Pemikiran Hasyim Asy'ari Tentang Pendidikan (Makalah Filsafat Pendidikan Islam)
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
PEMIKIRAN HASYIM ASY’ARI
TENTANG PENDIDIKAN
A. Riwayat Hidup KH. Hasyim
Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari lahir di desa
Nggedang salah satu desa di Kabupaten Jombang. Jawa timur. Pada hari selasa
kliwon tanggal 24 Dzulqa’idah 1287 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Juli
1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari Ibn Abd Al-Rahman yang
dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya Ibn Abd Allah Ibn Abd
Al-Aziz Ibn Abd Al-Fatah Ibn Maulana Ishal dari Reden Ain Al Qaqin yang disebut
dengan Sunan Giri.
Guru Pertama Hasyim Asy’ari adalah
ayahnya sendiri yang mendidiknya dengan membaca Al-Qur’an dan buku-buku islam
lainnya. Semenjak kecil Hasyim sudah dikenal dengan kegemarannya membaca.
Jenjang pendidikan setelah sekolah dasar yang ditempuhnya adalah berbagai
pesantren di Pulau Jawa seperti :
-
Pesantren Wonokojo di
Probolinggo.
-
Pesantren Langitan Tuban.
-
Pesantren di Bangkalan
-
Pesantren Siwalayan Panji
Sidoarjo yang diasuh oleh Kyai Ya’kub yang akhirnya menjadi mertua Hasyim
Asy’ari
Tahun 1892 Kyai Hasyim menikah dengan
Khadijah putri Ya’kub, kemudian beliau sekeluarga pergi haji ke Mekkah dan
melanjutkan belajar di sana .
Saat belajar di Mekkah istri dan putra beliau meninggal yang menyebabkan beliau
pulang ke tanah air dan tidak beberapa lama tinggal di tanah air beliau kembali
lagi ke Mekkah untuk melanjutkan belajarnya.
Beliau menetap di Mekkah kurang lebih
tujuh tahun di Mekkah beliau berguru kepada beberapa ulama besar seperti :
-
Sayyid Sultan Ibn Hasyim.
-
Syaikh Ahmad Amin Al-Aththar
-
Sayyid Ahmad Ibn Hasan
Al-Aththar
-
Sayyid Yamay
-
Sayyid Alwi Ibn Ahmad Al Saqqaf
-
Sayyid Abbas Maliki
-
Sayyid Abdullah Al-Zawawy
-
Syaikh Shaleh Bafadhal
-
Syaikh Sultan Hasyim Dagastani
Pada tahun 1899/1900, beliau kembali
ke Indonesia
dan mengajar di Pesantren ayahnya. Tidak lama kemudian beliau mendirikan
Pesantren sendiri yaitu Pesantren Tebu Ireng.
Tebu Ireng adalah nama sebuah desa
yang jauh letaknya dari kebupaten, penduduknya belum beragama diliputi suasana
kekacauan. Merampok dan merampas, berjudi dan berzina adalah kebiasaan yang
digemari di kampung itu. Sepanjang jalan penuh dengan rumah bordir. Perselisihan
sering terjadi yang diakhiri dengan perkelahian hingga mengacau balaukan
kehidupan desa. Tetapi justru di desa seperti inilah seorang Hasyim memutuskan
untuk mendirikan popndok karena ini adalah lahan da’wah, pada mulanya yang
dilakukan beliau mendapat tantangan dari masyarakat. Tetapi dengan segala
keuletan dan kebijaksanaan KH. Hasyim Asy’ari akhirnya kehidupan masyarakat
Tebu Ireng mengalami transformasi menjadi sebuah pola kehidupan baru dimana
ajaran Islam menjawai kehidupan masyarakat secara dominan.
Pesantren Tebu Ireng menjadi salah
satu pesantren terkenal di Nusantara menjadi tempat mendidik para kader ulama
yang datang dari berbagai pelosok tanah air.
B. Karya KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari, sebagai seorang
ulama beliau menulis beberapa buku-buku yang menjadi buku rujukan di Pesantren,
buku-buku yang dikarang oleh beliau adalah :
1.
Adab Al-Amin wa muta’allimin
fima yahtaj ilaiha al-muta’allim fi ahuwal Ta’allum wa yataqaff al-mu’taallim
fi maqaama at ta’lim.
2.
Ziyadat ta’liqat, radda fika
mahdhumat al-syaikh abd Allah bin Yasin al-fasurani Allati bihujubiha ‘ala ahl
jam’iyyah nahdatul ulama.
3.
Al tanbiyat al wajibat liman
yashna al maulid al munkarat.
4.
Al risalat al-jami’at, sharh
fiha ahwaal al-mautawa wa asyirath al-sa’at ma’bayan mafhum al sunnah wa
al-bid’ah.
5.
Al-nur al mubin fi mahabbah
sayyid al mursalin, bain fihi ma’naal al mahabbah lirasul Allah wa ma ya
ta’allaq biha man ittaba’iha wa ihya al sunnatih.
6.
Hasyiyah al fath al rahman bi
syarth al-wali ruslan li syaikh al islam zakariya al anshari.
7.
Al durral muntasirah fi masail
al-tis’I asyrat sharh fiha masalat al thariqah wa al wikyah wa ma ya ta allaq
bihima min al-umur al muhimmah li ahl al thariqah.
8.
Al-tibyar fi an nay’an
muqathitah al ikhwan bain fih ahamiyyat shillat al rahim wa dhurar qath’iha.
9.
Al risalat al-tauhidiyah-wahiya
risalah saghirat fi bayan aqidah ahl sunnah wa al jamaah.
10.
al-qalaid fi bayan ma yajib min
al-aqaid
KH. Hasyim Asy’ari juga termasuk
perintis dan pendiri organisasi kemasyarakatan yang dikenal dengan nama NU (Nahdhatul
Ulama) beliau sebagai Rais Akbar. Beliau menentang penjajah dan menyerukan
jihad wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M / Ramadhan 1366 H dalam usia 79 tahun.
C. Pemikiran KH Hasyim
Asy’ari Tentang Pendidikan
Dalam karya monumental buku berjudul
Adab Al-Alim wa al-muallim fi ma yahtajilah al-muallim fi ahuwal ta’allim wa ma
yataqaff al-mut’allim fi maqamat ta’limin, dicetak tahun 1415 H, merupakan
kitab kuning yang membahas mengenai pendidikan terutama dari segi etika.
Adapun latar belakang penulisan buku
tersebut adalah didorong oleh situasi pendidikan yang pada saat itu mengalami
perubahan dan perkembangan yang pesat, dari kebiasaan tradisional kedalam
menduk modern ini adalah akibat dari pengaruh pendidikan Barat (Imperialis
Belanda) diterapkan di Indonesia .
Karya beliau merujuk kepada kitab yang beliau pelajari dan telaah, dan ilmu
yang beliau dapat langsung dari para guru selama menimba ilmu.
Beliau mengawali tulisannya dengan
sebuah pendahuluan yang menjadi pengantar untuk pembahasan seterusnya. Adapun
buku itu terdiri dari delapan bab, yaitu :
- Keutamaan ilmu dan ilmuan serta keutamaan belajar.
- Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar.
- Etika seorang murid terhadap guru.
- Etika murid terhadap pelajaran dan hal yang harus dipedomani bersama guru.
- Yang harus dipedomani seorang guru.
- Etika guru ketika akan mengajar.
- Etika guru terhadap muridnya.
- Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Dari delapan bab tersebut
dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
- Signifikansi pendidikan.
- Tugas dan tanggung jawab seorang murid.
- Tugas dan tanggung jawab seorang guru
- Signifikansi Pendidikan
Dalam membahas masalah ini beliau
banyak mengutip ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan
ahli ilmu seperti terdapat dalam surat
“Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan yang
berilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Juga dilengkapi dengan hadist serta
pendapat ulama yang berkaitan dengan masalah ini. Beliau menyebutkan bahwa
tujuan utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Hal ini dimaksudkan agar
ilmu yang dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal kehidupan dunia dan
akhirat.
Seperti kata ahli hikmah :
Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak
berbuah.
Selanjutnya KH. Hasyim Asy’ari mengemukakan
bahwa bertauhid itu mengharusklan adanya keimanan. Maka barang siapa beriman
maka ia harus bertauhid. Dan keimanan mewajibkan adanya syariat, hingga orang
yang tidak menjalankan syariat berarti ia belum beriman dan bertauhid. Orang
yang bersyariat harus beradab dengan pengertian bahwa orang yang beradab adalah
orang yang bertauhid, beriman dan bersyariat.
