-->

Laporan Study Lapangan Tempat-tempat Bersejarah Di Minangkabau


1.      PDIKM Padang Panjang
Untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat orang Minangkabau, maka dikota Padang Panjang di dirikan sebuah pusat dokumentasi dan informasi kebudayaan Minangkabau di prakarsai oleh A. Hamid dan keluarga. Peletakan batu pertama pada tanggal 8 Agustus 1988 dan diresmikan pada tanggal 17 Desember 1990 oleh Gubernur Sumatera Barat Hasan Basri Durin.
PDIKM mempunyai berbagai sejarah Minangkabau lengkap dengan photo dan buku-buku sejarah, yang bisa dijadikan bahan rujukan untuk mendalami sejarah Minangkabau. Ada kurang lebih lima ribu buah buku disimpan di tempat ini.
Bangunan PDIKM berbentuk rumah gadang yang lengkap dengan ruang-ruang serta ukiran yang semua mempunyai makna dan arti tersendiri, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Seperti kamar-kamar yang sengaja dibuat kecil hanya sekitar 2x2, ini menujukkan makna yang tersirat bahwa ukuran sekecil itu hanya cukup dihuni oleh ayah ibu dengan 1 anak, memberi isyarat kepada para suami untuk lebih giat mencari nafkah agar cepat keluar dari rumah gadang dengan membentuk keluarga sendiri di luar.
Bangunan rumah gadang terdiri dari beberapa tiang penunjang yang berdiri miring, ini tujuannya agar kuat menahan goncangan gempa bumi yang sering terjadi di Sumatera Barat. Ruangan di rumah gadang selalu ganjil.
Laporan Study Lapangan Tempat-tempat Bersejarah Di Minangkabau

Untuk ketahanan pangan dikeluarga Minang, di depan rumah gadang dibangun beberapa buah Rangkiang. Rangkiang adalah bangunan dengan 4 iang, 6 tiang dan sembilan tiang gunanya untuk menyimpan hasil panen. Di masing-masing rangkiang di simpan hasil panen yang gunanya untuk berbagai keperluan di antaranya untuk keperluan keluarga sehari-hari, untuk pesta, untuk pembangunan tempat-tempat umum. Disamping itu orang Minang yang menganut paham matrilinial juga mempunyai beberapa aturan tentang harta warisan. Pusaka tinggi dan pusaka rendah, pusaka tinggi tidak boleh diwariskan, sedang pusaka rendah bisa diwariskan. Pusaka tinggi dapat digadaikan apabila terjadi permasalahan yang sangat mendesak dan tidak bisa diatasi dengan hanya menggunakan pusaka rendah. Masalah tersebut adalah :
1.      Apabila rumah gadang sudah tiris (bocor, rusak)
2.      Mayat terbujur belum di kebumikan.
3.      Gadis sudah berumur tapi belum menikah karena tidak ada biaya untuk pesta.
4.      Mengangkat penghulu atau membangkit batang tarandam.
Di PDIKM sampai hari ini masih tersimpan arsip beberapa surat kabar yang pernah terbit di Sumatera Barat seperti surat kabar budi chaniago terbitan tahun 1922.

2.      Batu Batikam Dusun Tuo Nagari Pariangan
Tempat ini merupakan salah satu tempat bersejarah bagi orang Minang. Nagari Pariangan menurut ahli sejarah Minangkabau adalah nagari pertama di Minangkabau, di tempat ini dirumuskan sistem pemerintahan yang dianut oleh para pemimpin dan para petinggi dahulu.
Nagari Pariangan dibangun oleh Cati Pandai dengan anaknya yang bernama Datuk Parpatih Nan Sabatang, terdiri dari 4 koto.
1)      Balai Labuah
2)      Balai Batu
3)      Kubu Rajo
4)      Kampai Piliang
Batu Batikam adalah satu saksi sejarah pemerintahan di Minangkabau. Lokasi dengan luas 1.800 m berfungsi sebagai tempat bermusyawarah (medan bapaneh) para kepala suku. Untuk menentukan bentuk pemerintahan yang akan dijalankan. Ditengah-tengah lokasi ini terletak situs Batu Batikam dengan ukuran 55 x 20 x 45 cm berbentuk segi tiga. Dikelilingi oleh batu-batu lain sebagai tempat duduk para kepala suku saat melaksanakan musyawarah.

