Pemahaman Siswa Tentang Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Dalam Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dimasa era globalisasi pada saat sekarang ini. Sangat
mempengaruhi perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia khususnya di Minangkabau.
Berkurangnya nilai-nilai agama dan tatakrama kesopanan yang dialami dikalangan
remaja dan anak-anak sekolah. Sehingga pendidikan itu tak berarti walaupun dia
sekolah tetapi kelakuannya tidak mencerminkan ia itu berpendidikan. Sehingga
disinilah peran mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau khususnya yang berada di
Sumatera Barat untuk memperbaiki akhlak anak-anak sekolah yang tidak sesuai
pada tempatnya.
Di lihat dari sekolah yang peneliti
datangi, masih banyak tingkah laku siswanya yang tidak mencerminkan budaya
orang Minangkabau, contohnya sikap yang terlalu cuek dan tidak mau menghargai
orang lain dan tidak megetahui bahasa isarat yang diberikan oleh guru
kepadanya. Didalam mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau sudah diterangkan
bagaimana tata krama kesopanan orang Minangkabau, bagaimana cara berbicara
kepada orang yang lebih besar dan basa-basi yang telah digariskan oleh nenek
moyang orang Minangkabau yang dikenal dengan Kato Nan Ampek.
Disinilah peneliti merasa tertarik
meneliti tentang kemampuan siswa kelas III SLTP N 12 Padang tentang
Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau dalam pemahaman adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah. Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan bahwa
guru yang mengajarkan Budaya Alam Minangkabau bukanlah guru bidang studi yang
bersangkutan, tetapi guru bidang studi lain yang kekurangan jam pelajaran.
Sehingga siswa kesulitan untuk mempelajari Budaya Alam Minangkabau karena
guru-guru tersebut hanya membaca buku yang akan diberikan kepada siswanya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut : 1) Guru yang mengajar mata
pelajaran Budaya Alam Minangkabau bukanlah guru yang bersangkutan. 2) Kurangnya
sarana dan prasarana dalam pembelajaran Budaya Alam Minangkabau. 3)
Berkurangnya pelajaran Budaya Alam Minangkabau dari dua jam menjadi satu jam.
C. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya penelitian ini
maka perlu melakukan batasan masalah. Batasan masalahnya adalah sebagai berikut
: Guru yang mengajar mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau bukan guru bidang
studi yang bersangkutan. Bagaimana kemampuan siswa kelas III di SLTP N 12
Padang tentang Pelajaran Budaya Alam Minangkabau dalam pemahaman adat basandi
syarak, syarak basandikan kitabullah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas
dapat dirumuskan masalahnya dalam bentuk pertanyaan yaitu 1) Bagaimana
kemampuan siswa dalam pembelajaran Budaya Alam Minangkabau?, 2) Bagaimana sikap
siswa di lingkungan sekolah setelah mempelajari Budya Alam Minangkabau
tersebut?, 3) Apa kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Budaya Alam
Minangkabau tersebut ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan siswa kelas III SLTP N 12
Padang tentang Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau didalam pemahaman adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah dan penerapannya didalam lingkungan
sekolah dan masyarakat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi segala pihak. Pihak yang dimaksud adalah sebagai berikut 1)
Guru mengemban tugas mengajar mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau, 2) Siswa,
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Budaya Alam
Minangkabau, 3) Peneliti sendiri, kegiatan ini melatih kemampuan peneliti
didalam melakukan penelitian, 4) Instalasi pemerintah, penelitian ini bisa
dijadikan rujukan untuk meningkatkan pelajaran Budaya Alam Minangkabau.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
1.
Pengertian
Adat basandi syarak adalah adat
Minangkabau yang berdasarkan kepada syariat Islam. Artinya ajaran adat yang
diterapkan dalam masyarakat harus berpedoman kepada ajaran agama Islam,
sedangkan syarak basandi kitabullah artinya adalah syariat Islam berdasarkan
kitabullah. Kitabullah adalah wahyu Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Sesuai
dengan ungkapan “Syarak mengato, adat mamakai”. (Zulkarnaini, 1996).
2.
Adat dan Islam
Sebelum Islam masuk ke Minangkabau,
orang Minangkabau memanfaatkan alam sebagai sumber ajarannya. Mereka menggali
nilai-nilai alam ciptaan Allah sebagai sumber ajarannya. Hal itu mereka
ungkapkan dalam falsafah Alam takambang jadi guru. Artinya alam sebagai pedoman
dan ditiru dalam masyarakat Minangkabau.
