-->

Makalah Lengkap Tentang Pendidikan Di Indonesia


BAB I
PENDIDIKAN DI INDONESIA

A.    Pendahuluan
Cara penghidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikannya. Pendidikan bukan hanya sekedar mengawetkan kebudayaan dan meneruskan dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan.
Dalam ilmu jiwa dikenal dengan istilah pertumbuhan dan perkembangan, yaitu supaya anak sempurna dalam pertumbuhan dan perkambangannya.
Makalah Lengkap Tentang Pendidikan Di Indonesia

Pertumbuhan ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada jasmani; bertambah besar dan bertambah tinggi. Perkembangan lebih luas dari pertumbuhan ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada rohaniah dan jasmaniah. Dengan kata lain, perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan yang bersifat menyeluruh dalam interaksi anak dengan lingkungannya.
Teori tentang perkembangan anak didik pada umumnya berkisar sekitar persoalan yang berhubungan dengan pengaruh bawaan dan lingkungan. Ada beberapa teori yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Di antara teori-teori itu pada umumnya sekarang telah ditinggalkan orang seperti: nativisme (pelopornya Schoppenhauer dan Lambrosso); Tabularasa atau empirisme (pelopornya John Locke); naturalisme (pelopornya J.J. Rousseau); dan rekapitulasi (pelopornya Stanley Hall).
Pada umumnya teori yang diikuti oleh ahli pendidikan dan ilmu jiwa adalah teori konvergensi. Pelopornya ialah William Stern, yang mengatakan bahwa “Perkembangan manusia di pengaruhi oleh pembawaan/bakat dan lingkungannya. Pembawaan seseorang baru dapat berkembang karena pengaruh lingkungan.

B.     Pengertian Pendidikan
Mendidik dan pendidikan dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata kerja, pendidikan kata benda.
a.       John Dewey: pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecapakan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
b.      Langeveld: mendidik ialah mempengaruhi ialah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak.
c.       Hoogveld: mendidik ialah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
d.      S.A. Branata, dkk: pendidikan ialah usaha yang disengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.
e.       Rousseau: pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
f.       Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka mendidik ialah membantu anak dengan sengaja (dengan jalan membimbing) menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
g.      Dalam GBHN: Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Kepribadian ialah keseluruhan tingkah laku seseorang, seperti ternyata dari cara dan corak berfikir, dan merasa yang telah menjadi kebiasaannya, dari sikap dan minatnya, dari caranya bertindak, berbuat dan dari falsafah hidupnya. Secara sempit kepribadian ialah ciri-ciri khas seseorang yang secara relatif bersifat tetap.
h.      Pendapat penulis sendiri: pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.

C.    Zaman Penjajahan Belanda
Selama penjajahan Belanda, tujuan pendidikan tidak pernah dinyatakan secara tegas, hanya dapat dilihat dari pelaksanaannya.
Pelaksanaan pendidikan tidak berdasarkan dan tidak memihak salah satu agama.
Tujuan pendidikan diarahkan kepada kepentingan kolonial, dan tidak diusahakan untuk dapat hidup secara harmonis dengan lingkungannya. Bangsa Indonesia dididik untuk menjadi buruh kasar, sebagian untuk menjadi tenaga administrasi, teknik, pertanian dan lain-lain. Akan tetapi diangkat sebagai pekerja kelas dua atau kelas tiga. Kalau ada orang Barat dan orang Indonesia menjabat pekerjaan yang sama, pada umumnya gaji bangsa Indonesia lebih rendah.
Pendidikan di Indonesia selama penjajahan Belanda dapat dibagi kepada dua periode: sebelum tahun 1900 dan sesudah tahun 1900.
1.      Sebelum Tahun 1900
Pemerintah Belanda memerintah Indonesia melalui kaum aristokrat gumiputera. Kepada mereka inilah diberikan prioritas untuk mendapatkan pendidikan, dan jumlah mereka tidak banyak. Tidak pernah terpikirkan oleh pemerintah Belanda untuk memberikan pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia atas dasar kemanusiaan. Dengan kata lain, kesempatan belajar diberikan kepada kelas elite saja, demi kepentingan Belanda.
Sebagai contoh antara lain :
a)      Sekolah rendah bagi anak-anak golongan bumiputera dengan bahasa pengantar Bahasa Daerah yaitu: Sekolah Bumiputera Kelas Dua (Inlandsche-school Tweede Klasse). Lama sekolahnya 5 tahun.
b)      Sekolah rendah untuk anak-anak keturunan Eropa atau keturunan Timur Asing, atau anak-anak golongan terkemuka bumiputera, dengan bahasa pengantar bahasa Belanda (Westersch Lager Onderwijs), yaitu Sekolah Rendah Eropa (Europeesche Lagere School). Lama belajar 7 tahun; dan pertama kali didirikan pada tahun 1818.
2.      Sesudah Tahun 1900
Di seluruh dunia terdapat perkembangan dan pembaharuan dibidang politik, ekonomi, dan idial. Hal ini mendorong pemerintah Belanda untuk memberikan lebih banyak lagi kesempatan bagi anak Indonesia menerima pendidikan. Apalagi perusahaan-perusahaan Eropa di Indonesia sangat dan berkembang dengan cepat. Oleh karena itu mereka membutuhkan lebih banyak lagi tenaga terdidik. Di samping itu pemerintah Belanda disoroti oleh dunia internasional dan oleh Dewan Perwakilan sendiri.
Akhirnya terkenal dengan slogan Edukasi, Irigasi, dan Emigrasi.
Oleh karena itu dalam dua dekade pertama sesudah tahun 1900, pemerintah Belanda banyak mendirikan sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah dan bahasa Belanda.
Di samping Van Deventer ada lagi tokoh Belanda lainnya, yaitu Snouck Hurgronje, yang mendukung pemberian pendidikan kepada aristokrat bumiputera.

D.    Zaman Penjajahan Jepang
Sebahagian besar jam sekolah digunakan untuk latihan militer dan indoktrinasi yang ketat.
Tujuan pendidikan terutama ialah untuk memenangkan perang dengan semboyan Asia untuk bangsa Asia. Oleh karena itu tujuan pendidikan ialah menyediakan tenaga-tenaga buruh kasar secara cuma-cuma (romusha) dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang.

BAB II
INS, TAMAN SISWA, DAN MUHAMMADIYAH

A.    Pendahuluan
Pada saat bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan dalam zaman penjajahan Belanda tiga tokoh pendidik dan pejuang kemerdekaan (Moh. Syafei, R.M. Suwardi Suryaningrat / Ki Hajar Dewantoro, dan Kiyai Achmad Dachlan), mendirikan lembaga-lembaga pendidikan INS, Taman Siswa dan Muhammadiyah; untuk tempat mendidik anak-anak Indonesia, serta merupakan lambang tempat tumbuhnya semangat kebangsaan dan kemerdekaan.

B.     Pendidikan INS
Pada mula-mula didirikan tanggal 31 Oktober 1926, kepanjangan INS ialah Indonesische Nedelansche School. INS sebagai terhadap politik terhadap nama yang diberikan pemerintah jajahan Belanda kepada sekolah-sekolahnya yang mendahulukan Hollandsch-nya dari pada Indonesia-nya. Contohnya antara lain HIS (Hollandsch Inlandsche School) yaitu Sekolah Rendah Bumi Putra Belanda untuk golongan bangsawan, tokoh-tokoh terkemuka atau pegawai negeri. Sekolah Jawa Belanda yaitu sekolah rendah yang berbahasa pengantar bahasa Belanda yang didirikan oleh Zending Missic, HIK (Hollandsch Inlandsche Kweekschool) yaitu sekolah guru 4 tahun.
1.      Riwayat Hidup Moh. Syafei
Latar belakang kehidupan dan pendidikan Moh. Syafei sangat mempengaruhi INS yang didirikan pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam (Sumatera Barat).
Pada tahun 1895, lahirlah Moh. Syafei di Natan (Kalimantan Barat). Ia adalah putera seorang guru, yang bernama Mara Sutan, dan ibunya Andung Khalijah, yang buta huruf.
2.      Perkembangan INS
Ada baiknya diuraikan sedikit tentang perkembangan INS pada zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan zaman kemerdekaan.
a.       Zaman penjajahan Belanda
b.      Zaman penjajahan Jepang
c.       Zaman Kemerdekaan


d.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan dan pengajaran di INS ialah :
1)      Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.
2)      Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
3)      Manusia yang harmonis dalam perkembangannya, rohani dan jasmani.

