Eksistensi dan Martabat Manusia Serta Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam
a)
Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam
Tuhan sebagai Pencipta disebut Khalik; dan selain dari Tuhan
dinamakan Makhluk. Idealnya setiap makhluk harus patih bertingkah laku sesuai
dengan aturan yang ditetapkan penciptanya. Contoh, kalau seorang insyinyur membuat
sebuah roda, maka tugas atau “tingkah laku” roda itu adalah untuk berputar
sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki oleh insyinyur tersebut. Bila roda
tersebut tidak dapat berputar sesuai dengan ketentuan insyinyur, roda yang
semacam itu dinamakan cacat atau rusak. Begitu pula kondisinya dengan manusia
sebagai makhluk Tuhan, jika tidak mau patuh kepada Khaliknya, berarti manusia
yang demikian dikatakan telah rusak (“out of order” = tidak mau diperintah
khaliknya). Dalam kenyataan yang ditemui, ada manusia yang baik/patuh, dan ada
yang engkar kepada khalik (Q.S. 95:4,5). Tuhan mau mengangkat posisi atau
derajat manusia, tetapi sebagian ada yang engkar disebabkan oleh kebodohan atau
kesombongannya, karena tidak bersedia untuk memahami aturan Tuhan.
b) Eksistensi dan Martabat
Manusia
Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang mau memposisikan manusia pada
tempat yang paling tinggi dari segala makhluknya yaitu sebagai khalifah
(manager) untuk mengatur alam ini, berdasarkan aturan Tuhan. Ada baiknya terlebih dulu dijelaskan bahwa
seluruh jagad raya (universe) diciptakan/ dikendalikan langsung oleh Tuhan yang
mempunyai nama / sifat yang maha baik yaitu asma ul husna. Semua sifat-sifat
Tuhan, dalam kondisi yang tidak terbatas (unlimited). Contoh Tuhan ada, Tuhan
mendengar; keberadaan dan pendengaran Tuhan sifatnya tidak terbatas. Ada Tuhan
sepanjang masa (kekal) dan mampu mendengar apa saja, kapan saja, dan dimana
saja, untuk melaksanakan fungsi kekhalifahan itu manusia dianugrahi oleh Tuhan
sebagian sifat-sifat-Nya, namun sedikit manusia yang bersyukur kepada-Nya itu
(Q.S. 32:9). Tuhan sebagai pengatur alam (Rabbulalaminn), karena Ia mempunyai
sifat pengatur / manager. Agar manusia mampu sebagai pengatur dibekali-Nya
manusia dengan jalan memberikan sebagian dari sifat-sifat-Nya.
Sangat penting untuk dipahami oleh setiap individu manusia bahwa
sifat-sifat dimiliki Tuhan yang dianugrahkan-Nya secara terbatas kepada manusia
merupakan potensi dan fitrah manusia yang perlu ditumbuh kembangkan melalui
proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat. Contoh, salah satu sifat
Tuhan yaitu Al Khalig (Maha kreatif); begitu juga manusia memiliki sifat
kreatif yang harus ditumbuhkembangkan sesuai dengan norma yang ditentukan Tuhan
dalam aturan-Nya. Jangan sampai kreatifitas manusia keluar dari ketentuan
Tuhan. Setiap manusia yang dewasa dan norma disuruh berpikir serta menggunakan
daya kreatifitasnya untuk mengukur potensi dan fitrah manusia yang paling tepat
untuk dikembangkan oleh setiap dirinya. Inilah yang disebut dengan bakat.
Akhirnya pandangan Islam terhadap hakikat manusia dapat disimpulkan
bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang harus beraktifitas selama
hayatnya dalam rangka menumbuh kembangkan segala potensi yang ada padanya, dan
tetap memelihara fitrah (kesucian dirinya) menurut norma dan aturan yang
ditetapkan Tuhan.
0 Response to "Eksistensi dan Martabat Manusia Serta Hakikat Manusia Dalam Pandangan Islam"
Posting Komentar