Masuknya Islam ke Minangkabau, pada
hakikatnya tidak ada pertentangan dengan adat Minangkabau karena adat
Minangkabau yang mereka jalankan berasal dari alam ciptaan Allah. Itulah
sebabnya masyarakat langsung menerima Islam di Minangkabau. Masyarakat di
Minangkabau berusaha menyesuaikan ajaran Islam kedalam tata kehidupan beradat.
Masyarakat Minang telah di mulai sejak masyarakat Minang menerima ajaran Islam
sebagai agama mereka.
3.
Budi dan Akhlak
Inti ajaran adat Minangkabau adalah
budi-budi yang dianut oleh masyarakat Minangkabau berpedoman kepada alam
ciptaan Allah. Sedangkan inti (hakikat) ajaran agama Islam adalah akhlak.
Akhlak yang berpedoman kepada syariat Islam. Antara akhlak dan budi hampir
persamaan, yakni aturan dan ketentuan yang diberikan kepada manusia untuk
berhubungan dengan yang maha pencipta, berhubungan sesamanya dan berhubungan
dengan alam lingkungan.
Ajaran tentang budi di sampaikan
dalam “kato-kato”. Setiap tindakan dan perbuatan dalam aspek kehidupan selalu
berdasarkan kepada budi baik dan budi luhur. Ungkapan itu antara lain :
“Nan kuriak, nan merah sago
Dek ribuik rabahlah padi,
Di cupak Datuak Katumanggungan
Hiduik kok indak babudi
Duduak tagak kamari cangguang
Babelok babilin-bilin
Batungkek batang kaladi
Rupo elok kami tak ingin,
Budi baiak nan kami cari.
Hubungan manusia diikat oleh budi,
dari ikatan budi itu lahirlah “Kato nan ampek” yakni :
Kato mandata, kato manurun, kato
mandaki, kato malereng.
Artinya kato mandata adalah kata yang
digunakan untuk sesama besar, kato manurun adalah kata yang digunakan oleh
orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda, kato mandaki adalah kata
yang digunakan orang yang lebih muda kepada orangyang lebih tua, dan kato
malereng adalah kata yang digunakan oleh orang yang kita segani.
4.
Penerapan Adat dan Islam
Di Minangkabau ajaran adat dilaksanakan,
ajaran agama diamalkan. Keduanya berjalan seimbang. Hal ini dapat dilihat dari
adanya ikatan pemimpin “Tungku Tigo Sajarangan” (Penghulu, Alim Ulama, dan
Cadiak Pandai). Penghulu sebagai pemangku adat, alim ulama sebagai ahli agama
dan cadiak pandai sebagai cendikiawan.
Persyaratan berdiri nagari di
Minangkabau juga menunjukkan bahwa adat dan Islam juga menjadi patokan. Syarak
itu diantaranya adalah babalai bamusajik, artinya balai tempat bermusyawarah
bagi pemangku adat, musajik tempat melaksanakan ajaran agama Islam, ibadah
kepada Allah belajar agama Islam.
B. Penelitian Relevan
Penelitian tentang pemahaman siswa
tentang adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalam pembelajaran
Budaya Alam Minangkabau di kelas III SLTP Negeri 12 Padang. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa pengetahuan siswa tentang adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah. Menunjukkan bahwa sebagian siswa yang benar-benar menguasai
dan memahami apa yang diberikan gurunya tentang pelajaran budaya alam
minangkabau khususnya dalam pemahaman adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah.
Berdasarkan sepengatahuan peneliti
dan yang telah peneliti telusuri belum adanya penelitian tentang pemahaman
siswa tentang “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah dalam pelajaran
Budaya Alam Minangkabau”, untuk itu peneliti ingin meneliti bagaimana kemampuan
siswa kelas III SLTP N 12 Padang.
BAB III
RENCANA PENELITIAN
A. Latar, Entri dan Kehadiran
Peneliti
Sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif. Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif atau kata-kata tertulis atau lisan tentang
orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan metode deskriptif merupakan
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Latar dari penelitian ini dilakukan
di SLTP Negeri 12 Padang yang letaknya tidak terlalu jauh di kota . Dan merupakan sekolah peneliti waktu di
SLTP. Sedangkan entri dalam penelitian ini adalah suasana keakraban antara
seorang siswa dengan gurunya dan seorang kakak dengan adiknya. Kehadiran
peneliti di lapangan di ketahui oleh informasi sebagai berikut.