e.       Dasar pendidikan
Dasar pendidikannya adalah mendidik siswa seperti berikut :
1)      Percaya dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2)      Menentang intelektualisme, aktif, giat, dan punya daya cipta serta dinamis. Siswa dididik suka bekerja dengan tangannya, dan mengutamakan pelajaran ekspresi sebagai alat. Sebagai contoh ekspresi dengan bahasa, pertunjukkan, dan lain-lain.
3)      Memperhatikan bakat dan lingkungan siswa (community centered), yaitu tiap sekolah hendaknya berorientasi pada lingkungan tempat sekolah itu.
4)      Berfikir secara rasional, bukan secara mistik.

f.       Ruang Pendidikan INS
Ruang pendidikan INS terdiri dari 4 tingkatan ruang :
1.      Ruang Rendah Sekolah Dasar 7 Tahun
2.      Ruang antara 1 tahun (sambungan Ruang Rendah). Siswa tamatan HIS atau Schakel tidak langsung dapat diterima pada Ruang Dewasa, akan tetapi harus masuk Ruang Antara lebih dulu. Kepada mereka diberikan pelajaran yang belum mereka peroleh, seperti pekerjaan tangan, bahasa Inggris dan lain-lain.
3.      Ruang Dewasa 4 tahun (sambungan Ruang Antara atau Ruang Rendah). Tamatan Ruang Dewasa yang hendak jadi guru, diwajibkan belajar ilmu keguruan dan praktek mengajar.
4.      Ruang masyarakat 1 tahun.

Pada semua tingkatan ruang, diberikan 50% mata pelajaran umum dan 50% mata pelajaran kejuruan.

C.    Pendidikan Muhammadiyah

1.      Pendahuluan
Muhammadiyah ialah suatu organisasi yang berdasarkan agama Islam, sosial, dan kebangsaan. Perkumpulan ini didirikan oleh Kiyai Achmad Dachlan pada tahun 1912 di Yogyakarta, sekembalinya beliau dari Mekah. Bagian wanita perkumpulan ini bernama Aisyiah.



2.      Asas Pendidikan
Asas pendidikannya ialah Islam dan berpedoman kepada Qur’an dan Hadits.

3.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikannya ialah terwujudnya manusia Muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara.

4.      Dasar Pendidikan
Dasar pendidikanya seperti berikut :
a.       Tajdid; ialah kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk merubah cara berpikir dan cara berbuat yang sudah terbiasa demi tercapainya tujuan pendidikan.
b.      Kemasyarakatan; antara individu dan masyarakat supaya diciptakan suasana saling butuh-membutuhkan. Yang dituju ialah keselamatan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
c.       Aktivitas; anak didik harus mengamalkan semua yang diketahuinya dan menjadikan pula aktivitas sendiri sebagai salah satu cara memperoleh pengetahuan yang baru.
d.      Kreativitas; yaitu, si anak didik harus mempunyai kecakapan atau keterampilan dalam menentukan sikap yang sesuai dan menetapkan alat-alat yang tepat dan dalam menghadapi situasi-situasi baru.
e.       Optimisme; yaitu, si anak didik harus yakin bahwa dengan keridhaan Tuhan, pendidikan akan dapat membawanya kepada hasil yang dicita-citakan, asal dilaksanakan dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab, serta menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menyimpang dari segala yang digariskan oleh agama Islam.

5.      Fungsi Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan berfungsi sebagai berikut :
a.       Alat dakwah ke dalam dan ke luar anggota-anggota Muhammadiyah. Dengan kata lain, untuk seluruh anggota masyarakat.

b.      Tempat pembibitan kader, yang dilaksankan secara sistematis dan selektif, sesuai dengan kebutuhan Muhammadiyah khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya.

c.       Gerak amal anggota; penyelenggaraan pendidikan diatur secara berkewajiban terhadap penyelenggaraan dan peningkatan pendidikan itu, dan akan menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Muhammadiyah.


d.      Pensyukuran nikmat Tuhan: para pendidik harus menjaga merawat, dan menerima kesempatan berkembang dengan sebaik-baiknya kemampuan anak didik yang masih terpendam, karena hal yang demikian termasuk salah satu pensyukuran atas nikmat Tuhan.
e.       Sumbangan terhadap masyarakat dan negara.


