Membiasakan Perilaku Terpuji (Contoh Makalah)
MEMBIASAKAN PERILAKU
TERPUJI
A. Husnuzhan
1.
Pengertian husnuzhan
Menurut etimologi( bahasa) husnuzan
yaitu berbaik sangka, sedangkan secara istilah husnuzhan diartikan berbaik
sangka terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah yang di berikan kepada
manusia. husnuzhan kepada allah maksudnya berbaik sangka terhadap apa saja yang
dikehendaki dan ditakdirkan oleh allah. Manusia tidak boleh berburuk sangka
kepada allah. Sebab allah adalah dzat yang maha bijaksana terhadap hambanya.
Allah tidak akan berbuat semena-mena terhadap hambanya sendiri. Semua keputusan
dan ketetapan allah adalah yang terbaik bagi makhluk-nya.
Sikap husnuzhan kepada allah harus
selalu ditunjukkan meskipun seseorang mengalami kegagalan. Memiliki anggapan
bahwa allah tidak ada, tidak sayang, kejam, pilih kasih merupakan perbuatan
yang tidak terpuji dan tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Orang yang berburuk sangka kepada allah adalah orang-orang yang lemah imanya
dan tidak pandai memahami hikma allah.
Orang yang memiliki husnuzhan kepada
allah akan bersikap ikhlas jika menerima takdir, tidak membenci allah, merasa
bersyukur atas nikmat allah, sabar atas cobaan dari allah, bertawakkal kepada
allah, selalu berusaha keras mencapai tujuan.
2.
Husnuzhan kepada allah
Husnuzan terhadap Allah artinya
menerima semua yang menjadi takdir dan keputusan Allah. Manusia adalah hamba
allah yang harus selalu tunduk dan setia kepada allah swt. Manusia tidak boleh
berburuk sangka (suuzhan) kepada allah namun harus husnuzhan kepada allah.
Sebab hidup ini berada dalam genggaman allah. Apapun yang dikehendaki allah
pasti terjadi dan terbaik bagi makhluknya.
Wujud dari sikap dan perilaku husnuzhan kepada allah itu
antara lain:
a.
Selalu mensyukuri nikmat dari
allah meskipun sedikit
b.
Bersabar apabila tertimpa
musibah atau kesulitan
c.
Tabah dalam menerima kegagalan
d.
Berusaha dengan keras mencapai
keberhasilan
e.
Berserah diri kepada allah
f.
Selalu beribadah kepada allah
dalam suka dan duka
g.
Bersikap qanaah terhadap
pemberian allah
h.
Optimis dalam menghadapi hidup
ini
i.
Tidak mudah mengeluh
j.
Tidak mudah putus asa
3.
Husnuzhan terhadap diri sendiri
Husnuzhan terhadap diri sendiri
adalah berperasangka baik terhadap dirinya sendiri. Apa saja yang ada pada diri
sendiridapat diterima dengan baik, dengan ikhlas, tidak mengeluh, tidak merasa
kurang. Sikap ini dilandasi oleh keyakinan bahwa apa saja yang diberikan allah
adalah yang terbaik pada diri kita .
Dalam kehidupan sehari-hari kita
dapat menemukan sebagian orang yang merasa tidak puas dengan keadaan dirinya
sendiri. Misalnya merasa ukuran tubuhnya tidak ideal, warna kulit tidak serasi,
hidungnya kurang mancung, matanya kurang indah, rambutnya kurang bagus dan
sebagainya.