1)
Murid hendaknya berniat suci
untuk menuntut ilmu jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan
melecehkan dan menyepelekan.
2)
Guru dalam mengajarkan ilmu
hendaknya meluruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata, yang
diajarkan hendaknya sesuai dengan tindakan.
- Tugas dan Tanggung Jawab Murid
a.
Etika yang harus dipelajari
dalam belajar
KH. Hasyim Asy’ari menuliskan ada
sepuluh etika yang harus diperhatikan yaitu :
2)
Membersihkan hati dari gangguan
keimanan dan keduniawian.
3)
Membersihkan niat.
4)
Tidak menunda-nunda kesempatan
belajar.
5)
Bersabar dan qanaah terhadap
segala macam pemberian dan cobaan.
6)
Pandai mengatur waktu.
7)
Menyederhanakan makan dan
minum.
8)
Bersikap hati-hati (wara’).
9)
Menghindari makanan dan minuman
yang menyebabkan kemalasan dan kebodohan.
10)
Menyedikirkan waktu tidur
selagi tidak merusak kesehatan dan meninggalkan hal yang tidak berfaidah.
b.
Etika seorang murid terhadap
guru
KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan dua
belas etika yang harus dimiliki seorang murid kepada seorang guru yaitu :
1)
Memperhatikan dan mendengarkan
apa yang dijelaskan.
2)
Memilih guru yang wara’
profesional.
3)
Mengikuti jejak guru.
4)
Memuliakan guru.
5)
Memperhatikan apa yang menjadi
hak guru.
6)
Bersabar terhadap kekerasan
guru.
7)
Berkunjung kepada guru.
8)
Duduk dengan rapi dan sopan.
9)
Berbicara dengan sopan dan
lemah lembut.
10)
Dengarkan fatwanya.
11)
Tidak menyela saat guru menjelaskan.
12)
Gunakan anggota yang kanan saat
memberikan sesuatu kepada guru.
c.
Etika murid terhadap pelajaran
Dalam menuntut ilmu murid hendaknya
memperhatikan etika sebagai berikut :
1)
Memperhatikan ilmu yang
bersifat fardhu air untuk dipelajari.
2)
Mempelajari ilmu yang mendukung
ilmu fardhu ain.
3)
Berhati-hati dalam menanggapi
ikhtilaf para ulama.
4)
Mendiskusikan dan menyetorkan
hasil belajar kepada orang yang dipercayai.
5)
Senantiasa menyimak ilmu dan
menganalisanya.
6)
Pancangkan cita-cita yang
tinggi.
7)
Bergaul dengan orang yang
berilmu lebih tinggi (pintar).
8)
Mengucapkan salam saat sampai
ke majlis ta’lim.
9)
Menanyakan hal yang belum
dipahami.
10)
Tertib saat ada antrian.
11)
Selalu membawa catatan.
12)
Pelajari pelajaran yang telah
diajarkan dengan istiqamah.
13)
Tanamkan rasa antusias dalam
belajar.
- Tugas dan Tanggung Jawab Guru
a.
Etika seorang guru
Tidak hanya murid yang dituntut untuk
beretika apalah artinya etika diterapkan kepada murid, jika guru yang
mendidiknya tidak mempunyai etika. KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan beberapa
etika yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain :
1)
Senantiasa mendekatkan diri
kepada Allah.
2)
Senantiasa takut kepada Allah.
3)
Bersikap tenang.
4)
Berhati-hati (wara).
5)
Bersikap tawadhu’.
6)
Selalu khusu’.
7)
Mengadukan segala persoalan
kepada Allah SWT.
8)
Tidak mengguinakan ilmunya
hanya untuk keduniawian semata.
9)
Tidak selalu memanjakan anak
didik.
10)
Berlaku zahud dalam kehidupan
dunia.
11)
Menghindari berusaha dalam
hal-hal rendah.
12)
Menghindari tempat yang kotor
dan maksiat.
13)
Mengamalkan sunnah Nabi.
14)
Istiqamah membaca Alqur’an.
15)
Bersikap ramah dan ceria, suka
menebarkan salam.
16)
Membersihkan diri dari
perbuatan yang tidak disukai Allah SWT.