BAB III
PENDIDIKAN PADA ZAMAN INDONESIA MERDEKA


A.    Pendahuluan

Sejak Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, bangsa Indonesia berjalan atas dasar UUD 1945 dan falsafah Pancasila. Walaupun dalam perkembangan sejarah terjadi beberapa kali penyimpangan, namun pada umumnya di lingkungan pendidikan jiwa UUD 1945 tetap bertahan.


B.     Landasan Ideal Pendidikan

Walaupun terjadi perubahan Undang-Undang Dasar beberapa kali, akan tetapi landasan ideal pendidikan tetap falsafah negara Pancasila. Cuma sekitar tahun 1959-1965 dicantumkan untuk sila kelima seperti berikut : Kerakyatan dan keadilan sosial seperti yang dijelaskan dalam Manipol/Usdek.

Berturut-turut telah dialami oleh bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan seperti berikut :
  1. Dari tahun 1945-1950 landasan ideal pendidikan ialah UUD 1945 dan falsafah Pancasila.
  2. Pada permulaan tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat, di negara bagian Indonesia Timur dianut suatu sistem pendidikan yang diwarisi dari zaman pemerintahan Belanda.
  3. Pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia, landasan ideal pendidikan ialah UUD Sementara Republik Indonesia.
  4. Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUD 1945 dan menetapakan Manifesto Politik RI menjadi Haluan Negara. Di bidang pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Panca Wardhana.
  5. Pada tahun 1965, sesudah peristiwa G-30S/PKI kita kembali lagi melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.


C.    Undang-undang, Ketetapan MPR, Peraturan dan Kebijaksanaan dalam Pendidikan

Yang akan dikemukakan di sini ialah Undang-undang, Ketetapan MPR, Peraturan dan Kebijaksanaan yang berkenaan dengan tujuan dan isi pendidikan saja, seperti berikut :

  1. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Suwandi tanggal 1 Maret 1946 nomor 104/Bhg. 0.
  2. Undang-undang Nomor 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia.
  3. Undang-undang No. 12 Tahun 1954.
  4. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan dan Menteri Agama No. 1432/Kab. Tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), No. K 1/652 tanggal 20 Januari 1951 (Agama).
  5. Instruksi Menteri Muda Pendidikan Pangajaran, dan Kebudayaan No. 1 tanggal 17 Agustus 1959.
  6. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 145 tahun 1965 Tentang Nama dan Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional.
  7. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966 Tentang Agama, Pendidikan dan Kebudayaan.
  8. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 yang juga dikenal dengan nama Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
  9. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.


BAB IV
INOVASI PENDIDIKAN


A.    Pendahuluan

Dalam rangka memecahkan dan menanggulangi masalah-masalah pendidikan, pemerintah telah mengadakan inovasi dalam bidang pendidikan. Masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di Indonesia antara lain seperti berikut :

a.       Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia.
b.      Laju eksplosi penduduk yang cukup pesat, yang menyebabkan daya tampung, ruang, dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang.
c.       Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, sedang dipihak lain kesempatan sangat terbatas.
d.      Mutu pendidikan yang diraskan makin menurun, yang belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e.       Kurang adanya relevansi antara program pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun.
f.       Belum mekarnya alat organisasi yang efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang.


B.     Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)

Ada delapan IKIP yang ditugaskan untuk menyelenggarakan PSP, yaitu IKIP Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Ujung Pandang.

Dalam surat putusan itu terdapat beberapa pokok pikiran mengenai hakekat Sekolah Pembangunan, yang menyangkut relevansi sekolah dengan kebutuhan masyarakat, yaitu :

a.       Adanya integrasi antara sekolah dan masyarakat serta pembangunan.
b.      Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja produktif.
c.       Sekolah menghasilkan manusia terdidik dengan pengertian kesadaran ekologi, baik lingkungan sosial, fisik, maupun biologis.
d.      Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan merangsang sesuai dengan tuntutan jaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran ekologi.
e.       Sekolah menciptakan keseimbangan fisik, emosional intelektual, kultural, dan spiritual, dan keseluruhan pembangunan masyarakat.
f.       Sekolah memberi sumbangan ketahanan nasional dan ikut serta dalam pembangunan masyarakat.

Modul ialah suatu satuan program belajar mengajar, yang dapat dipelajari oleh murid dengan bantuan yang minimal dari pihak guru. Satuan program ini berisikan tujuan yang harus dicapai secara praktis, petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan, materi dan alat-alat yang dibutuhkan, alat penilaian guru mengukur keberhasilan murid dalam mengerjakan (BP3K 1976).

Prinsip Pengajaran Modul

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu keaktifan siswa, perbedaan individual siswa, siswa harus memecahkan masalah (problem solving), continous progress. Kalau seorang siswa sudah siap dengan sebuah modul, ia dapat pindah ke modul berikutnya tanpa menunggu siswa yang belum siap; dan siswa dapat menilai sendiri terhadap segala yang dikerjakan selama belajar (self evaluation).


C.    Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 telah disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan catatan, bahwa bagi sekolah-sekolah yang menurut penilaian Kepala Perwakilan telah mampu diperkenankan melaksanakannya mulai tahun 1975.


D.    Proyek Pamong

Proyek ini merupakan  program bersama antara pemerintah Indonesia dengan innotech, Seameo. Di kalangan Semeo proyek ini dikenal dengan istilah impact, yang merupakan kesingkatan dari Instructional Management by Parents Community and Teachers.

Pamong merupakan kesingkatan dari Pendidikan Anak Masyarakat, Orang Tua, dan Guru.

Proyek ini dicobakan pada Kecamatan Kebakramat (Kelurahn Alastinuo, Banjarharjo, Malanggaten, dan Kebak) di Kabupaten Karanganyar, Solo.


Tujuan proyek ini ialah :
  1. Membantu anak-anak yang tidak dapat sepenuhnya mengikuti pendidikan sekolah. Atau membantu siswa yang drop out.
  2. Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam belajar, oleh karena dapat belajar sambil mengembalakan ternak, waktu beristirahat, dan lain-lain.
  3. Mengurangi penggunaan tenaga guru, sehingga ratio guru terhadap murid dapat menjadi 1 : 200. Pada SD biasa 1 : 40 atau 1 : 50.
  4. Dengan meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang sedikit, dapat ditampung sebanyak mungkin siswa.


E.     SMP Terbuka

SMP Terbuka (SMPT) adalah Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama, yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media, dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.


BAB V
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP


A.    Pendahuluan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor : IV/MPR/1978) dinyatakan: pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan untuk dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti, bahwa masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung sepanjang  hidupnya.


B.     Pendidikan Informal, Formal, dan Non Formal

1.      Pendidikan Informal; adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.

2.      Pendidikan Formal; ialah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi.

3.      Pendidikan Non-Formal (Pendidikan Luar Sekolah); pendidikan non-formal ialah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan.


C.    Pendidikan Seumur Hidup

Ada bermacam-macam dasar pikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup itu sangat penting. Dasar pikiran tersebut ditinjau dari beberapa segi antara lain seperti berikut :



1.      Tujuan Ideologis
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya.

2.      Tinjauan Ekonomis
Cara yang paling efektif untuk ke luar dari lingkungan setan kemelaratan yang menyebabkan kebodohan, dan kebodohan menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan.

3.      Tujuan Sosiologis
Banyak orang tua di negara yang sedang berkembang kurang menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.

4.      Tujuan Politis
Pada negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya hak memilih, dan memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lain-lain.

5.      Tinjauan Teknologis
Dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi. Para sarjana, guru, teknisi, dan pemimpin di negara yang sedang berkembang perlu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan mereka, seperti yang dilakukan oleh sejawat mereka di negara maju.

6.      Tinjauan Psikologis dan Pedagogis
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat mempunyai pengaruh besar terhadap konsep, teknik, dan metode pendidikan.


D.    Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup Pada Program-program Pendidikan

Penerapan atas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dalam masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi.


E.     Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Sasaran Pendidikan

1.      Para petani
2.      Para remaja yang putus sekolah, atau yang menganggur karena tidak memperoleh pendidikan keterampilan.
3.      Para pekerja yang berketerampilan
Supaya dapat menghadapi setiap tantangan dari hari depan mereka, hendaklah diberikan kepada mereka program pendidikan kejuruan dan teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punyai.
4.      Para teknisi dan golongan profesional
Pada umumnya mereka menduduki posisi penting dalam masyarakat. Berhasil tidaknya pembangunan banyak bergantung pada golongan ini.
5.      Para pemimpin masyarakat (golongan politik, agama, sosial dan lain-lain.
6.      Para anggota masyarakat yang sudah tua.