Sejarah Batu Batikam
Adalah Datuk Katumanggungan (Sutan Maharajo Basa) dan Datuak Parpatih Nan Sabatang (Sutan Balun) saudara seibu berlainan bapak. Keduanya mempunyai keahlian dan kesaktian masing-masing dan kakak beradik ini suatu hari berselisih pendapat mengenai masalah undang-undang tarik balas. Undang-undang ini mengatur bahwa barang siapa yang membunuh maka ia pun harus dibunuh, jika ada yang memukul maka harus di pukul pula.
Undang-undang tarik balas ini tidak disetujui oleh Datuk Parpatiah Nan Sabatang. Sebab jika ini dilaksanakan maka akan menimbulkan kekacauan di dalam nagari. Alasan ini tidak diterima oleh Datuak Katumanggungan yang setuju dengan undang-undang tarik balas, sesuai dengan sifat kepemerintahannya yang bersifat otokrasi, titiak dari ateh. Ditengah-tengah perdebatan yang sengit itu akhir Datuak Suri  banego-nego menengahi dua saudara yang sedang berselisih paham sambil  berkata : Saya yakin pertikaian ini untuk kebaikan bersama ibarat pepatah : basilang kayu kadalam tungku mangkonyo api nan kaiduik.
Akhirnya pertikaian di akhiri dengan perdamaian Datuak Katumanggungan bersumpah : Ka ateh indak bapucuak, ka bawah indak baurek, tengah-tengah digiriak kumbang. Jika mungkia dari kabanaran. Setelah mengucapkan kata-kata ini beliau menghentakkan tongkat jenawi halusnya ke sebuah batu.
Adapun makda yang terkandung dari sejarah batu batikam ini adalah :
1.      Lambang perdamaian dari dua pemimpin yang sedang berbeda pendapat.
2.      Orang arif dan bijaksana tidak menyelesaikan perselisihan dengan kekerasan dan dendam tapi dengan saling menghargai pendapat lawan masing-masing

3.      Istana Pagaruyung
Tidak banyak yang bisa diambil pengetahuan dari tempat ini, karena Istana ini sudah terbakar beberapa waktu yang lalu. Yang menghilangkan beberapa benda peninggalan bersejarah masa lampau.
Raja Pagaruyung pertama adalah Rajo Alam yang mengurus masalah kepemerintahan dengan pusat di Pagaruyung. Beliau dibantu oleh Rajo Adat yang mengurus masalah budaya adat, dan berpusat di lintau. Rajo Ibadat di Sungkar Kudus yang mengurus masalah keagamaan. 3 orang ini diberi gelar dengan tiga selo, yaitu :
1)      Rajo Alam
2)      Rajo Adat
3)      Rajo Ibadat
Disamping 3 orang di atas nagari Pariangan juga di pimpin oleh para pembantu 3 selo seperti :
1)      Titah di Sungai Tarab mengurus masalah perbendaharaan.
2)      Indumu mengurus masalah pertahanan keamanan.
3)      Kadi di Padang Ganting mengurus masalah pengadilan.
Di Minangkabau raja merupakan lambang kekuasaan sedangkan kekuasaan di pegang oleh ninik mamak. Adapun syarat untuk menjadi tuanku adalah :
1)      Pandai Ilmu Agama
2)      Pandai Ilmu Adat
3)      Pandai Ilmu Silat 

4.      Makam Raja-Raja Pagaruyung
Di tempat ini terdapat beberapa makam raja-raja yang pernah memerintah Pagaruyung.
Areal dengan luas 1.196 m di isi dengan 13 makam. Diantaranya makam Rajo Alam yang terlihat lebih Istimewa jika dibandingkan dengan makam-makam yang lain. Di lokasi ini juga terdapat batu besar yang merupakan tempat istirahat Rajo Alam.

5.      Batu Angke-Angke
Batu ini terdapat di desa Balai Tabuh Kecamatan Sungayang Kab. Tanah Datar.
Batu yang dianggap keramat bagi masyarakat sekitar sering menjadi tempat kunjungan wisata dari daerah lain di Sumatera Barat. Tidak sedikit para pengunjung mencoba mengangkat batu tersebut, karena menurut cerita yang sudah berkembang ditengah masyarakat. Barang siapa yang mampu mengangkat batu tersebut maka permintaannya akan terkabul. Jika tidak berhati-hati hal ini akan menggelincirkan orang kepada perbuatan syirik karena seakan-akan dia sudah mengetahui tentang nasibnya di masa yang akan datang. Padahal hanya Allah yang mengetahui rezki, jodoh serta matinya seseorang.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Laporan Study Lapangan Tempat-tempat Bersejarah Di Minangkabau"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel