Makalah Tentang Hakikat Manusia Dalam Ajaran Al-Qur'an
BAB I
PENDAHULUAN
I.A Latar Belakang
Latar belakang penulis membuat
makalah ini adalah penulis ingin mengetahui bagaimana sebenarnya proses
penciptaan manusia, dan fungsi serta tujuan manusia itu sendiri.
I.B Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
-
Menambah pengetahuan dan
wawasan.
-
Menambah pengetahuan tentang
hakikat manusia dalam ajaran Al-Qur’an
-
Mengetahui fungsi dan tujuan
manusia hidup di muka bumi.
I.C Manfaat Penulisan
Supaya saudara-saudara semua dapat
mengetahui seluk beluk tentang bagaimana proses penciptaan manusia, serta
fungsi dan tujuannya hidup di muka bumi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA DALAM AJARAN
AL-QUR’AN
II.A Proses Penciptaan Manusia
Asal usul manusia dalam pandangan
Islam tidak terlepas dari figur Adam sebagai manusia pertama. Adam adalah
manusia pertama yang diciptakan Allah di muka bumi dengan segala karakter
kemanusiaannya. Figur Adam tidak dilihat dari sisi fisik semata, tapi yang
lebih penting bahwa Adam adalah manusia sempurna lengkap dengan kebudayaannya
sehingga diangkat sebagai khalifah dimuka bumi.
Dalam logika sederhana, dapat
dipahami bahwa yang mengerti tentang penciptaan manusia adalah sang Pencipta
itu sendiri. Allah merupakan sang maha pencipta jadi Allah lebih memahami
tentang proses penciptaan manusia. Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang
penciptaan manusia, antara lain dalam Q.S 23:12,13 dan 14
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari
pati (berasal) dari tanah” (Q.S 23: 12)
Ayat tersebut menjelaskan tentang
asal penciptaan manusia dari “Sulalatin min thin” (sari pati tanah). Kata
sulatin dapat diartikan dengan hasil akhir dari sesuatu yang disarikan,
sedangkan thin berarti tanah.
“Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim) (Q.S 23: 13)
Pada tahap berikutnya sari pati tanah
berproses menjadi nuthfah (air mani) kata nuthfah berarti air mani yang telah
bercampur (setelah terjadi pembuahan antara spermatozoa dengan ovum) dan
posisinya berada pada tempat yang terpelihara dan kokoh yaitu rahim.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian
kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha suci Allah, pencipta
yang paling baik” (Q.S 23: 14)
Pada ayat 14 dijelaskan tentang tahapan
reproduksi manusia setelah nuthfah. Perubahan nuthfah secara berurut menjadi
‘alaqah, madhghah, ‘izham, lahm dan khalqan akhar (makhluk lain/manusia
sempurna).
Alaqah memiliki dua pengertian,
pertama darah yang mengental dan kedua sesuatu yang menempel di dinding rahim.
Pengertian pertama dipahami dari segi bentuk/materi perubahan sedangkan yang
kedua dari segi posisinya.
Mudhghah berarti segumpal daging yang
merupakan proses penciptaan manusia sebagai kelanjutan dari Alaqah. ‘Izham
(tulang belulang) selanjutnya disebut dengan lahm (daging). Pada fase ini sudah
mulai menampakan bentuk bagian tubuh. Fase ini sampai pada pencapaian
kesempurnaan bentuk yang disebut dengan khalqan akhar, berarti ciptaan baru
yang jauh berbeda dengan keadaan dan bentuk sebelumnya.
Dalam sebuah hadist riwayat Bukhari
dan muslim dijelaskan bahwa penciptaan manusia sebagai nuthfah berlangsung
selama 40 hari, sebagai ‘alaqah selama 40 hari dan sebagai mudhqah selama 40
hari pada tahap berikutnya baru ditiupkan ruh kedalam diri manusia. Pada tahap
ini disebut sebagai makhluk sempurna yaitu manusia yang telah memiliki jasad
dan ruh.
II.B Fungsi Manusia
Fungsi manusia di muka bumi adalah
sebagai khalifah yang berarti pemimpin, wakil, pengelola dan pemelihara..
Fungsi manusia sebagai khalifah juga dipahami sebagai makhluk yang bertuhas
mengurus dan menjaga alam dengan baik agar tercipta kehidupan yang baik bagi
semua makhluk Allah. Sebagai khalifah manusia dibekali dengan potensi untuk
memahami dan menguasai hukum Allah SWT yang terkandung dalam ciptaannya.
Potensi yang dimiliki manusia harus dikerahkan secara optimal dan dinamis untuk
mencapai tujuan hidup seperti yang digariskan oleh zat yang maha pencipta.
Segala yang dihasilkan manusia dalam konteks sebagai khalifah dilandasi dengan
ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ketundukan dan ketaatan itu tidak
lain adalah refleksi dari fungsi penciptaan sebagai khalifah yang diberikan
oleh Allah SWT dan akan dipertanggung jawabkan oleh manusia.
II.C Tujuan Manusia
Tujuan hidup manusia adalah untuk
mengabdi kepada Alla SWT (ibadah). Adapun semua tujuan-tujuan kecil yang lain
tunduk dan didalam lingkaran tujuan tertinggi pengabdian. Penciptaan manusia
sebagai pengabdi atau tunduk beribadah dipahami dengan kepatuhan, ketundukan
dan pengabdian manusia kepada Allah SWT. Jadi, semua aktivitas hidup yang
dilakukan oleh seorang manusia yang dilandasi dengan sikap ketundukan jiwa
terhadap sang khalik merupakan ibadah. Ibadah yang dilakukan manusia didasari
oleh kebutuhan terhadap Allah SWT, karena manusia diciptakan, diatur, dan akan
kembali kepada-Nya. Oleh karena itu, ibadah atau penyembahan harus dilakukan
secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun
kepada manusia termasuk ritual penyembahannya. Keikhlasan manusia dalam
melaksanakan ibadah merupakan nilai tertinggi dalam pengabdian yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
III.A Kesimpulan
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa
manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sangat berbeda dengan makhluk
lainnya di alam semesta ini. Manusia memiliki karakter yang khas bahkan
dibandingkan dengan makhluk lain yang paling “mirip” sekalipun. Kekhasan inilah
yang menurut kitab suci menyebabkan konsekuensi-konsekuensi kemanusiaan
diantaranya kesadaran, tanggung jawab dan adanya pembalasan.
III.C Saran
Sebaiknya sebagai seorang manusia
harus mengetahui bagaimana proses penciptaannya, dan apa tujuannya hidup di
muka bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Fuadi. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Padang : UNP Press
0 Response to "Makalah Tentang Hakikat Manusia Dalam Ajaran Al-Qur'an"
Posting Komentar