BAB VI
SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA SOSIAL


A.    Sejarah Perkembangan Sekolah

1.      Munculnya Pendidikan Formal
Pada masyarakat yang mempunyai sistem perekonomian dimana setiap keluarga dapat menghasilkan apa yang diperlukannya dan tidak tergantung kepada orang lain, maka orang tua masih sanggup sepenuhnya memberikan pendidikan kepada anak-anaknya.

2.      Perubahan Tekanan Dalam Pendidikan
a.       Sekolah mempergunakan kurikulum yang berpusat kepada buku (book-centered school). Ada juga orang menamakan sekolah tradisional atau akademis. Dulu sudah menjadi tradisi, sekolah hanya mengajarkan mata-mata pelajaran, dan mengutamakan penguasaan bahan pelajaran dari buku, yaitu mengutamakan pelajaran verbalitas.
b.      Sekolah mempergunakan kurikulum yang berpusat kepada anak didik (child-centered school).
c.       Sekolah yang berpusat kepada masyarakat (community centered school).


B.     Tugas dan Peranan Sekolah di Lapangan Pendidikan

Sekolah ialah suatu lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi. Segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja yang disebut dengan kurikulum.

Pada undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia Bab I, pasal 1 nomor 2, yang dimaksud dengan pendidikan dan pengajaran di sekolah ialah pendidikan dan pengajaran yang diberikan bersama-sama kepada murid-murid yang berjumlah sepuluh orang atau lebih.

Peranan sekolah dalam perkembangan kepribadian anak didik dengan melalui kurikulum, antara lain :

  1. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang bukan guru (karyawan).
  2. Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
  3. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

C.    Interaksi Pendidikan Antara Guru dan Anak Didik

Interaksi belajar mengajar merupakan interaksi pendidikan. Di sekolah terjadilah interaksi belajar mengajar. Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik. Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada satu komunikasi sosial atau pergaulan.


D.    Pola Komunikasi dalam Interaksi Belajar-Mengajar

1.      Pola komunikasi satu arah
2.      Pola komunikasi dua arah
Pola komunikasi dua arah ini terbagi tiga, yaitu :
a.       Jalur dua arah guru dan anak didik.
b.      Jalur dua arah guru-anak didik dan anak berdampingan.
c.       Jalur dua arah guru-anak didik dan antara anak didik.

Faktor-faktor yang menyebabkan orang berbeda ialah pengaruh dari :
  1. Pembawaan, antara lain kapasitas intelegensi, susunan urat syaraf, anatomi seperti besar badan, atau bentuk tubuh, alat-alat rasa dan gerak (motor and sensory equipment).
  2. Lingkungan, yaitu semua pengaruh dari luar yang mempengaruhi perkembangan anak seperti rumah tangganya, keadaan ekonominya, pendidikan orang tua dan saudara-saudaranya, sekolahnya, tempat beribadatnya, tempat tinggalnya di desa atau di kota, dan lain-lain.


BAB VII
FUNGSI DAN PERANAN MASYARAKAT
SEBAGAI SALAH SATU LINGKUNGAN PENDIDIKAN


A.    Masyarakat Sebagai Lingkungan dan Pelaksanaan Pendidikan

Pada ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara pada Bab IV yaitu Pola Umum Pelita Ketiga bagian Pendidikan d dan f nya berbunyi sebagai berikut :

  1. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan Pemerintah.
  2. Pendidikan juga menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada.

Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
No. 0306/P/1975
Tentang
Pembentukan Panitia Koordinasi Teknis Pendidikan Luar Sekolah

M E M U T U S K A N

Menetapkan :
Pertama   :  Membentuk Panitia Koordinasi Teknik Pendidikan Luar Sekolah untuk selanjutnya dalam Keputusan ini disebut Panitia, dengan susunan keanggotaan seperti tersebut dalam lampiran Keputusan ini.

Kedua     :  Panitia bertugas membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan cq. Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olah Raga;
1.      dalam menentukan pola kebijaksanaan umum pendidikan luar sekolah;
2.      dalam memberikan petunjuk umum akan perencanaan pelaksanaan program pendidikan luar sekolah yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah maupun swasta;
3.      dalam koordinasi kegiatan pendidikan luar sekolah.

Ketiga     :  Panitia wajib melaporkan secara berkala mengenai pelaksanaan tugas kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Keempat :  Hal-hal yang belum/tidak diatur dalam Keptusan ini akan ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.

