalah teknik yang paling
banyak dipakai untuk mengukur keterampilan mengeja dan menetapkan tingkat
kemampuan anak. Hasil asesmen melalui dikte ini akan menunjukkan tingkat
penguasaan ejaan anak. Seorang anak dikatakan sudah berada pada tahap mandiri
jika mencapai nilai 90% benar, tahap bimbingan jika mencapai antara 70%-90% dan
tingkat frustasi jika hanya mencapai dibawah 70% (Sunardi, 1997).
3.
Analisis Salah Eja
Salah eja dapat dianalisis dari hasil
kekurangan/tulisan anak atau dari kata-kata yang didiktekan. Berdasarkan hasil
penelitian, sebagian besar salah terjadi pada huruf vokal ditengah kata atau
suku kata, hampir 70% salah eja berupa pergantian atau penghilangan dan sekitar
20% berupa penambahan, terbalik atau pergeseran huruf.
4.
Prosedur Cloze
Prosedur cloze merupakan alat asesmen
kemampuan mengeja. Dalam prosedur cloze khusus untuk mengukur ejaan, anak tidak
dibebaskan untuk melengkapi kalimat dengan kata apapun yang sesuai.
5.
Tes Modalitas
Tes ini mengukur kemampuan anak
melalui kombinasi berbagai modalitas saraf untuk input dan outputnya. Ada 5 pola kombinasi
modalitas untuk mengukur kemampuan mengeja, yaitu :
1)
Auditori vokal : guru
mengucapkan kata, kemudian anak mengucapkan ejaannya.
2)
Auditori motorik : guru
mengucapkan kata, anak menulis ejaannya di kertas.
3)
Visual vokal : guru secara
sepintas menunjukkan kata pada kartu kata, anak mengucapkan ejaannya.
4)
Visual motorik : guru secara
sepintas menunjukkan kata, anak menuliskan ejaannya pada kertas tulis.
5)
Kombinasi : guru menunjukkan
kata secara sepintas sambil mengucapkannya, anak mengucapkan ejaannya kemudian
menuliskannya.
F. Menangani Kesulitan
Mengeja
Untuk meningkatkan kemampuan mengeja
ada beberapa metode yang dapat dipakai yaitu :
1.
Mengajarkan aturan ejaan.
2.
Pendekatan multisensori.
3.
Teknik tes ejaan.
4.
Teknik daftar mengambang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimaksud dengan proses menulis
ada 3 aspek yaitu menulis dengan tangan (hand writing), mengeja dan mengarang.
Sedangkan kesulitan menulis berarti anak yang mengalami kesulitan dalam salah
satu atau lebih hand writing, mengeja atau mengarang. Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan menulis denga tangan yaitu motorik, perilaku, persepsi, memori,
kemampuan melaksanakan cross modal, penggunaan tangan dominan, kemampuan
memahami instruksi.
Kesulitan mengeja terjadi jika anak
mengalami gangguan memori dan gangguan persepsi khususnya memori dan persepsi
visual dan auditori.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan ilmu dan sumber yang
mendukung dalam penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritikan yang mendukung demi penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Yusuf, Munawir. 2005. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta
: Departemen Pendidikan Nasional.
Marlina. 2008. Pengantar
Asesmen. Padang :
UNP.
0 Response to " Makalah Pengantar Asesmen Tentang Asesmen Menulis"
Posting Komentar