B. Informan Peneliti
Informasi dalam penelitian ini adalah
guru kesenian yang mengajarkan Budaya Alam Minangkabau di SLTP Negeri 12 Padang . Penentuan informan
berdasarkan kriteria, yaitu 1) Umur informan minimal 20 tahun dengan asumsi
informan telah mempunyai kemampuan berbicara dengan baik. 2) Informan tidak
buta huruf, berpendidikan dan mampu berkomunikasi dengan lancar, dan 3)
Informan tidak cadat bicara mlenbeek (dalam samarin, 1998 : 52).
C. Instumentasi
Instrumen dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri melaksanakan obervasi dan wawancara. Obervasi yang digunakan
untuk mengamati langsung kelapangan tentang pembelajaran Budaya Alam
Minangkabau. Wawancara digunakan untuk mengajukan pertanyaan guru agar hasil
wawancara itu terarah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1) Studi
lapangan, melakukan obervasi lapangan yaitu peneliti langsung mengamati di
lapangan dan mewawancarai informan dengan ungkapan tradisional Minangkabau
dalam kehidupan sehari-hari, 2) Teknik wawancara langsung kepada informan yang
telah ditetapkan, 3) Studi perpustakaan, untuk mendapatkan referensi yang akan
menunjang penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah dalam menganalisis
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Identifikasi data,
memeriksa yang telah terkumpul yang diperoleh melalui obervasi dan wawancara,
2) Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang terkumpul sesuai dengan
identifikasi masalah diatas, 3) Interpretasi dan analisis data, setelah data
terkumpul di klasifikasikan dengan indentifikasi masalah penelitian,
selanjutnya penulis melakukan penganalisisan terhadap data tersebut, 4)
Kesimpulan, pengambilan kesimpulan dari data yang telah disesuaikan.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SLTP
Negeri 12 Padang pada hari rabu tanggal 30 April 2008.
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
||
1
2
|
Observasi
Tes Wawancara
|
30 April
30 April
|
|
|
|
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dari hasil tes yang dilakukan, maka
diperoleh data. Data sampel terkumpul sebanyak 30 orang yang berasal dari 3 kelas
yang mana diambil sebanyak 10 orang per kelas yang dipilih secara proporsional
random sampling. Dari data yang terkumpul akan tergambar sampai dimana
pemahaman siswa SLTP N 12 Padang tentang ABS-SBK dalam pembelajaran Budaya Alam
Minangkabau.
Dalam bagian ini ada 2 data / hal
yang perlu dideskripsikan
1.
Data yang berhubungan dengan
skor yang diperoleh masing-masing responden.
2.
Data yang berhubungan dengan
klasifikasi nilai responden.
Agar lebih jelasnya skor yang diperoleh masing-masing responden,
maka penulis menggambarkan skor tersebut dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 1
Distribusi Skor Mentah Siswa
No
|
Pemeriksaan I
|
Pemeriksaan II
|
Jumlah
|
Skor
|
1
2
3
4
5
6
|
9
9
9
8
8
8
|
9
9
9
8
8
8
|
18
18
18
12
12
12
|
44
44
44
39
39
39
|
No
|
Pemeriksaan I
|
Pemeriksaan II
|
Jumlah
|
Skor
|
7
8
9
10
11
12
13
14
15
12
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
8
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
6
6
6
6
6
6
6
6
|
8
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
6
6
6
6
6
6
6
6
|
12
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
12
12
12
12
12
12
12
|
39
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
32
32
32
32
32
32
32
32
|
B. Analisis Data
Pada tabel 1 diatas tampaklah skor
mentah yang diperoleh masing-masing siswa untuk komponen teori skor tertinggi
adalah 9 dan yang terendah adalah 6.
Maka berdasarkan jumlah bobot masing-masing soal, dapat
ditetapkan skor maximalnya yaitu : 100
No
|
No. Kode
|
|
Nilai
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
12
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
12
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
44/50 x 100%
44/50 x 100%
44/50 x 100%
39/50 x 100%
39/50 x 100%
39/50 x 100%
39/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
36/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
32/50 x 100%
|
88
88
88
78
78
78
78
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
64
64
64
64
64
64
64
64
|
Setelah perhitungan nilai setiap
responden diperoleh, nilai selanjutnya dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkat kurang, cukup, lebih dari baik, baik sekali. Untuk lebih jelasnya
lihatlah tabel III berikut ini.