Kelima    :  Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 29 Desember 1975
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
ttd.
(Sjarif Thayeb)


Keputusan
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olah Raga
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor: Kep/E/L/1978
Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Balai Pendidikan Masyarakat

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DAN OLAH RAGA

Memutuskan

BAB I
Kedudukan, Tugas dan Fungsi


Pasal 1
  1. Balai Pendidikan Masyarakat selanjutnya dalam keputusan ini disebut Balai Penmas, adalah unit pelaksanaan teknis Direktorat Pendidikan Masyarakat yang diserahi tugas untuk melaksanakan tugas-tugas Proyect Umplementation Unit (PIU).
  2. Balai Penmas dipimpin oleh seorang pemimpin yang karena jabatannya di jabat oleh Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen P & K di Propinsi yang bersangkutan dan bertanggung jawab kepada Direktur Pendidikan Masyarakat selaku Direktur PIU.


BAB VIII
PENGARUH TIMBAL BALIK DAN KERJASAMA
ANTARA KETIGA LINGKUNGAN PENDIDIKAN


A.    Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah dan Masyarakat

Bagaimanapun keadaan sekolah, biasanya akan mendukung tujuan, aspirasi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang dilayaninya. Di bawah ini akan diuraikan peranan masyarakat dan sekolah seperti berikut :

1.      Peranan Masyarakat
a.       Masyarakat yang ikut mendirikan dan membiayai sekolah.
b.      Masyarakat yang mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
c.       Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan, seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan lain sebagainya.
d.      Masyarakatlah yang menyediakan orang sumber (resource person) untuk sekolah.

2.      Peranan Sekolah
a.       Konservatif yaitu untuk meneruskan kebudayaan yang telah diseleksi kepada generasi muda, agar mereka mempertahankan, memelihara, dan menjamin kelangsungan hidup masyarakat.
b.      Evaluatif dan Inovatif
Hendaknya di samping berperan konservatif sekolah mempunyai juga peranan evaluatif dan inovatif yaitu anak didik tidak hanya menerima begitu saja kebudayaan generasi lama.


B.     Kersama Antara Sekolah dan Keluarga atau Orang Tua

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan Pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan informal ke formal memerlukan kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah.

Untuk kerjasama antara sekolah dengan orang tua banyak cara-cara yang dapat ditempuh antara lain :

  1. Kunjungan ke rumah anak didik
Kunjungan ke rumah anak didik akan :
a.       Menimbulkan perasaan pada anak didik bahwa sekolahnya selalu memperhatikan dan mengawasinya.
b.      Memberikan kesempatan kepada si pendidik melihat sendiri dan mengobservasi langsung cara anak didik belajar, latar belakang hidupnya, dan tentang masalah-masalah yang dihadapinya dalam keluarganya.
c.       Memberi kesempatan kepada si pendidik untuk memberikan penerangan kepada orang tua anak didik tentang pendidikan yang baik, cara-cara menghadapi masalah-masalah yang sedang dialami anaknya (kalau anaknya mempunyai masalah), dan lain-lain sebagainya.
d.      Mempererat hubungan antara orang tua dan sekolah.
e.       Memberi dorongan kepada orang tua anak didik untuk lebih terbuka dan dapat bekerjasama dalam memajukan pendidikan anaknya.
f.       Memberi kesempatan kepada si pendidik untuk mengadakan wawancara mengenai bermacam-macam keadaan atau kejadian tentang sesuatu yang ingin diketahuinya.

  1. Undangan terhadap orang tua ke sekolah
Orang tua diundang datang ke sekolah minimal sekali setahun. Pada saat itu diadakan kegiatan-kegiatan seperti berikut :
a.       Pertunjukkan film pendidikan di negara-negara yang telah maju antara lain berisikan cara kerjasama orang tua dengan guru (pendidik) untuk pendidikan anaknya dan untuk kemajuan sekolah. Selesai pertunjukkan itu diadakan penjelasan dan diskusi.
b.      Pameran hasil kerajinan tangan dan karangan anak didik. Buku pekerjaan tulis anak didik sehari-hari yang telah diperiksa guru diperlihatkan kepada orang tuanya masing-masing. Hasil kerajinan tangan tersebut dapat dijual kepada orang tua anak didik.
c.       Perlombaan anak didik membaca puisi.
d.      Demonstrasi ketangkasan dan keterampilan merangkai bunga, memasak, bertukang, dan bercocok tanam. Hasil-hasil keterampilan itu dapat pula dijual kepada orang tua anak didik.