Sikap yang demikian itu menunjukkan ketidak puasan terhadap nikmat pemberian allah. Disamping itu juga dapat diartikan tidak adanya rasa syukur atas karunia allah. Tidak husnuzhan terhadap diri sendiri. Pada hal semua yang di ciptakan allah pada diri kita tentulah yang terbaik bagi kita. Tidak ada sesuatu yang buruk dari ciptaan, sebagaimana firman allah:
Sikap yang demikian itu menunjukkan ketidak puasan terhadap nikmat pemberian allah. Disamping itu juga dapat diartikan tidak adanya rasa syukur atas karunia allah. Tidak husnuzhan terhadap diri sendiri. Pada hal semua yang di ciptakan allah pada diri kita tentulah yang terbaik bagi kita. Tidak ada sesuatu yang buruk dari ciptaan, sebagaimana firman allah:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka.( Qs. Ali imron: 191 )
Wujud sikap husnuzhan terhadap diri sendiri antara lain:
- Mensyukuri nikmat allah atas keadaan diri sendiri
- Tidak suuzhan kepada allah
- Menjaga dan merawat jasmani dan rohani dengan baik
- Memanfaatkan potensi diri sendiri
- Percaya diri
- Merasa cukup atas pemberian allah
- Tidak sombong dan tinggi diri
4.
Husnuzhan terhadap sesama
manusia
Allah swt menciptakan manusia dalam
berbagai suku bangsa dengan tujuan agar saling mengenal. Dengan saling mengenal
antar sesama manusia akan dapat diketahui kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Perhatikan firman allah sebagai berikut.
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa
- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.( Qs. Al-
hujurat : 13 )
Husnuzhan terhadap sesama merupakan
sikap berperasangka baik terhadap sesama atau orang lain. Memandang bahwa
setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Husnuzhan terhadap sesama
manusia juga mengandung arti tidak berperasangka buruk, curiga pada orang lain,
menganggap orang lain lebih renda dan hina serta pandangan negatif yang lain.
Padahal belum tentu orang yang dianggap buruk itu lebih renda dari diri kita.
Bisa jadi orang yang selama ini kita anggap buruk justru lebih baik dan mulia dari
kita dalam pandangan allah. Sebab orang yang paling mulia adalah orang yang
paling bertakwa.
Husnuzhan dapat mendorong seseorang
bersikap lapang dada, ikhlas, adil, menghargai orang lain. Sebaliknya sikap
suuzhan akan menjadikan seseorang selalu curiga, sombong, ghiba, namimah,
fitnah dan permusuhan.
Wujud dan sikap perilaku husnuzhan terhadap sesama
manusia antara lain:
- Berperasangka baik kepada sesama manusia
- Tidak suka mencurigai orang lain
- Menghargai orang lain
- Menghormati orang lain
- Mengakui kelebihan orang lain
- Adil dalam menilai orang lain
- Tidak suka ghibah, namimah, dan fitnah
5.
Nilai positif Husnuzhan
Sikap husnuzhan akan melahirkan
keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia adalah
berasal dari allah. Sedangkan keburukan yang menimpa manusia disebabkan karena
dosa dan kemaksiatan manusia itu sendiri. Tidak seorang pun bisa lari dan
menghindar dari takdir yang telah ditetapkan Allah.
Manusia tidak akan sampai pada
sesuatu yang bisa membuat hatinya tenang secara hakiki kecuali jika ia mau
mengikuti petunjuk-petunjuknya dan meninggalkan segala bentuk laranganya secara
totalitas, disamping itu ia harusmampu melakukan tindakan prefentif terhadap
pembahasan yang mendalam tentang masalah yang meragukan imannya, seperti membicarakan
tentang dzat tuhan. Ketenangan hati akan cepat dicapai, manakalah kita mau
menjadikan perintah-perintah syari’at sebagai petunjuk untuk menyerahkan diri
sepenuhnya hanya kepada Allah swt. Serta ridha terhadap sesuatu yang tidak
dipahaminya. Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari sikap husnuzhan antara
lain:
1)
Melahirkan kesadaran bagi
manusia, bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berjalan sesuai dengan aturan
dan hukum yang telah ditetapkan dengan pasti oleh Allah
2)
Mendorong manusia untuk beramal
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan mengikuti
hukum sebab akibat( sunatullah) yang berlaku dan ditetapkan Allah
3)
Mendorong manusia untuk
mendekatkan diri kepada Allah yang kekuasaan-Nya bersifat mutlak dan kehendak
yang mutlak juga, di samping memiliki kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang
kepada makhluk-Nya
4)
Menumbuhkan sikap tawakkal
dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia hanya bisa berusaha dan
berdoa sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah sebagai dzat yang menciptakan
dan mengatur kehidupan manusia
5)
Sikap husnuzhan membuat jiwa
menjadi tenang dan tentram, karena meyakini apapun yang terjadi adalah atas
kehendak Allah.
6.
Membiasakn sikap husnuzhan
Dalam realita kehidupan, cukup banyak
manusia yang justru mempunyai pikiran dan keinginan yang berbeda dengan
tuntunan yang benar. Keinginan manusia yang berbeda atau bertolat belakang
dengan kehendak Allah. Manusia cenderung mengikuti hawa nafsunya dan sering
tanpa ia sadari muncul pikiran dan tingka laku yang dirasakan benar namun
justru tidak dibenarkan dalam agama. Sebagai contoh ia mengeluh kepada Allah
dengan ucapan ya Allah mengapa saya sudah rajin sholat, tetapi rezki yang kami
harapkan tidak juga kau tunjukkan, sikap semacam ini akan melahirkan sikap
su’udzan kepada Allah. Karena itu apabila tidak segera dicarikan jalan keluar
dengan cara merubah keinginan manusia untuk disesuaikan dengan kehendak Allah,
maka akan melahirkan malapetaka dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Manusia harus berhusnuzhan bahwa
Allah hanya memberikan apa yang terbaik bagi hambanya. Jangan mencari jalan
lain yang hanya memuaskan nafsu sesaat, tetapi melupakan kebenaran yang akan
membawa keselamatan.
B. Tobat
1.
Pengertian tobat
Kata taba yang darinya terbentuk
antara lain kata taubat, pada mulanya berarti “ kembali”. Orang bertobat kepada
allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari
sifat-sifat tercelah menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan allah
menuju perintah-Nya, kembali dari maksiaat menuju taat, kembali dari segala
yang dibenci allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari saaling bertentangan
menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada allah setelah meninggalka-Nya
dan kembali taat setelah melanggar laranga-Nya. Dalam ayat dibawah ini pelaku dari
kata “ kembali” adalah Allah swt sendiri. Sekian banyak ayat al-Qur’an yang
berbicara tentang tobat (kembali-nya) Allah, antara lain surat al-ahzab ayat
73:
Artinya: “sehingga Allah mengazab orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan
sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs.Al-Ahzab:73)
Dari sini dapat dikatakan bahwa baik
tuhan maupun manusia keduanya “ kembali”. Dalam hal ini, agaknya ingin
digambarkan adalah bahwa pada prinsipnya dan mulanya manusia berada dalam
posisi yang sangat berdekatan dengan tuhan. Namun, apabila ia melangka, maka ia
telah melangkah menjauhinya dan tuhanpun melangkah menjauh darinya. Apabilah
manusia menyadari kesalahanya, bertekat untuk tidak mengulanginya serta memohon
ampun dari Allah, maka pada saat itu ia dinamai bertobat atau “ kembali” menuju
posisi semula.
Sedangkan menurut pendapat para ulama
yang dimaksud tobat adalah membersihkan hati dari segalah dosa. Pendapat yang
lain mengatakan bahwa tobat adalah meninggalkan keinginan untuk kembali
melakukan kejahatan seperti yang telah pernah dilakukunya karena membesarkan
allah swt dan menjauhkan diri dari kemurkaanya.
2.
Bentuk dan contoh tobat
Dosa manusia itu tidak hanya kepada
allah, tetapi dosa itu bisa kepada sesama manusi. Dosa kepada allah seperti;
meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, dan kewajiban yang lain. Dosa kepada
sesama manusia seperti, meninggalkan zakat, membunuh jiwa, merampas harta dan
mencaci orang lain.
Dosa kepada Allah amat mudah bagi
kita untuk bertobat yaitu dengan cara 1). Memohon ampun kepada allah 2). Ada
rasa penyesalan yang mendalam dan 3) niat yang kuat untuk tidak mengulangi
perbuatan dosa itu.
Berbeda dengan jika dosa itu terkait dengan hamba atau manusia yang lain, maka proses tobat atau pengampunan itu lebih berat, seperti didasarkan oleh rasulullah SAW.
Berbeda dengan jika dosa itu terkait dengan hamba atau manusia yang lain, maka proses tobat atau pengampunan itu lebih berat, seperti didasarkan oleh rasulullah SAW.
Artinya : “ Catatan itu tiga yaitu catatan yang di
ampuni, dan catatan yang tidak di ampuni dan catatan yang tidak ditinggalkan.
Catatan yang di ampuni adalah dosa-dosa hamba, antara mereka dan Allah. Adapun
catatan yang tidak di ampuni adanya menyekutukan Allah. Adapun catatan yang
tidak ditinggalkan adalah perbuatan-perbuatan aniyaya yang dilakukan oleh
hamba.” ( HR Ahmad dan al- Hakim dari hadits Aisyah r.a)
Dari hadits di atas dapat disimpulkan
bahwa bentuk tobat itu amat tergantung dengan dosa yang dilakukan.
Selain itu, bentuk dan contoh tobat
sangat tergantung pula dengan jenis dosa yang dilakukan. Para ulama ada yang
membagi dosa itu kedalam dosa besar dan dosa kecil, tetapi ada pula yang
mengatakan bahwa tidak ada dosa kecil maupun dosa besar, bahkan setiap
menyalahi allah, maka itu adalah dosa besar. Namun ini pendapat yang lemah,
karena Allah SWT berfirman
“ Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa
yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”.
( Qs an-Nisaa’:31)
Tobat bukan hanya sekedar sarana
penghapus dosa, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah
swt. Karena itu, sekalipun tidak berdosa, namun tetap diperintahkan untuk
bertobat. Ini artinya tobat hukumnya wajib bagi setiap mukmin, Oleh karena itu
sekalipun Rasulullah saw sudah terpelihara dari dosa, tetapi bertobat dan
mintak ampun kepada allah swt, tidak kurang dari 70 kali dalam sehari semalam.
3.
Tata cara untuk bertobat
Untuk melakukan tobat yang sempurna,
seseorang yang bersalah harus memenuhi lima tahapan: menyadari kesalahan,
menyesali kesalahan, memohon ampun kepada allah, berjanji tidak akan
mengulanginya, menutupi kesalahan masa lalu dengan amal sholeh
1)
Menyadari kesalahan: karena
seseorang tidak mungkin bertobat kalau dia tidak menyadari kesalahanya atau
tidak merasa bersalah. Disini perlunya seorang muslim mempelajari ajaran islam,
terutama tentang perintah yang wajib diikutinya dan larangan yang wajib
ditinggalkanya. Dan di sini pulalah pentingnya saling ingat mengingatkan sesama
muslim (wa tawashau bi al-haq)
2)
Menyesali kesalahan: Sekalipun
seseorang tahu bahwa dia bersalah tetapi dia tidak menyesal telah melakukanya
maka orang tadi belumlah dikatakan bertobat. Apalagi kalau dia bangga dengan
kesalahanya itu. Dalam hal ini rasulullah bersabda “ Menyesal itu adalah
tobat.” (H.R. Abu Daud dan al-Hakim)
3)
Memohon ampun kepada Allah
(istighfar); dengan keyakinan atau husnuzhan bahwa allah swt akan
mengampuninya. Semakin banyak dan sering seseorang mengucapkan istihfar kepada
Allah swt semakin baik. Di atas sudah disebutkan hadits yang menyatakan bahwa
sekalipun rasulullah saw tidak melakukan kesalahan atau kemaksiatan tetapi
beliau tetap banyak istihfar , bahkan sampai seratus kali sehari. Rasulullah
saw bersabda: “ Tidak ada dosa yang besar dengan istihfar, dan tidak ada dosa
yang kecil kalau di ulang-ulang”. ( H.R. at-Thabrani)
4)
Berjanji tidak akan
mengulanginya; janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya,
tidak hanya di mulut, sementara di dalam hati masih tersimpan niat untuk mengerjakan
dosa itu sewaktu-waktu. Tobat seperti ini diibaratkan dengan tobat sambal,
waktu kepedasan menyatakan “ kapok” tetapi esoknya di makan lagi. Betapapun
kecilnya dosa itu, tapi kalau dikerjakan berulang-ulang tentu lama-lama akan
menjadi gunung dan kualitasnya sama dengan dosa besar.
5)
Menutupi kesalahan masa lalu
dengan amal sholeh, untuk membuktikan bahwa dia benar-benar telah bertobat.
Firman Allah swt:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar ( Q.S.
Thaha/20: 82)
Jika seseorang hendak bertobat dan ingin doanya
bermanfaat baginya, maka dia harus membersihkan hatinya. Dia harus menciptakan
kondisi adanya rasa takut, harap-harap cemas, khudhu’ dan tunduk di hadapan
Allah. Keadaan yang demikian ini akan muncul jika pengenalan terhadap Allah
semakin mendalam.
4.
Macam tobat
Tobat itu dapat dibagi dalam beberapa macam,yaitu:
- Tobat, yaitu kembali dari kejahatan kepada ketaatan karena takut akan mendapat siksa Allah swt. Allah berfirman dalam surat an-Nur ayat 31
- Inabat, yaitu kembali dari yang baik kepada yang lebih baik karena mengharap pahala.
- Awbah, yaitu orang-orang yang bertobat bukan karena takut siksaan dan tidak pula mengharap pahala, tetapi karena mengikuti perintah Allah.
5.
Membiasakan diri bertobat
Setiap manusia sudah seharusnya
senantiasa mengingat tobat dan harus tetap tumbuh didalam hati setiap muslim
sampai meninggal dunia. Hati setiap muslim wajib senantiasa bergetar di hadapan
keagungan Allah Dzat yang maha menerima taubatnya hambanya. Hati setiap muslim
harus senantiasa memperhatikan dan meneliti kesalahan dan dosa, sehingga tidak
terulang kembali. Seorang mu’min tidak boleh kehilangan tongkat dua kali dan
tidak boleh jatuh pada lobang sama dua kali.
Jika seorang bertobat dari dosanya
dengan tobat yang sesungguhnya maka tidak ubahnya dia seperti orang yang tidak
mempunyai dosa. Setelah bertobat, seseorang tidak ubahnya seperti bayi yang
baru lahir dari ibunya. Manusia harus yakin bahwa bila seseorang melakukan dosa
yang banyak, dan pada saat yang sama mengurungkan niat untuk bertobat dan
mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuninya, maka justru perkataanya ini
merupakan dosa yang besar yang mendekati batas kekufuran.
Oleh karena itu, seberapapun besar
dosa seseorang, walaupun menyamai buih di lautan lalu dia bertobat dari dosanya
dan memperbaiki dirinya, serta bergetar hatinya dan menyesali apa yang telah
dilakukan, maka pasti Allah swt mengampuninya. Sebuah syair berbunyi,”
kembalilah kepada-Ku bagaimanapun juga keadaanmu seandainya engkau seorang
kafir atau menyembah berhala, kembalilah.” Pintu kami ini bukanlah pintu
keputusasaan, sekalipun engkau telah menghancurkan tobatmu hingga seratus kali,
kembalilah. “ sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat.” Artinya,
bahwa allah swt menyukai seseorang yang bertobat, meskipun dia telah merusak
tobatnya sebelumnya.
0 Response to "Membiasakan Perilaku Terpuji (Contoh Makalah)"
Posting Komentar