17)
Menumbuhklan semangat untuk
menambah ilmu pengetahuan.
18)
Tidak menyalahgunakan ilmu
dengan cara menyombongkan diri.
19)
Membiasakan diri menulis, mengarang
dan meringkas.
b.
Etika guru saat mengajar
KH. Hasyim Asy’ari menawarkan
beberapa etika dalam masalah ini yaitu :
1)
Mensucikan diri dari hadast dan
kotoran.
2)
Berpakaian rapi, sopan dan
wangi.
3)
Niat beribadah saat mengajarkan
ilmu kepada anak didik.
4)
Sampaikan hal-hal yang
diajarkan oleh Allah.
5)
Biasakan membaca untuk menambah
ilmu pengetahuan.
6)
Memberi salam saat masuk ke
dalam kelas.
7)
Memulai pelajaran dengan do’a
dan tidak lupa mendo’akan para ahli ilmu yang telah meninggal.
8)
Berpenampilan yang kalem dan
menjauhi hal-hal yang tidak pantas di pandang mata.
9)
Menjauhkan diri dari banyak
bergurau dan banyak tertawa.
10)
Jangan sekali-kali mengajar
dalam kondisi lapar, marah dan mengantuk.
11)
Saat mengajar mengambil tempat
yang strategis.
12)
Berpenampilan ramah, lemah
lembut, jelas, tegas dan lugas serta tidak sombong.
13)
Mendahulukan materi yang
terpenting dan disesuaikan dengan profesional yang dimiliki.
14)
Tidak mengajarkan hal yang
bersifat subhat.
15)
Memperhatikan kemampuan
masing-masing siswa.
16)
Menciptakan ketenangan dalam
ruang belajar.
17)
Menasehati dan menegur dengan
baik anak didik yang bandel.
18)
Bersikap terbuka terhadap
berbagai masalah yang ditemukan.
19)
Memberikan kesempatan kepada
siswa yang terlambat dengan cara mengulang penjelasan agar tahu apa yang
dimaksud.
20)
Memberikan waktu untuk bertanya
kepada anak yang belum paham.
c.
Etika guru bersama murid
Guru dan murid tidak hanya
masing-masing mempunyai etika yang berbeda antara satu dengan lainnya. Akan
tetapi antara keduanya juga mempunyai etika yang sama yaitu :
1)
Berniat mendidik dan menyebarkan
ilmu pengetahuan serta menghidupkan syariat Islam.
2)
Menghindarkan diri dari ketidak
ikhlasan dan mengejar keduniawian.
3)
Melakukan introspeksi diri.
4)
Mempergunakan metode yang mudah
dipahami murid.
5)
Membangkitkan antusias peserta
didik dengan memotivasi.
6)
Memberikan latihan-latihan yang
bersifat membantu.
7)
Memperhatikan kemampuan peserta
didik.
8)
Tidak selalu memunculkan salah
seorang peserta didik dan menapilkan yang lainnya.
9)
Membantu memecahkan masalah dan
kesulitan peserta didik.
10)
Bila terdapat peserta didik
yang berhalangan hendaknya mencari informasi.
11)
Menunjukkan sikap arid
penyayang.
- Etika Terhadap Buku, Alat Pelajaran dan Hal-hal yang Berkaitan
Dengannya
KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang
yang sangat memahami secara detil bagaimana menghargai sebuah ilmu hingga
beliau juga memberikan penjelasan bagaimana memperlakukan alat-alat untuk
sampai kepada ilmu tersebut, diantaranya beliau menjelaskan :
1)
Mengusahakan agar memiliki buku
pelajaran.
2)
Merelakan, mengijinkan bila ada
yang meminjam buku pelajaran.
3)
Bagi peminjam harus menjaga
barang pinjaman tersebut.
4)
Letakkan buku pelajaran pada
tempat yang layak.
5)
Memeriksa sebelum membeli.
6)
Saat menyalin pelajaran syariah
hendaknya bersuci terlebih dahulu dan memulainya dengan basmallah.
7)
Saat menyalin pelajaran ilmu
retrika memulai dengan pujian kepada Allah dan shalawat nabi.
0 Response to "Pemikiran Hasyim Asy'ari Tentang Pendidikan (Makalah Filsafat Pendidikan Islam)"
Posting Komentar