No
|
No. Kode Sample
|
Nilai Yang Benar
|
Nilai
|
Klasifikasi
|
Keterangan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
12
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
12
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
|
44
44
44
39
39
39
39
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
32
32
32
32
32
32
32
32
|
88
88
88
78
78
78
78
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
72
64
64
64
64
64
64
64
64
|
B
B
B
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
|
Baik
Baik
Baik
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Lebih dari cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
|
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
kemampuan siswa SLTP N 12 Padang tentang pemahaman siswa mengenai ABS-SBK dalam
pembelajaran Budaya Alam Minangkabau, maka dapat digolongkan keadaan kategori
belum tercapai tujuan yang diinginkan, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
1.
Faktor dari guru
Masih belum adanya guru yang
benar-benar terampil untuk mengajar Budaya Alam Minangkabau , hal ini dapat
kita lihat misalnya guru yang mengajar Budaya Alam Minangkabau di SLTP N 12
Padang pada dasarnya adalah guru Kesenian, Sejarah dan guru Bahasa Indonesia.
Dengan demikian otomatis guru tersebut kurang paham / tidak banyak yang
mengetahui ilmu Budaya Alam Minangkabau tersebut. Namun karena adanya tuntutan
untuk mengajar Budaya Alam Minangkabau terpaksalah ilmu yang dangkal ini
diajarkan. Nah dari sini dapatlah kita lihat bagaimana jadinya ilmu tersebut
sampai kepada siswa.
2.
Faktor kurangnya sarana
prasarana yang mendukung
Sarana dan prasarana sangat mendukung
siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah (buku-buku dan alat-alat
peraga). Tanpa hal ini proses belajar mengajar akan bersifat monoton buku
mosalnya tidak adanya buku yang lengkap atau buku yang disusun secara umum
(pedoman umum) seperti mata pelajaran lainnya. Alat peraga/median juga akan
sangat mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan dalam PBB. Contoh : kalau
belajar tentang pakaian penghulu hendaknya pakaian penghulu tersebut langsung
dibawa dan diperlihatkan kepada siswa diwaktu menjelaskan pakaian penghulu tersebut. Akan tetapi
kenyataan yang penulis lihat dilapangan bertolak belakang dengan yang
dinyatakan diatas.
3.
Faktor dari siswa
Siswa masih banyak yang kurang serius dalam belajar
Budaya Alam Minangkabau. Karena mereka bilang mereka sudah belajar Budaya Alam
Minangkabau yang dipepalajari cuma itu-itu saja. Mulai dari rumah sampai ke
sekolah mereka sudah belajar Budaya Alam Minangkabau yang diajarkan cuma selalu
itu-itu saja. Padahal zaman sudah berkembang (kurangnya minat dan kesadaran),
dan kalau ditanya nantik tentang Budaya Alam Minangkabau mereka tidak bisa
menjawab.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.
Kegagalan dalam pengajaran
Budaya Alam Minangkabau / tidak sesuai dengan yang diinginkan disebabkan oleh 3
faktor.
1)
Faktor dari guru yaitu : tidak
adanya guru yang terampil dalam ilmu Budaya Alam Minangkabau yang mengajar Budaya
Alam Minangkabau.
2)
Faktor kurangnya sarana dan
prasarana yang menunjang.
3)
Faktor dari siswa.
b.
Berdasarkan data yang telah
diambil tujuan dalam pembelajaran Budaya Alam Minangkabau belum bisa dikatakan
tercapai / memuaskan.
c.
Sebagian besar siswa berada
dalam kisaran nilai lebih dari cukup.
B. Saran
a.
Sarana dan prasarana perlu
dilengkapi oleh pihak Dinas Pendidikan dan Sekolah agar tujuan pendidikan bisa
tercapai.
b.
Para siswa hendaknya sadar betapa pentingnya mempelajari Budaya Alam
Minangkabau supaya budaya asli kita tidak digeser oleh orang lewat.
c.
Hendaknya guru yang mengajar
Budaya Alam Minangkabau adalah guru yang benar-benar dipersiapkan untuk
mengajar Budaya Alam Minangkabau tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Zukarnain. (1996). Budaya Alam Minangkabau. Bukittinggi : Usaha
Ikhlas
LKAAM. (2000).
Pengetahuan Adat Minangkabau.
Samarin,
William. J. 1998. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta
: Kanisius
Moleong, Lexy. J. 1990. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya.
0 Response to "Pemahaman Siswa Tentang Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah Dalam Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau"
Posting Komentar