  1. Case Conference
Case conference adalah rapat atau konperensi tentang kasus, biasanya digunakan dalam bimbingan penyuluhan.

  1. Badan Pembantu Sekolah
Yang dimaksud dengan Badan Pembantu Sekolah ialah organisasi Orang Tua Murid atau Wali Murid dan Guru.


C.    BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan)

Kalau dilihat tugas dan wewenang POM dan BP3 banyak sekali persamaannya, sebab pada hakekatnya tujuannya adalah sama yaitu membantu kelancaran kegiatan, penyelenggaraan serta pemeliharaan pendidikan di sekolah.


D.    Kerjasama Antara Ketiga Lingkungan Pendidikan

Dalam Garis Besar Haluan Negara No. IV/MPR-1978 dinyatakan “pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup”.

Dengan kata lain perkembangan kepribadian serta kemampuan seseorang terjadi :

  1. Atas pengaruh hal-hal yang tidak sengaja, berlangsung secara tidak terencana atau selektif bersifat insidental yang diperolehnya melalui pendidikan informal, antara lain dalam lingkungan keluarga.
  2. Atas pengaruh hal-hal yang sengaja, berlangsung secara sadar dan berencana, baik yang diperolehnya melalui pendidikan lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Masing-masing jenis lingkungan pendidikan tersebut berarti dan bermakna bagi perkembangan seseorang sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.

Kebutuhan belajar yang minimum itu adalah sebagai berikut :
a.       Sukap positif terhadap kerjasama dan sikap membantu antar manusia. Sikap-sikap itu haruslah tercermin secara konkrit di dalam kehidupan sehari-hari yaitu dalam keluarga, sekolah, masyarakat, tempat bekerja, atau dengan kata lain pada ketiga jenis lingkungan pendidikan tersebut.
b.      Pandai membaca, menulis dan menghitung (+M) yang fungsional dan praktis.
c.       Pengetahuan ilmiah dan pengertian dasar mengenal proses-proses alam, karena ada hubungannya antara lain dengan pemeliharaan kesehatan, dengan alam sekitar serta dengan perlindungan atas alam sekitar tersebut.
d.      Pengetahuan dan kepandaian praktis untuk mencari nafkah, serta pengetahuan dan bermacam-macam keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang sesuai dengan kemampuannya.
e.       Pengetahuan dan kepandaian yang diperlukan untuk membina keluarga sehat rumah tangga yang harmonis.
f.       Pengetahuan dan kepandaian praktis untuk dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama nusa dan bangsa.


DAFTAR BACAAN

Ag. Soeyono. (1978), Aliran Baru Dalam Pendidikan, Bandung CV. Ilmu
Alberty, Harold (1953), Reorganizing the High School Curriculum, The Macmillan Company New York.
Ametembun, N.A., (1974), Management Kelas, Penuntun Bagi Para Guru dan Calon Guru, Bandung, IKIP Bandung.
Amijaya, Tisna D.A., (1978), Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kabudayaan.
BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1975), Pendidikan di Indonesia 1900-1974, Jakarta, PN Balai Pustaka.
Bush, Robert N (1954), The Teacher-Pupil Relationship, Engleward Cliffs, Prentice Hall, New York.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1971), Ilmu Pendidikan I, II dan III, Bandung, Masa Baru.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1973), Perkembangan Pendidikan di Indonesia, Bandung, Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (1975), Kurikulum Sekolah Dasar 1975, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Masyarakat Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olah Raga Departemen P dan K, (1979), Proyek Pengembangan Pendidikan Masyarakat Tahun 1979/1980 dan Petunjuk Pelaksanaannya, Proyek Pengembangan Pendidikan Masyarakat Pusat, Jakarta.
Hivighurst, R.J. dan Neugater, B.L., (1982), Society and Education, Boston, Allyn and Bacon Inc.
Idris, Zahara, Aliasar, dan Muhammad, Arni, (1977), Pengukuran dan Penilaian dalam Pendidikan, Padang, FIP IKIP Padang.
Idris, Zahara, Nurtain, (1979), Ilmu Jiwa Umum, FIP IKIP Padang.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Makalah Lengkap Tentang Pendidikan Di Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel